Telaah Singkat Shahih Muslim (Bag. 3)
Mukadimah Baca di sini
Beberapa Kekurangan Shahih Muslim Klik
a) Jumlah hadis
b) Sanad
c) Kajian Kandungan Shahih Muslim
Keberadaan sebagian hadis seperti berikut ini mempengaruhi validitas Shahih Muslim:
I- Beberapa riwayat yang layak dibahas
1) Nabi saw. Menyaksikan orang-orang menari
a) Aisyah berkata, “Hari itu bertepatan dengan hari raya. Orang-orang bertepuk tangan dan menari. Rasulullah saw. bertanya kepadaku, “Apakah engkau ingin menyaksikannya?”
“Ya,” jawabku.
Maka aku berdiri di belakang Nabi saw., wajahku berada dekat dengan wajah beliau. Nabi saw. berkata, “Lanjutkan terus.”
Hingga ketika aku letih, beliau bertanya, “Sudah cukup?”
“Ya,” jawab Aisyah.
“Pergilah,” kata Nabi saw.”[1]
b) “Aisyah berkata, “Orang-orang Habasyah menari di Masjid pada hari raya. Maka Nabi saw memanggilku. Aku meletakkan kepalaku di atas pundak beliau dan menonton permainan mereka hingga aku sendiri yang beranjak dari tontonan itu.”[2]
2) Nyanyian di rumah Rasulullah saw.
Aisyah berkata, “Suatu hari Abu Bakar datang ke rumah. Saat itu terdapat dua budak dari wanita Ansar yang sedang bernyanyi. Abu Bakar berkata, “Nyanyian setan ada di rumah Rasulullah saw.?”
Saat itu bertepatan dengan hari raya, maka Rasulullah saw. berkata, “Wahai Abu Bakar! Sesungguhnya setiap kaum itu memiliki hari raya dan inilah hari raya kita.”[3]
3) Nabi saw. buang air kecil sambil berdiri
Khudzaifah berkata, “Aku pernah bersama Nabi saw. Beliau sampai di pembuangan sampah suatu kaum, maka beliau saw. buang air kecil sambil berdiri. Saat itu aku menjauh dari beliau saw. Nabi saw. berkata, “Berdirilah di belakangku hingga tidak ada orang yang melihatku.” Lalu aku berdiri di belakang beliau…”[4]
Aisyah berkata, “Jangan mempercayai siapa pun yang mengatakan bahwa Nabi saw. juga buang air kecil sambil berdiri, karena Nabi saw. hanya melakukan hal itu sambil duduk.”
Para pensyarah memberikan pembenaran terhadap apa yang dinisbahkan kepada Nabi di atas dengan beberapa hal berikut ini:
a) Orang-orang Arab buang air berdiri untuk menyembuhkan sakit pinggang. Mungkin Nabi saw. melakukan hal itu dan menjalankan perbuatan jahiliah untuk itu.
b) Mungkin saja Nabi saw. lututnya sakit dan tidak dapat buang air sambil berdiri.
c) Mungkin saja saat tidak ada tempat yang dapat diduduki Nabi saw.
d) Nabi saw. melakukan hal itu untuk memahamkan kepada umatnya bahwa perbuatan itu diperbolehkan.
e) Buang air kecil sambil berdiri dapat mencegah keluarnya angin. Oleh karena itu, Umar berkata, “Buang air kecil sambil berdiri dapat menjaga tempat duduk (pantat).
4) Nabi saw. lupa ayat Alquran
Aisyah berkata, “Nabi saw. pernah mendengar bacaan Alquran seorang lelaki di masjid. Nabi saw. berkata, “Semoga Allah merahmati orang ini, karena ia telah mengingatkanku satu ayat yang aku lupakan.””[5]
5) Nabi saw. melaknat dan mencaci tanpa alasan
Dari Aisyah, “Dua orang datang kepada Nabi saw. Beliau mengatakan sesuatu yang tidak aku ketahui kepada mereka berdua. Dua orang itu membuat marah Nabi saw. Kemudian beliau melaknat dan mencaci keduanya.
Ketika dua orang itu pergi, aku berkata, “Anda melaknat dan mencaci mereka berdua?”
Nabi saw. berkata, “Bukankah engkau mengetahui permohonanku kepada Allah? Ya Allah! Aku adalah manusia. Jadikanlah laknat atau cacianku kepada setiap orang muslim sebagai pembersih dan pahala baginya.”[6]
6) Nabi Musa a.s. menonjok wajah Izrail
Abu Hurairah berkata, “Malaikat maut (Izrail) diutus kepada Nabi Musa a.s. (untuk mencabut nyawa beliau). Ketika Izrail datang, Nabi Musa a.s. menonjok wajahnya hingga matanya buta. Maka Izrail kembali kepada Tuhannya dan berkata, “Engkau mengutusku kepada seorang hamba yang tidak ingin mati?” Kemudian Allah mengembalikan matanya…”[7]
7) Digigit seekor semut, seorang nabi membakar seluruh perkampungan
Di suatu perkampungan, seekor semut menggigit kaki seorang nabi. Nabi tersebut pun murka dan memerintahkan untuk membakar perkampungan itu. Allah swt menegur beliau a.s. kenapa hanya karena seekor semut yang telah menggigit, semua perkampungan harus dibakar?[8]
8) Nabi Sulaiman a.s. menggauli 70 wanita dalam satu malam
Nabi Sulaiman a.s. memberikan sebuah pernyataan bahwa beliau akan menggauli 70 wanita dan memberikan keturunan anak lelaki kepada mereka semua sehingga anak-anak tersebut nantinya dapat menjadi mujahid di jalan Allah. Salah seorang sahabat atau malaikat berkata, “Katakan insyaAllah (dengan kehendak Allah).” Namun Nabi Sulaiman a.s. tidak mengatakan itu.
