Urgensi Logika (I): Proses Berpikir dan Fungsi Akal
Suka atau tidak, manusia sepanjang hidupnya di alam materi akan terkena hukum-hukumnya. Salah satu karakter alam materi ialah adanya ujian dan cobaan yang muncul akibat gesekan kepentingan antar-makhluk hidup. Secara umum, alam materi adalah medan pergesekan sehingga diperlukan memerlukan solusi dalam penyelesaian kasusnya agar tidak memperkeruh keadaan. Hanya saja, dalam mengupayakan penyelesaian, pikiran manusia kerap tidak tertuju pada satu atau dua solusi saja. Boleh jadi, ada banyak alternatif dalam menyelesaikan sebuah problem. Untuk efektivitasnya, seorang manusia dituntut mencari solusi tepat dan terbaik yang semua itu harus diawali dengan proses berpikir.
Apa itu Berpikir?
Ada satu hal esensial yang menjadi pembeda manusia dari makhluk lainnya di alam materi ini, yaitu kepemilikannya akan akal. Akal sering diartikan sebagai sarana berpikir yang baik. Sebagai ciptaan dan karunia Allah SWT, penggunaan akal dalam proses berpikir merupakan keniscayaan bagi manusia.
Dalam ilmu logika, proses berpikir didefinisikan sebagai penyusunan perkara yang diketahui untuk mendapatkan perkara yang tidak diketahui. Berdasarkan definisi ini, proses berpikir dilaksanakan dalam upaya memperoleh jawaban yang belum diketahui berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa manusia dituntut menggunakan akalnya untuk berpikir agar mendapatkan solusi yang terbaik, khususnya, dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang ia hadapi. Dalam uraian lebih lanjut, ilmu logika juga menyebutkan secara detail minimal lima proses berpikir.
Apa itu Ilmu Logika?
Belajar ilmu logika berarti kita belajar berpikir atau bernalar yang merupakan kegiatan akal manusia. Di mana pengetahuan yang kita terima akan diolah dan diarahkan untuk mencapai suatu kebenaran, melalui proses berpikir yang baik dan benar. Manfaat utama belajar logika adalah seseorang akan dapat memanifestasikan daya pikirnya, sehingga mampu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, mengklasifikaskan, membandingkan, menarik kesimpulan, menganalisa suatu jalan pikiran, mencari kausalitasnya, membahas secara relitas dan lain-lain. Secara umum, ilmu logika mengajarkan manusia untuk bukan sekedar memahami dan menyerap nilai-nilai kebenaran, namun juga sekaligus mengargumentasikannya secara baik. Karena itu jika seseorang tidak memiliki kerangka logika yang benar, maka akan sulit dalam mengkaji hal-hal yang lain.
Apakah Logika pasti Benar?
Dengan kata lain, apakah logika tidak akan salah? Pertanyaan ini mungkin terkesan agak konyol, namun sering membuat banyak orang penasaran dengan jawabannya. Sebagaimana galibnya, ilmu Logika, terkhusus logika Aristotelian, didefinisikan sebagai alat berupa kaidah yang, bila diterapkan secara konsisten, akan menjaga seseorang dari kesalahan berpikir.
Semua ilmu-ilmu rasional bertumpu pada ilmu logika. Setidaknya, semua masalah dan argumen yang berkaitan dengan ilmu-ilmu rasional dapat diindukkan ke dalam hukum nonkontradiksi yang menyatakan: dua hal kontradiktif tidak akan bertemu. Hukum ini merupakan prinsip dan “kebenaran mutlak”. Dari sini dapat dinyatakan bahwa ilmu logika adalah ilmu pasti benar.
Tentu ilmu logika bukanlah ilmu jiwa (psikologi), walaupun dalam penerapannya, psikologi pun memerlukan ilmu logika. Logika tidak memberi deskripsi tentang apa yang orang pikirkan, atau bagaimana mereka biasanya sampai pada kesimpulan, sebagaimana yang diajarkan psikologi. Namun logika memberi gambaran bagaimana orang seharusnya berpikir jika mereka ingin berpikir benar. Logika menjelaskan aturan-aturan yang harus ditaati untuk sampai pada kesimpulan yang tepat. Sama seperti Aritmetika dalam ilmu eksakta yang menjelaskan aturan-aturan yang harus diikuti untuk sampai pada jawaban yang benar. Dari sinilah dikatakan bahwa tidak semua yang belajar logika selalunya akan berpikir logis, namun tergantung sampai di mana ia konsisten pada aturan-aturan ilmu logika yang ada.
Perlu dicatat kesalahan berpikir kerap dialami seseorang lantaran satu dari dua hal berikut:
Pertama, premis-premis yang dijadikan landasan beragumentasi terdiri dari premis yang bermasalah, secara susunannya. Karena premisnya salah maka berakibat pada kesimpulan (konklusi) yang salah pula.
Kedua, bentuk premisnya yang memiliki problem mendasar. Itu pula yang menyebabkan hasil yang didapat pun bermuatan kesalahan. Coba amati contoh di bawah ini:
– Budi adalah manusia.
– Setiap manusia adalah pelaku dzalim.
– Maka, Budi adalah pelaku dzalim.
Menghukumi Budi sebagai pelaku dzalim dengan berdasar pada premis mayor tadi merupakan kesalahan, karena tidak seorang pun akan menilai bahwa proposisi “setiap manusia cenderung korup” sesuai dengan faktanya.
Logika untuk Semua
Dalam menjalani kehidupannya, manusia selalu berpikir. Berpikir merupakan keniscayaan bagi manusia. Karena itu dapat dikatakan bahwa salah satu essensi dasar manusia (fitrah) adalah berpikir.
Proses berfikir adalah hal dasar dalam bertindak. Hanya saja, terkadang dalam berpikir manusia terjerumus ke dalam lembah kesalahan, bahkan kesalahan fatal yang berakibat sangat merugikan. Karena itu, seharusnya kita mampu berfikir dengan benar agar tindakan kita tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan. Hal itu dikarenakan kesalahan dalam berpikir akan berimbas pada kesalahan dalam meyakini sesuatu, sementara kesalahan dalam meyakini sesuatu akan berujung pada salah dalam berucap dan berbuat. Sehingga bisa dikatakan bahwa segala tindakan kita bermula dari cara berpikir kita.
Untuk memenuhi harapan tersebut dibutuhkan ‘alat’, yaitu ilmu Logika (mantiq). Jadi, Logika selain berfungsi sebagai sarana mencari solusi yang paling efektif, juga berperan sebagai tolok ukur kebenaran berpikir, karena setiap manusia selalu berpikir dan, berdasarkan fitrahnya, senantiasa ingin meraih kebenaran dan kesempurnaan. Oleh karena itu, Logika layak dan ideal untuk dipelajari oleh siapa pun.
Dalam rangka itu, berpikir dan komunikasi adalah titik awal berlogika, karena komunikasi dan berpikir sudah ada sejak pertama kali manusia hidup di muka bumi ini dan, tentu saja, jauh sebelum Logika disusun sebagai disiplin ilmu. Karena itu, ilmu Logika merupakan hasil dari pengamatan dan pendisiplinan atas hal-hal berserakan yang terkait dengan manusia-manusia yang berakal sehat, berpikir dan berkomunikasi[uml].
agustina harianti
26 June 2018 @ 1:59 pm
Jadilah manusia yg cerdas…slalu berpikir dan berahlak mulia