Bagaimana Agar Doa Bisa Menjadi Sebuah SolusiRenungan Doa Imam Mahdi Afj, Bag 1
By: Suparno
Do’a keselamatan dari Imam Mahdi afj
Allahumma shalli ala Muhammad wa ali Muhammad
Allahummarzuqna taufiqattha’ah
“Ya Allah karuniakan bagi kami taufik ketaatan”
Doa ini diawali dengan permohonan agar kita dikaruniai taufik, tidak sembarang taufik tapi taufik ketataan kepada Allah swt.
Semua orang dituntut untuk memiliki tujuan. Semua orang hidup dan dari hasil interaksi dengan orang lain, dengan lingkungan sekitar, dengan lingkup sosial tertentu dari sini muncullah berbagai permasalahan. Dari permasalahan tadi manusia menjadi stress dan tertekan, dan dia tidak bisa hidup dengan nyaman di muka bumi ini.
Sebagai contoh ketika seorang ayah pulang dari pekerjaan dengan membawa stress, stress dari tempat kerja maupun stress selama perjalanan pulang. Sang ibu dengan semangat emansipasi juga meniti karier di dunia kerja, ia pun pulang kerumah dengan membawa stress, stress persis seperti suaminya. Rumah pun menjadi tempat bertemunya dua stress dari dua orang terpenting dalam rumah tangga.
Tuntutan kerja mengharuskan si ayah dan ibu bangun pagi-pagi dan bersiap untuk memulai kerja, juga karena tuntutan tempat kerja, si ayah dan ibu harus pulang terlambat, belum lagi kadang harus kerja lembur karena sudah mendekati deadline, karena konsumen meminta proyek dipercepat, klient menuntut ada perubahan sementara waktu sudah mepet, demi mempertahankan konsumen dan klient karyawan diharuskan kerja lembur.
Kita bisa bayangkan bagaimana kenyamanan dan ketentraman dari keluarga diatas. Ketika kehidupan didasarkan tidak pada ketaatan kepada Allah swt maka itu sama dengan permasalahan yang akan melahirkan permasalahan-permasalahan yang lain.
Kita kembalikan pada masalah bahwa ketaatan adalah sebuah taufik yang semestinya kita utamakan dalam deret doa kita. Dapat dipahami disini bahwa ketaatan adalah sebuah target, dan dalam menggapai target kita butuh perencanaan, diluar perencanaan bagian yang sangat penting adalah pengenalan pihak yang akan diupgrade ketahap ketaatan, yakni diri kita sendiri. Bagaimana kondisi kita, seberapa jauh kita dari level yang ingin kita raih, berapa tahapan yang harus kita lalui agar kita bisa sampai pada level yang kita harapkan. Apa saja yang kita butuhkan, apa saja kondisi pribadi kita yang menjadi penghalang, sifat apa saja yang kita miliki dan itu menghalangi perjalanan kita, dari perbuatan dan sifat buruk yang kita miliki mana yang lebih berat ditinggalkan, dan mana yang lebih mudah kita tinggalkan, berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai level itu, apakah egoisme sedang mengungguli nalar normal kita, apakah sifat tidak mau mengalah sedang mengalahkan kita dalam menentukan pilihan kita.dll. Kita berikan skala prioritas.
Doa yang kita panjatkan adalah pengingat kita untuk senantiasa berada dalam satu garis, berada dalam koridor sehingga kita bisa tetap berada dalam zona aman, berada dalam zona perjalanan yang tidak menyalahi tujuan yang akan kita raih.
Demikian juga baris pertama doa keselamatan dari Imam Mahdi afj ini.
Allahummarzuqna taufiqattha’ah
“Ya Allah karuniakan bagi kami taufik ketaatan”
Doa ini mengingatkan kita untuk ingat dan senantiasa melihat tujuan tertinggi kemanusiaan yakni menjadi manusia taat. Dan dalam al Qur’an Allah swt berfirman
“Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul…… Dan jika kamu taat kepadaNya, niscaya kamu mendapat petunjuk….” (Qs An Nur:54)
Kita diperintahkan untuk menjadi manusia taat, taat kepada Allah swt dan kepada rasulNya. Kita diberitahu melalui ayat ini bahwa seharusnya taat dijadikan tujuan, sebuah tujuan yang akan menghantarkan manusia menjadi makhluk yang berada dalam hidayah Allah swt, “…niscaya kamu mendapat petunjuk…”
“…Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul.” (Qs : Al Ahzab: 66)
Dalam ayat ini digambarkan para ahli neraka menyesali penyebab keberadaan mereka disana, mereka menyesal mengapa selama didunia tidak taat kepada Allah swt dan RasulNya. Tidak menjadikan ketaatan kepada Allah dan rasulNya sebagai parameter dalam menentukan cara hidup di alam dunia. Kebalikan dari kondisi diatas, mereka yang taat kepada Allah dan RasulNya, mereka akan mendapat kebahagiaan SurgaNya Allah swt.
“…Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan barang siapa yang berpaling niscaya akan diazab-Nya dengan azab yang pedih. (Qs : Al Fath: 17)
“Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia.” (Qs Al Ahzab: 31)
Dalam ayat ini ketaatan kepada Allah swt dan Rasulnya disebut sebagai amalan yang menjadikan hamba mendapatkan pahala berlipat ganda, dan akan mendapatkan rizki yang mulia.
Doa juga mengingatkan terus-menerus bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah pengghambaan dan penyembahan mutlak kepada Allah swt.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “ (Qs Al dzariyaat: 56)
“Janganlah kamu menyembah selain Allah…” (Qs Al Ahqaaf:21)
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.” (Qs Al Zumar:11)
Doa ini juga menjadi parameter untuk melihat apakah pilihan kita dalam menjalani hidup sudah sinkron dengan doa ini apa malah bertolak belakang. Apakah pilihan hidup ini kita berlandaskan konsep ketaatan pada Allah swt atau tidak. Ketika semua tahapan ini kita lalui, kita singkronkan dengan koridor ketaatan pada Allah swt maka kita akan hidup dengan tenang, kita akan aman dari berbagai permasalahan, hal-hal yang awalnya bermasalah dimata kita menjadi bukan suatu masalah. Adanya ujian menjadi sumber penyemangat bahwa kita dipersilahkan untuk naik level bukan malah membuat kita mundur dan putus asa. Adanya permasalahan kita hadapi dengan lebih tenang, permasalahan ketika dihadapi dengan sikap tenang, akan lebih mudah dipecahkan dibandingkan jika dihadapi dengan emosi.
Ketaatan berasal dari kata taat, dan dalam bahasa arab memiliki padanan dengan Tha’ah. Ketaatan adalah sebuah kemestian yang muncul dari rasa percaya sepenuh hati kepada Allah swt. Ketika kita melihat anak-anak muda kita bermasalah, bukannya tidak mungkin kalau sebenarnya mereka belum memiliki pemahaman akidah yang runut. Mereka hanya tahu bahwa Allah itu ada dan esa, belum sampai tahap yakin bahwa Allah itu memang harus ada dan tidak mungkin tidak esa. Masih banyak permasalahan akidah yang mereka simpan dan mereka tidak tahu kepada siapa hal itu bisa dipecahkan, karena kalau mereka bertanya tentang Allah bisa jadi beberapa orang langsung dicap kafir atau murtad karena dianggap sedang tidak mengimani Allah swt.
(bersambung..)