Telaah Singkat Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih Syeikh Shaduq (Bag. 1)
Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih
1- Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih Menurut Ulama
Syeikh Shaduq adalah ulama besar Syiah dan ahli hadis terkenal. Karya-karya beliau banyak dipuji ulama dan ahli rijal Syiah.
Najasyi menulis dalam kitab rijalnya: “Beliau adalah syeikh, faqih kita dan pemuka Syiah di Khurasan…”
Allamah Hilli menulis: “Beliau memiliki derajat yang tinggi, menghafal hadis-hadis, mengetahui rijal hadis dan mengkritisi hadis. Di kalangan ulama Qom, belum ada yang seperti beliau dalam hafalan hadis dan luasnya pengetahuan.”[1]
Allamah Muhammad Baqir Majlisi juga menulis: “Beliau termasuk pembesar orang-orang terdahulu yang menapaki hadis-hadis para imam suci, tidak mengikuti pandangan pribadi dan keinginan diri.”[2]
Syeikh Shaduq sangat jujur dan dapat dipercaya dalam memberikan reportasi hadis-hadis dari para imam a.s. Ulama Syiah lainnya juga memberikan penghargaan yang tinggi terhadap karya-karya beliau.
2- Kelebihan Kitab Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih
1) Topik kitab adalah hadis-hadis fikih, sebagaimana yang beliau tegaskan dalam mukadimah kitab.[3]
2) Penulisnya bersandar kepada kitab-kitab populer dan dapat dipercaya.
Berkenaan dengan referensi-referensi kitabnya, Syeikh Shaduq menulis: “Seluruh yang ada dalam kitab ini berasal dari kitab-kitab masyhur yang dipercaya ulama dan menjadi rujukan mereka.”
Daftar kitab yang disebutkan oleh Syeikh Shaduq (berjumlah 11 orang penulis) menunjukkan kitab-kitab hadis jami’ yang penting, populer, dan dipercaya pada masa itu. Adapun 3 referensi utama dalam penulisan kitab Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih adalah sebagai berikut:
a- Kitab Ar-Rahmah, Muhammad bin Abdullah Asy’ari.
b- Kitab Jami’, Ibnu Walid (guru Syeikh Shaduq).
c- Kitab Syarai’, Ali bin Husain Babawaih (ayah Syeikh Shaduq).
Ketiganya merupakan ulama besar Syiah pada masa itu.[4]
3) Syeikh Shaduq menukil riwayat-riwayat yang dipakai untuk mengeluarkan fatwa dan diakui kesahihannya.
4) Dalam hadis-hadis ahkam, metode yang digunakan adalah membawakan riwayat jami’ (komprehensif) terlebih dahulu, kemudian menjelaskan rinciannya dalam hadis-hadis lain. Sebagai contoh, dalam bab “Wujuh Ash-Shaum” (Macam-macam Puasa), mula-mula Syeikh Shaduq membawakan sebuah riwayat jami’ dari Imam Zainal Abidin As-Sajjad a.s. yang mencakup berbagai jenis puasa. Adapun ketika tidak ada riwayat jami’, Syeikh Shaduq membawakan beberapa riwayat dengan terperinci.
5) Syeikh Shaduq tidak membawakan hadis-hadis kontradiktif.
6) Penulisnya menyebutkan sebagian riwayat ‘ilal ahkam (sebab hukum).
7) Penulisnya menukil hadis-hadis akidah. Meskipun kitab Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih ini adalah kitab hadis fikih, namun juga disebutkan hadis-hadis ushuluddin sesuai kasusnya.[5]
8) Kitab Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih mencakup beberapa pembahasan selain hadis:
a- Pembahasan ayat-ayat Alquran: Banyak bab yang dimulai dengan ayat-ayat hukum dan juga disebutkan pembahasan-pembahasan yang dimaksudkan dalam Ulumul Quran berdasarkan ayat-ayat tersebut. “Bab At-Tayammum” misalnya, dimulai dengan ayat:
“وَإِن کنتُم مَّرْضَیٰ أَوْ عَلَیٰ سَفَرٍ أَوْ … فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَیمَّمُوا صَعِیدًا طَیبًا…”
“Dan jika kalian sakit atau sedang dalam musafir atau … kemudian kalian tidak mendapat air, bertayamumlah kalian dengan tanah yang suci…”[6] [7]
b- Penjelasan dan keterangan hadis: Penulis membawakan beberapa penjelasan di bawah hadis-hadis.
c- Pemaparan fatwa: Fatwa-fatwa penulis terkadang disebutkan secara independen dalam satu bab khusus, tanpa menukil riwayatnya[8] atau sebelum menyebutkan hadis-hadis bab tertentu[9] atau di antara hadis-hadis.[10]
9) Penulis meyakini penuh kandungan hadis-hadis yang dinukil sehingga menjadikannya sebagai hujjah antara beliau dengan Allah swt. Dengan melihat kedudukan spesial Syeikh Shaduq, maka kesaksian beliau terhadap validitas hadis-hadis kitabnya harus diterima dan kemuktabaran hadis-hadisnya juga harus diakui.
10) Hafalan dan ke-dhabith-an Syeikh Shaduq sehingga karya beliau diletakkan setelah Kitab Kulaini. Syusytari mendahulukan ucapan Syeikh Shaduq dari pada Syeikh Thusi.[11]
Kitab Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih menghimpun 9.044 hadis. Di antara syarah terkenal kitab ini dapat disebutkan sebagai berikut:
* Raudhah Al-Muttaqin, Maula Muhammad Taqi Majlisi (Majlisi Pertama)
* Ma’ahid At-Tanbih, Syeikh Muhammad Zainuddin (Syahid Tsani)
* Mi’raj At-Tanbih, Syeikh Yusuf Bahrani.
* Lawami’ Qudsiyyah, Muhammad Taqi Majlisi.
Karya berharga ini selalu menjadi perhatian ulama, ahli hadis, dan peneliti. Sebagian orang bahkan menganggapnya lebih baik dari Kitab Kafi.
Berkenaan dengan kitab Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih, Sayid Bahrul Ulum berkata, “(Kitab itu) termasuk salah satu Kutub Arba’ah yang sangat istimewa dari sisi validitas, nilai, dan juga popularitas.”[12]
(Bersambung)
============================
[1] Khulashah Al-Aqwal, halaman 248.
[2] Bihar Al-Anwar, jilid 10, halaman 405.
[3] “Saya diminta untuk menyusun sebuah kitab dalam bab fikih… maka aku menyambutnya.”
[4] Ma’aref, Tarikh-e Omumi-ye Hadis (Sejarah Umum Hadis), halaman 378.
[5] Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih, jilid 2, halaman 121 dan 217.
[6] QS. An-Nisa’ [4]: 43.
[7] Man Laa Yahdhuruh Al-Faqih, jilid 2, halaman 245.
[8] Ibid, jilid 1, halaman 307.
[9] Ibid, jilid 2, halaman 335.
[10] Ibid, jilid 1, halaman 186 – 188.
[11] An-Naj’ah Fi Syarh Al-Lum’ah, jilid 4, halaman 70.
[12] Al-Fawaid Ar-Rijaliyyah, jilid 3, halaman 299 – 300.