Pentingnya Tablig
Pentingnya Tablig
Tablîgh (baca: tablig) adalah menyampaikan ajaran Islam di tengah masyarakat. Beberapa poin mengenai realitasnya:
1-Merupakan media langsung antara langit dan bumi, guna memberi petunjuk, mengajarkan ilmu dan membersihkan jiwa bagi manusia.
2-Secara historis merupakan tugas para nabi dan rasul di sepanjang sejarah. Namun demikian tak berarti sepeninggal Rasulullah saw tugas mulia ini lepas dari pundak umatnya, Sebab, tablig adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar yang syariat Islam wajibkan bagi muslimin.
3-Ulama yang disebut dalam hadis sebagai para pewaris Nabi saw, adalah yang terlayak dan paling patut mengemban tugas ilahiah ini. Hal ini diisyaratkan dalam Alquran:
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS: at-Taubah 122)
Keutamaan Tablig
4-Mengenai keutamaan para pelaku tablig, banyak riwayat yang menerangkan di antaranya:
a) Rasulullah saw bersabda: “Allah merahmati para khalifahku”
Beliau ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah para khalifah Anda?”
Beliau bersabda: “الذين يُحيونَ سنّتي ويُعلّمونها عباد الله”; “Mereka yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah” (Bihar al-Anwar, juz 2, hal 25)
b) Riwayat lainnya (dengan referensi yang sama, hal 24): “Maukah kamu aku sampaikan tentang kaum yang bukan anbiya` atau syuhada`, tapi pada hari kiamat anbiya` dan syuhada` merasa iri terhadap kaum ini dengan kedudukan mereka di sisi Allah, di atas mimbar-mimbar dari cahaya?”
“Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”, tanya para sahabat.
Rasulullah saw bersabda: “هم الذين يُحبّبون عباد الله إلى الله، ويُحبّبون عباد الله إليَّ، فإذا أطاعوهم أحبّهم الله”; “Adalah kaum yang menjadikan hamba-hamba Allah cinta kepada Allah dan menjadikan mereka cinta kepadaku. Jika mereka mengikuti kaum itu niscaya dicintai Allah.”
c) Rasulullah saw bersabda: “ما تصدّق الناس بصدقة مثل علم يُنشر”; “Tiada infak yang dikeluarkan orang-orang seperti ilmu yang disebarkan.” (al-Amali/Syaikh Shaduq 277)
d) Diriwayatkan dari Imam Ali Ridha: “Hal paling utama yang dipersembahkan oleh seorang alim pecinta kami (Ahlulbait Nabi saw) untuk hari kesusahan, kelemahan dan ketidak berdayaannya kelak, ialah menyelamatkan seorang “miskin” pecinta kami di dunia dari seorang nâshibi (pembenci kami) sebagai musuh Allah dan rasul-Nya. Ia akan bangkit dari kuburnya sedangkan para malaikat berbaris di bibir kuburnya mengawal dia sampai ke tempatnya, surga Allah. Mereka membawanya di atas sayap mereka seraya berkata, “طوباك طوباك يا دافع الكلاب عن الأبرار، ويا أيُّها المتعصِّب للأئمّة الأخيار”; “Berbahagialah wahai penghalau kawanan penyalak terhadap abrar (kaum yang saleh), wahai pecinta para imam pilihan.” (al-Ihtijaj/Syaikh Thabarsi, juz 1, hal 12)
Riwayat lainnya dengan referensi yang sama, dari Imam Hasan Askari; “Siapa dari para pengikut kami (Ahlulbait Nabi saw) orang yang alim dengan ilmu-ilmu kami, memberi petunjuk dan bimbingan serta mengajarkan syariat kami kepada orang yang tak mengetahuinya, yang terputus dari menyaksikan kami, niscaya ia bersama kami di sisi Allah Yang Mahatinggi.”
Dampak Buruk Mengabaikan Tablig
5-Tablig menjadi jalan yang juga ditempuh oleh musuh-musuh agama dengan cara-cara terkini, untuk menjatuhkan pemerintahan-pemerintahan (yang tak sejalan dengan kepentingan mereka); meracuni pemikiran dengan budaya yang menyimpang dan sebagainya. Hal ini mengharuskan kita mementingkan perkara tablig (informasi) untuk tidak memberi mereka peluang dalam mencapai tujuan dan rencana jahat mereka.
Imam Khomeini pernah mengungkapkan: “Dunia sekarang mengelola urusan-urusannya melalui informasi. Musuh dalam menentang kita memanfaatkan kebebasan informasi. Karena itu, hendaknya kita tangani masalah penting ini dengan serius dan fokus lebih banyak padanya.” (ash-Shahifah an-Nur, juz 14, hal 41 & 44)
Mengabaikan urusan tablig berarti mengabaikan amar ma’ruf nahi munkar di dalam Islam. Sebagai akibatnya ialah penghancuran masyarakat, bahwa orang-orang yang berbuat kemungkaran tidak dicegah oleh ulama dan hanya ma’ruf yang mereka jelaskan dan anjurkan pengamalannya, jalan demikian itu menuju kehancuran.
Tablig berarti menghidupkan ilmu dan ajaran Islam. Tentunya yang berhak dan layak melakukannya adalah orang-orang yang beilmu. Memang bagi seorang mubalig tak sekedar menyampaikan, menjadi contoh yang baik sebagai figur umat Islam adalah bagian terpenting dari tugas ini.
Di sisi lain, tak ada alasan seperti tawadu yang bukan tempatnya. Dampak berhenti dari tugas yang tak pernah ada pensiunnya ini, di antaranya ialah orang-orang bodoh akan berdiri di atas mimbarnya, mengisi majlisnya dan menempati posisinya. Bayangkan, bagaimana agama Islam yang tinggi ini bila dijelaskan oleh orang-orang bodoh!
Referensi:
At-Tabligh ad-Dini/Jam’iyah al-Ma’arif al-Islamiyah ats-Tsaqafiyah