Almarhum Ayatollah Sayed Shahroudi dari Keluarga Ulama dan Syuhada di Masa Rezim Lalim Saddam
Kakek Sayed Mahmod, pernah dikenang oleh Ayatollah Uzhma Syaikh Behjat: “Saat kami bersama sejumlah pelajar pergi ziarah ke Makam Imam Husain, kami singgah di rumah Sayed Ali Akbar, dan beliau menyambut kami dengan hangat dan penuh hormat.” Makamnya terletak di Darussalam, belakang makam dua nabi; Hud dan Shaleh (as), Najaf.
Ayahnya adalah seorang alim murid khusus Ayatollah Uzhma Sayed Abul Qasim Khu`i. Beliau lah yang pertama menulis taqrir (catatan lengkap) pembahasan fikih dan ushul dari sang guru. Di mukadimah kitabnya ini, beliau mengungkapkan: “Saya persembahkan kepada pembaca budiman sebuah kitab yang telah saya beri judul “al-Muhadharat fi al-Fiqh al-Ja’fari”. Adalah hasil saya belajar kepada yang mulia mahaguru imam hauzah ilmiah Najaf Asyraf, Ayatullah Uzhma Sayed Abul Qasim Khu`i, agar mereka dapat menimba dari ilmu syariat beliau yang sangat luas dan dalam..”.
Karya taqrirnya yang berharga itu pun kemudian mendapat apresiasi dari Sang Guru Besar melalui tulisan tangan beliau sendiri di bagian pengantar: “.. Telah kami cermati “al-Muhadharat” ini karya pentahqiq yang bertakwa Allamah Sayed Ali Shahroudi –semoga beliau diliputi rahmat Allah.. Sebuah taqrir pembahasan kami tentang fikih mu’amalat dengan sangat bagus, cermat dan jelas darinya, menunjukkan pengkajian yang sangat dalam, detail, komprehensif dan sempurna…”
Pada tahun 1376 H, beliau jatuh sakit dan tak lama kemudian wafat. Ayatollah Uzhma Sayed Khu`i guru beliau, Ayatollah Sayed Sa’id al-Hakim (yang kini sebagai marji’ taqlid di Najaf) dan ulama lainnya datang untuk melayat. Shalat jenazah dilaksanakan oleh putranya, Ayatollah Sayed Mahmod Shahroudi, dan Almarhum yang faqih ini dikebumikan di dalam aula makam Imam Ali.
Almarhum Sayed Khu`i Menangis lalu Tersenyum
Ibu Sayed Mahmod adalah putri Ayatollah Uzhma Sayed Ali Madad Musawi Qa`ini. Beliau menjadi seorang ibu yang tiga putranya –tiga saudara kandung Sayed Mahmod- mati syahid (di masa rezim lalim Saddam); Sayed Hadi, Sayed Muhsin dan Sayed Mustafa Hashemi. Di sini, penulis ingin sekali menyampaikan sedikit tentang Sayed Mustafa Hashemi. Dikatakan bahwa lulusan fakultas kedokteran ini sangat mengagumi Syahid Baqir Shadar dan akrab sekali dengan beliau. Syahid pun sangat menyayangi dia. Seperti halnya Sayed Mustafa Khomeini, pengagum berat Imam Khomeini yang adalah ayahnya sendiri, dan menjadi pembela revolusi Islam yang dicetuskan oleh Imam.
Sayed Mustafa Hashemi setelah menyatakan dukungan penuh, janji setia dan siap membela Sayed Baqir Shadr, menjadi bagian dari perjuangan beliau –dalam melawan sistem kezaliman Saddam. Ketika keluar dari kediaman beliau, ia ditangkap oleh aparat Saddam di Najaf, dan ditahan di Bagdad. Meski menghadapi berbagai siksaan yang berat oleh para algojo kelas kakap, ia tak goyah sedikitpun bak gunung yang kokoh, hingga menemui kesyahidan di jalan Allah. Jasad Syahid Mustafa kemudian dipindah atas perintah pihak Saddam dari satu tempat ke tempat lain, sampai pada tempat yang tak diketahui. Hal ini terjadi pada 7 september 1980, dan tak diketahui jejaknya sampai sekarang, meski rezim zalim Saddam sudah tumbang.
Kembali pada sirah Almarhum Ayatollah Uzhma Sayed Mahmod Hashemi Shahroudi, bahwa putra dari keluarga ulama besar ini lahir di Najaf pada 2 Dzulqa’dah 1368 H/1948 M. Setelah menyelesaikan sekolah dasar dan tingkat menengah, beliau berguru kepada Syaikh Hadi Sistani. Sang guru menceritakan: “Saya antar Sayed Mahmod Hashemi ke Masjid al-Khadhra` di tempat Ayatollah Uzhma Sayed Khu`i mengajar, untuk pemasangan ‘imamah (sorban kepala) baginya. Pada saat Ayatollah Khu`i memasangkan ‘imamah kepadanya, beliau menangis lalu tersenyum. Setelah itu saya tanya beliau, “Sayed mengapa Anda tadi menangis lalu tersenyum?”
Sayed Khu`i menjawab, “Aku teringat ayahnya dan harapan yang telah aku letakkan di pundak Almarhum agar bisa menempati mimbar itu (seraya menunjuk pada mimbar tempat beliau duduk mengajar). Tetapi kemudian, aku berfikir bahwa mimbar pelajaran ini semoga akan ditempati oleh putranya. Karena itu aku tersenyum.”
Referensi:
Adhwa ‘ala Hayat Ayatullah al-Uzhma Sayed Mahmud al-Hasyimi/Penyusun: Sayed Mahmud Khathib