Abu Hamzah Tsumali: Sang Pencinta dan Pengabdi Setia
ويحملني ويجرئني على معصيتك
حلمك عني ويدعوني الى قلة الحياء سترك علي
ويسرعني الى التوثب على محارمك
معرفتي بسعة رحمتك وعظيم عفوك
Sikap lembut-Mu padaku telah membuatku berani melakukan maksiat.
Tirai-Mu atas dosaku membawaku memiliki sedikit rasa malu.
Pengetahuanku akan luasnya rahmat-Mu serta besarnya ampunan-Mu,
Mempercepat diriku untuk melanggar banyak larangan-Mu.
Itulah kutipan dari Doa Abu Abu Hamzah ats-Tsumali. Ya, salah satu nama terkemuka yang mengema di bulan Ramadhan adalah Abu Hamzah ats-Tsumali. Betapa tidak, doa Abu Hamzah ats-Tsumali yang memiliki kandungan sufistik yang agung dan luar biasa adalah “bacaan wajib” para musafir dan salik fi sabilillah. Sebagian ahli makrifat menyandingkan doa ini dengan doa Kumail dan mereka menganggapnya sebagai saudara kembar doa Kumail. Alhasil, doa Abu Hamzah ats-Tsumali yang bersumber dari kedalaman dan keluhuran ruh serta keikhlasan ‘ubudiyyah Sayyidu Sajidin, Imam Ali Zainal Abidin adalah khazanah dan warisan spiritual Islami yang berharga dan menjadi andalan ahli suluk dalam munajat, zikir dan doa yang mereka panjatkan di bulan Ramadhan.
Tsabit bin Abi Shafiyyah yang terkenal dengan julukan dan pangggilan Abu Hamzah ats-Tsumali. Nama ayah Abu Shafiyah (ayah Tsabit) adalah Dinar. Oleh karena itu, Tsabit bin Dinar adalah Abu Hamzah ats-Tsumali.[1]
Tsabit bin Abi Shafiyyah yang terkenal dengan julukan Abu Hamzah ats-Tsumali begitu terkenal, bahkan jumhur ulama juga menukil riwayat darinya.[2] Dan seluruh keluarganya termasuk orang-orang yang mulia dan terpercaya.[3]
Abu Hamzah Tsumali yang hidup pada zaman Imam as-Sajjad adalah pribadi yang mulia seperti sahabat Salman al-Farisi di zaman Nabi saw. Beliau adalah orang yang terpercaya pemegang amanat serta rahasia. Beliau bertemu dan mengabdi pada empat Imam: Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad, Imam Muhammad al-Baqir, Imam Ja’far ash-Shadiq dan Imam Musa al-Kazhim.
Abu Hamzah ats-Tsumali termasuk sahabat khusus Imam Sajjad dan memiliki hubungan dan keakraban yang istimewa. Doa Imam Sajjad yang merupakan doa terpanjang yang biasa dibaca di waktu sahar (waktu sahur menjelang Subuh) bulan Ramadhan adalah doa yang diriwayatkan melalui jalur Abu Hamzah, sehingga karena itu doa ini pun kemudian dikenal dengan nama: “Doa Abu Hamzah ats-Tsumali”.
Sehubungan dengan Abu Hamzah ats-Tsumali, Imam Ali Ridha berkata: Abu Hamzah ats-Tsumali di zamannya bagaikan Luqman al-Hakim. Ia mengabdi kepada empat orang dari kami: Ali bin Husain,Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad dan sesaat di masa Imam Musa bin Ja’far al-Kazhim.
Ayah Tiga Syahid
Abu Hamzah memiliki lima (5) anak yang saleh dan tiga anaknya Nuh, Mansur dan Hamzah membela Zaid bin Ali bin Husain untuk berjihad dan menentang pemerintahan diktator Bani Umayah di Kufah.