Nabi Sulaiman a.s. malam itu menggauli seluruh wanita tersebut dan hanya seorang dari mereka yang melahirkan separuh manusia.[9]
(Bersambung)
==================
[1] Shahih Muslim, 3/22:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ … وَكَانَ يَوْمَ عِيدٍ يَلْعَبُ السُّودَانُ بِالدَّرَقِ وَالْحِرَابِ فَإِمَّا سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِمَّا قَالَ تَشْتَهِينَ تَنْظُرِينَ فَقُلْتُ نَعَمْ فَأَقَامَنِي وَرَاءَهُ خَدِّي عَلَى خَدِّهِ وَهُوَ يَقُولُ دُونَكُمْ يَا بَنِي أَرْفِدَةَ حَتَّى إِذَا مَلِلْتُ قَالَ حَسْبُكِ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَاذْهَبِي
[2] Ibid:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ جَاءَ حَبَشٌ يَزْفِنُونَ فِى يَوْمِ عِيدٍ فِى الْمَسْجِدِ فَدَعَانِى النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَوَضَعْتُ رَأْسِى عَلَى مَنْكِبِهِ فَجَعَلْتُ أَنْظُرُ إِلَى لَعِبِهِمْ حَتَّى كُنْتُ أَنَا الَّتِى أَنْصَرِفُ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهِمْ
[3] Ibid, 3/21, Shalat Al-‘Idain:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِى جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِى الأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ بِهِ الأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثٍ قَالَتْ وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ. فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ أَبِمُزْمُورِ الشَّيْطَانِ فِى بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَذَلِكَ فِى يَوْمِ عِيدٍ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا
Lihat juga hadis lain yang serupa di halaman yang sama.
[4] Ibid, 1/203, Kitab Ath-Thaharah, hadis 402:
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْتَهَى إِلَى سُبَاطَةِ قَوْمٍ فَبَالَ قَائِمًا فَتَنَحَّيْتُ فَقَالَ ادْنُهْ فَدَنَوْتُ حَتَّى قُمْتُ عِنْدَ عَقِبَيْهِ
[5] Ibid, 1/543, Fadhail Alquran:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَمِعُ قِرَاءَةَ رَجُلٍ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ لَقَدْ أَذْكَرَنِي آيَةً كُنْتُ أُنْسِيتُهَا
[6] Ibid, Kitab Al-Birr wa Ash-Shilah wa Al-Aadab, Hadis ke-4.705:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ فَكَلَّمَاهُ بِشَيْءٍ لَا أَدْرِي مَا هُوَ فَأَغْضَبَاهُ فَلَعَنَهُمَا وَسَبَّهُمَا فَلَمَّا خَرَجَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَصَابَ مِنْ الْخَيْرِ شَيْئًا مَا أَصَابَهُ هَذَانِ قَالَ وَمَا ذَاكِ قَالَتْ قُلْتُ لَعَنْتَهُمَا وَسَبَبْتَهُمَا قَالَ أَوَ مَا عَلِمْتِ مَا شَارَطْتُ عَلَيْهِ رَبِّي قُلْتُ اللَّهُمَّ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ فَأَيُّ الْمُسْلِمِينَ لَعَنْتُهُ أَوْ سَبَبْتُهُ فَاجْعَلْهُ لَهُ زَكَاةً وَأَجْرًا
Dalam Bab ini juga, Muslim menukil sebuah hadis, Allah melarang orang muslim menjadi pelaknat. Saat dikatakan kepada Nabi saw. supaya melaknat orang-orang musyrik, Nabi saw. menjawab, “Aku diutus bukan sebagai pelaknat, namun untuk merahmati.
[7] Ibid, 4/1.842:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام فَلَمَّا جَاءَهُ صَكَّهُ فَفَقَأَ عَيْنَهُ فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَقَالَ أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ قَالَ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ عَيْنَهُ
[8] Ibid, 4/1.759:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّ نَمْلَةً قَرَصَتْ نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَفِى أَنْ قَرَصَتْكَ نَمْلَةٌ أَهْلَكْتَ أُمَّةً مِنَ الأُمَمِ تُسَبِّحُ
[9] Ibid, 3/1.276, Kitab An-Nikah:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ نَبِيُّ اللَّهِ لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ عَلَى سَبْعِينَ امْرَأَةً كُلُّهُنَّ تَأْتِي بِغُلَامٍ يُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ لَهُ صَاحِبُهُ أَوْ الْمَلَكُ قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَلَمْ يَقُلْ وَنَسِيَ فَلَمْ تَأْتِ وَاحِدَةٌ مِنْ نِسَائِهِ إِلَّا وَاحِدَةٌ جَاءَتْ بِشِقِّ غُلَامٍ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمْ يَحْنَثْ وَكَانَ دَرَكًا لَهُ فِي حَاجَتِهِ