Sejarah Madrasah Pertama
Nabi saw bersabda: Aku diutus sebagai guru ilmu. Hadis ini saya dapati dalam kitab Tarikh Hauzah Ilmiyah juz 1, nukilan dari kitab Jami Bayan al-Ilm 1/17 dan 60. Kata muallim” di dalamnya saya terjemahkan dengan guru, yang bertugas mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak. Perbuatan yang mulia ini merupakan tugas Rasulullah saw, sebagaimana firman Allah:
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul dari golongan mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Quran) dan hikmah, meskipun mereka sebelum itu benar-benar terjerumus dalam jurang kesesatan yang nyata. (QS: al-Jumuah 2)
Secara kasat mata, satu poin besar yang dapat kita petik dari ayat ini, ialah bahwa eksistensi Rasulullah saw di tengah umatnya, khususnya kaum yang beriman adalah karunia teragung bagi mereka. Yakni:
Pertama beliau sebagai utusan Allah kepada mereka, penghubung antara manusia dan Tuhannya.
Kedua, beliau layaknya seorang guru spiritual- bagi umatnya, yang bertugas membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Alquran dan hikmah.
Ketiga, umat di Jazirah Arab pada masa itu hidup dalam kebodohan, penyembahan berhala dan fanatisme kesukuan, karena mereka disebut kaum jahiliyah. Kemudian bagai matahari terbit, beliau datang menerangi kehidupan yang penuh kegelapan itu. Mereka menjadi tercerahkan, berilmu, beragama tauhid dan beretika. Hal ini terwujud dengan pengorbanan beliau, jiwa dan raga serta segala yang dimilikinya.
Sekolah Islam Pertama
Nabi Muhammad saw memiliki ilmu yang kemudian beliau ajarkan kepada umatnya. Ilmu yang mereka dapati dari beliau tak sebatas berupa ucapan yang keluar dari lisan dan bermuatan ilmu. Tetapi juga berupa perbuatan yang sarat nilai, mulia dan bertujuan. Orang-orang sekitar beliau, khususnya yang terdekat seperti Abu Thalib sang paman dan isterinya, Fatimah binti Asad, yang menjadi ibu angkatnya, dan yang lain pada umumnya memandang diri beliau seorang yang berbeda dari semua orang.
Prilaku dan budi pekerti beliau secara tidak langsung mengajarkan mereka cara hidup yang sempurna. Dapat dirujuk kisah-kisah menakjubkan dalam sejarah beliau sebelum diutus menjadi Rasul rahmatan lil alamin, di antaranya tentang gelar al-Amin (yang terpecaya) yang mereka sandangkan kepada beliau saw.
Ketika beliau diangkat sebagai utusan Allah sekaligus menjadi Nabi Penutup, wahyu pertama yang turun kepadanya adalah seruan kepada qirâ`ah (membaca, dalam QS: al-Alaq 1-5), yang merupakan pengantar untuk memperoleh ilmu; Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan… Dengan kata lain, bahwa suara yang keluar dari Islam di saat kelahirannya adalah seruan kepada menuntut ilmu.
Dalam kitab di atas diterangkan, bahwa rumah Rasulullah saw adalah titik pangkal mata rantai seluruh tempat pengajaran dan pendidikan Islam di manapun dan kapanpun. Rumah wahyu ilahi ini menjadi madrasah ilmu atau sekolah Islam yang pertama. Muridnya yang pertama dari kaum laki adalah Ali bin Abi Thalib kw dan dari kaum perempuan adalah Khadijah binti Khuwalid ra. Kemudian mencabang di kediaman al-Arqam bin Abul Arqam al-Makhzumi di Jabal Shafa, beberapa orang yang masuk Islam di sana belajar kepada Rasulullah saw.
Madrasah Rasulullah saw di Mekah ini dalam upaya mencetak komunitas yang saleh sebagai generasi pertama dalam sejarah umat Islam. Kegiatan talim dan tarbiyah di dalamnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat rahasia, seperti merupakan langkah strategis dalam situasi tekanan dan ancaman dari kaum Quraisy terhadapnya.
Aktifitas keilmuan di madrasah Islam ini berlangsung selama tiga tahun, menyambut kedatangan orang-orang yang baru masuk Islam sebagai murid untuk belajar ilmu agama, membaca ayat-ayat Alquran dan mendalaminya serta belajar akhlak dari Rasulullah saw. Hingga ketika jumlah mereka mencapai empatpuluh orang, mereka keluar dan Allah swt memerintahkan Rasul-Nya untuk berdakwah secara terang-terangan. (as-Sirah an-Nabawiyah 1/270/Ibnu Hisyam)
Madrasah dan Cabangnya di Mekah
Strategi dakwah Rasulullah saw melangkah dari tahap sembunyi-sembunyi ke tahap terang-terangan. Konsekuensi yang dihadapinya adalah penindasan Quraisy terhadap muslimin yang lemah -khususnya. Oleh karena itu, tidak memungkinkan bagi beliau dan muslimin untuk memanfaatkan Baitullah al-Haram sebagai lokasi majlis ilmu dan dakwah Islam.
Sejarah Islam menyebutkan tempat-tempat talim di Mekah -masa sebelum hijrah Nabi saw- sebagai berikut:
1-Rumah Khadijah ra isteri Rasulullah saw sebagai madrasah ilmu Islam yang pertama. Disebutkan (dalam kitab Tarikh al-Hauzah al-Ilmiyah), bahwa madrasah ilmiah yang disebut dengan Darul Islam al-Ula ini menerima Zaid bin Haritsah, orang keempat yang masuk Islam setelah Sayidah Khadijah dan Ali bin Abi Thalib kw. Kemudian disusul oleh yang lainnya.
2-Dar al-Arqam bin Abul Arqam al-Makhzumi; dikatakan bahwa si tuan rumah masuk Islam setelah sepuluh orang. Lokasinya terletak di atas Shafa. Di sana Rasulullah saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi, dan banyak yang masuk Islam di tangan beliau.
3-Masjid al-Haram di Mekah; jumlah orang-orang yang masuk Islam bertambah banyak, dan mereka memerlukan tempat yang sesuai untuk syiar mereka. Masjid inilah yang menjadi pilihannya, walaupun kaum musyrik mendesak harus dipilah antara tempat untuk mereka dan tempat untuk muslimin seperti sebuah madrasah Alquran dan berdakwah kepada Islam. Kendati dalam kondisi yang mengkhawatirkan, hal ini tidak menghentikan mereka yang beriman di dalam bersyiar dan berdakwah serta membaca Alquran di tempat yang penuh berkah ini.
Referensi:
-Tarikh al-Hauzah al-Ilmiah, juz 1