Anak-anak Abu Hamzah termasuk pejuang terkemuka di barisan pembela Zaid bin Ali Zainal Abidin. Dan ketika peperangan mencapai puncaknya dan para pembela Zaid bin Ali telah merasakan keletihan dan kelemahan serta kekalahan, banyak dari mereka membatalkan baiatnya dan lari tunggang langgang dan hanya sedikit yang bertahan di sekitar Zaid yang di antara mereka adalah Nuh, Mansur dan Hamzah, anak-anak Abu Hamzah Tsumali. Mereka bertiga tetap setia membela Zaid bin Ali dan bertahan bersamanya sampai nafas terakhir.
Dua anak Abu Hamzah yang lain, yaitu: Ali dan Husain hidup di zaman Imam Musa al-Kazhim dan mereka menjadi ahli hadis dan fukaha. Keduanya banyak meriwayatkan hadis dari imam-imam ahlul bait (A’yan as-Syi’ah, juz 4, hal. 10).
Karya dan Peninggalan
Ahli hadis dan fakih ternama ini meninggalkan—dalam usianya yang berkah—pelbagai karya yang berharga. Beliau banyak meriwayatkan hadis di pelbagai tema fikih, tafsir,’irfan/tasawuf, dan di pelbagai bidang adab-adab pergaulan, hukum, ekonomi Islam, haji dan dasar-dasar agama dan lain sebagainya.
Dan di antara karyanya yang paling menonjol ialah:
1-Tafsir Qur’an Karim yang disebutkan oleh Ibn Nadim dalam kitab al-Fihrist.
2-Kitab “Nawadir” yang temanya tentang hadis yang diriwayatkan oleh Hasan bin Mahbub dari Abu Hamzah
3-Kitab Zuhud
4-Risalah Huquq Imam Zainal Abidin yang terdapat dalam kitab Amali dan Man la Yahduruhu al-Faqih
5-Doa Abu Hamzah Tsumali yang mengandung ‘irfan yang agung dan mendapat perhatian khusus ahli tarekat dan memiliki banyak syarah.
Wafat
Menurut pendapat yang populer, beliau meninggal dunia pada tahun seratus lima puluh Hijriah (150 H)[4], namun menurut Ibn Sa’ad, beliau wafat pada zamankhilafah Manshur.[5]
Dan khilafah Manshur antara tahun 136 sampai 158. Dan yang populer di kalangan hadis ahlulbait bahwa Hasan bin Mahbub meriwayatkan hadis dari Abu Hamzah Tsumali. Dan kita ketahui bahwa Hasan bin Mahbub meninggal dunia pada tahun 224 Hijriah pada usia tujuh puluh lima (75) tahun.[6] Yakni,pada zaman wafatnya Abu Hamzah Tsumali (tahun 150 Hijriah) berusia kurang dari dua tahun. Dengan demikian, tanggal wafat yang disebutkan oleh Ibn Sa’ad lebih sahih. Sebab, bila katakanlah hari wafatnya Abu Hamzah pada tahun 158 H maka usia Ibn Mahbub pada zaman itu berkisar delapan tahun, sehingga lebih tepat dalam usia seperti ini beliau meriwayatkan hadis dari Abu Hamzah Tsumali.[7]
[1] نجاشی، احمد بن علی، فهرست أسماء مصنفی الشیعة(رجال نجاشی)، ص 115، قم، دفتر انتشارات اسلامی، چاپ ششم، 1365ش
[2] ر.ک: سبحانی، جعفر، موسوعة طبقات الفقهاء، ج 1، ص 304، قم، مؤسسه امام صادق (ع)، 1418ق
[3] رجال كشی، ص 406
[4] شیخ طوسی، محمد بن حسن، الابواب (رجال طوسی)، محقق و مصحح: قیومی اصفهانی، جواد، ص 110، قم، دفتر انتشارات اسلامی، چاپ سوم، 1427ق.
[5] ابن سعد کاتب واقدی، محمد بن سعد، الطبقات الکبری، تحقیق: عطا، محمد عبد القادر، ج 6، ص 345، بیروت، دار الکتب العلمیة، چاپ اول، 1410ق
[6] Oleh karena itu tahun kelahiran Hasan Ibn Mahbub adalah 149 Hijriah.
ر.ک: امین عاملی، سید محسن، اعیان الشیعة، ج 4، ص 9، بیروت، دار التعارف للمطبوعات، 1406ق
[7] اعيان الشیعة، ج 4، ص 10