Sang Wali Bertutur: Biografi Al-‘Arifbillah Allamah Syeikh Hasan Zadeh Amuli

biografi ulama
Beliau adalah seorang ulama kenamaan Qom yang menguasai banyak bidang, khususnya filsafat, ‘irfan, matematika, syair, sastra dan lainnya. Banyak karya yang telah beliau tulis berkenaan dengan ilmu-ilmu ini.
Beliau menuturkan perihal kelahirannya seperti ini: “Di akhir tahun 1307 Hijriah Syamsiah aku dilahirkan di rumah iman dan takwa dari seorang ayah yang bertauhid dan mulia serta ahli yakin dan ibu yang sangat beriman, suci dan jujur.”
Kemudian beliau melanjutkan: “Di haribaan ibukulah yang merupakan buaian kecintaan kepada Rasulullah saw dan ahlul baitnya serta kesucian, aku tumbuh dan berkembang. Aku meminum dari air susu makrifat, ikhlash, dan kejujuran. Sehingga aku sampai sekarang yakin bahwa setiap keberkahan yang aku peroleh dari Allah Swt adalah sejatinya berasal dari mata air keibuan ini yang Allah dengan kasih-Nya membimbing saya melalui pangkuan ibu yang terhormat dan memberi saya rezeki dengan perantara air susunya yang mulia.
Saat aku berusia enam tahun, aku belajar pada seorang guru agama. Dan sebelum itu, aku telah menguasai kemahiran membaca dan menulis serta saya telah membaca beberapa diktat yang ada di perpustakaan-perpustakaan di daerah saya, hingga saya aku masih bocah, aku sudah membaca dan mempelajari seluruh Al-Qur’an dengan baik.
Selanjutnya, saya memasuki tahapan sekolah Ibtidaiyyah (sekolah dasar). Dan sebelum dua tahun saya memasuki sekolah dasar, ibuku—semoga Allah meridhoinya—telah memenuhi panggilan Ilahi dan wafat.
Dan pada usia empat belas tahun, terasa ada magnet Ilahiah yang menarik aku dan memang ini yang aku harapkan. Ini tak ubahnya perwujudan dari ayat:
إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى
Sesungguhnya aku (mau pergi mendekat) melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit darinya kepadamu, atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu’.” – (QS.20:10) | ||
و قد اضرمت نار الصّبابه فی الصّبی هدایا الجنون قوی و صبّتی
Sungguh api cinta yang telah berkobar di waktu kecil adalah bak hadiah-hadiah kegilaan yang telah menggoncangku saat aku berkumpul bersama masyarakat
فقد قادنی لطف الاله الی الحمی علی صغری حمداً له من عطیّه
Kelembutan Ilahiah telah membimbingku di masa kecil untuk merasakan keteduhan/ketenangan, dan segala puji dan syukur atas pelbagai anugerah-Nya.
و قد نوّر الروح أنین لیالیاً و قد طهّر السّرّ دموعُ کریمتی
Sungguh jeritanku di malam-malamku telah menerangi ruhku dan tetesan tangisanku membuat suci batinku
Aku merasakan ada bersitan/pancaran yang mengitariku dan membimbingku sehingga aku begitu mudah memperoleh makrifat-makrifat Ilahi dan aku begitu antusias untuk berakhlak dengan akhlak Ilahiah serta beradab dengan adab-adab insaniah. Dan aku begitu muak dan benci atas segala penyimpangan dan kemungkaran yang beredar di masyarakat kala itu.
Memasuki Madrasah Diniyyah
Bersitan tersebut membuat aku terbebaskan dari kegelapan menuju cahaya sehingga hatiku sangat senang untuk mendapatkan dan mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an. Dan sebelum aku melanjutkan belajar di madrasah diniyyah (Hauzah ‘Ilmiyyah), aku memohon izin kepada ayahku. Dan beliau—dengan menarik nafas tinggi-tinggi dan tangisan yang keras karena kerinduan dan kegembiraan yang luar biasa—pun mengizinkan. Dan tidak beberapa lama kemudian, beliau memberikan nasihat supaya saya sabar, istikamah dan tawakal kepada Allah SWT serta bekerja keras dalam belajar.
Aku terbiasa bangun malam di waktu sahur (menjelang subuh) dan biasanya anggota keluargaku tidak menyadari kebiasaanku ini. Aku biasanya membaca Diwan Khajah Hafezh Syirazi. Dan supaya aku mendapatkan keberuntungan dan akhir pekerjaanku membawa kebaikan, aku mengirim pahala surat al-Fatihah untuk ruh suci Hafezh.
Dan salah satu ulama yang berjasa dalam menyalakan cahaya diriku adalah Mirza Abul Qasim yang dikenal dengan sebutan Farsiu Pesar Mulla Bosyi Ibrahim. Beliau adalah ulama yang paling alim, paling bertakwa dan paling bersih di daerah kami, Amul, dan sejatinya beliau termasuk ulama yang paling alim dan mujtahid yang besar. Beliau bertemu dan berguru dengan asatid Teheran dan ulama-ulama Isfahan di zamannya dan kemudian beliau pergi ke kota Najaf dan banyak menimba ilmu dari ulama kesohor di kota tersebut seperti Sayed Abul Hasan Isfahani, Akhund Khurasani, dan Mirza Husain Noini.
Saya belum pernah berguru kepada siapapun sebelum beliau dan meskipun saya cuma belajar singkat kepada beliau karena diawal keseriusan saya mempelajari ilmu agama, beliau telah meninggal dunia. Alhasil, beliau mempunyai hak dan andil yang agung bagiku.
Kota yang saya tinggali, Amul di zaman itu dihuni oleh beberapa ulama kaliber yang mereka menjadi contoh dalam ketakwaan dan keutamaan sebagaimana sejak dahulu kala kota ini menjadi tempat perkembangan ilmu dan bukti hal ini adalah keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab biografi (tarajim) dan karya-karya ilmiah serta berdirinya bangunan sekolahan dan pesantren.
Bersambung