Telaah Singkat Shahih Muslim (Bag. 1)
Mukadimah
A) Nama kitab:
- Al-Musnad Ash-Shahih
- Al-Musnad
- Ash-Shahih
- Al-Jami’ Ash-Shahih
- Shahih Muslim
- Al-Mukhtashar Min As-Sunan
B) Penyusun
Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi
Muslim menuntut ilmu hadis di Hijaz, kemudian di Iraq. Setelah beberapa tahun lamanya, ia kembali ke Naisabur dan mengajar di sana.
C) Guru-gurunya
D) Murid-muridnya
- Abu ‘Awanah
- Abu Hatim Razi
- Tirmidzi
E) Kedudukan Kitab
Terkait kedudukan kitab Shahih Muslim di kalangan kitab-kitab shahih Ahlu Sunnah, terdapat beberapa pendapat:
- Peringkat pertama sebelum Shahih Bukhari pendapat ini dari Abu Ali Naisaburi,[2] Maziri, dan Ibnu Hazm)
- Peringkat kedua setelah Shahih Bukhari (mayoritas Ahlu Sunnah)
- Peringkat ketiga setelah Shahih Bukhari dan Muwaththa’ Malik[3] (pendapat Razin)[4]
- Satu peringkat dengan Shahih Bukhari (pandangan penduduk Maghrib)
- Abstain; karena kita tidak mengetahui mana yang lebih baik.[5]
Hakim Naisaburi menukil dari Abu Abdurrahman Salami: “Saat aku berdiri di satu tempat, aku melihat seorang syeikh yang kedatangannya disambut dengan salam dan shalawat. Aku bertanya, “Siapakah gerangan syeikh ini?” Mereka menjawab, “Muslim.” Para pembesar istana maju ke depan dan mengumumkan bahwa Amirul Mukminin memerintahkan supaya menjadikan Muslim bin Hajjaj sebagai Imam Muslimin. Lalu mereka memajukan Muslim dan shalat di belakangnya sebagai makmum.”[6]
F) Bab-bab Kitab
Seluruh bab kitab Shahih Muslim berjumlah 54 yang tampaknya tidak disusun oleh Muslim sendiri, namun dilakukan oleh orang lain setelahnya:
G) Sanad Kitab
Shahih Muslim dinukil dari dua nama berikut ini:
- Yang utama dengan sanad Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan Naisaburi (Wafat tahun 308 H)
- Di Maghrib melalui Abu Muhammad Ahmad bin Ali Al-Qalanisi.
(Bersambung)
====================
[1] Ahlu Sunnah menyebut Ishaq bin Rahwaih sebagai “Amirul Mukminin” dalam ilmu hadis.
[2] Siyar A’lam An-Nubala’, 21/565.
[3] Raqin ‘Aqbari dalam kitab An-Nakt, 1/286 berpendapat bahwa peringkat Muwaththa’ Malik sebelum Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim setelah kedua kitab tersebut. Baik untuk diketahui bahwa Malik juga tidak menukil satu pun keutamaan-keutamaan Imam Ali a.s. dalam kitabnya.
[4] An-Nakt ‘Ala Kitab Ibn Ash-Shalah, 1/286.
[5] Riwayat Al-Mudallisin, 48.
[6] Siyar A’lam An-Nubala’, 12/565.