Islam Berdaya Penangkal Musuh Luar dan Dalam
Islam Berdaya Penangkal Musuh Luar dan Dalam
Ibarat badan sehat terdapat di dalamnya daya tahan tubuh yang aktif, Islam seperti sosok yang terancam bahaya tapi berdaya untuk menghadapinya. Telah Allah swt letakkan daya pertahanan itu di dalam tubuhnya. Lantas, bahaya apakah itu? Dua macam:
1-Musuh eksternal atau pemusnahan dari luar; ialah orang dari luar batasan membidik eksistensi “sebuah sistem”, dengan pengerahan semua kekuatan disertai pemikiran, prinsip dan aturan dan apapun yang dimilikinya.
Dari luar, apa maksudnya? Bukan dari luar negeri. Tetapi dari luar sistem, sekalipun ada di dalam negeri. Mereka adalah orang-orang asing yang kontra sistem. Upaya mereka ialah pemusnahan sebuah sistem, dengan semua kekuatan material, persenjataan tercanggih, uang, propaganda dan apapun yang mereka punya.
2-Musuh internal atau pemusnahan dari dalam; ialah ada di dalam tatanan. Ia bukan milik orang asing. Tapi milik sendiri, orang dalam. Bisa saja “orang-orang dalam” menggerogoti dari dalam sebuah tatanan, dikarenakan kejenuhan (kekecewaan), salah paham mengenai jalan yang benar, dominasi perasaan yang tak terkendali dan terpedaya oleh fatamorgana-fatamorgana material. Pastinya, musuh ini lebih berbahaya dari macam bahaya yang pertama.
Dua macam musuh tersebut ada di setiap tatanan. Untuk menghadapi keduanya, Islam telah mempunyai solusi dan menetapkan jihad.
Jihad tak hanya melawan musuh luar. Allah berfirman; “..berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu.” (QS: at-Taubah 73).
Orang munafik menempatkan dirinya di dalam tatanan ini. Karena itu, mereka harus dilawan. Jihad ialah melawan musuh yang ingin menyerang tatanan yang tidak dia yakini. Namun, untuk menghadapi si pemecah internal ini, ada ajaran etika yang sarat nilai, yang menyingkap hakikat dunia kepada manusia. Allah berfirman:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak..” (QS: al-Hadid 20). Yakni, semua perhiasan, penampakan dan kesenangan dunia ini, sekiranya merupakan hal yang lazim dan kebutuhan yang tak bisa lepas darinya dan musti dimanfaatkan, tetapi ketahuilah bahwa mengejarnya secara buta dengan melupakan tujuan-tujuan, sangatlah berbahaya.
Imam Ali singa medan perang terhadap musuh, ketika berbicara, mereka berharap separuh pembicaraannya menyangkut jihad, perang dan kepahlawanan. Namun, kita dapati di dalam riwayat-riwayat dan khutbah-khutbah Nahjul Balaghah, pesan-pesan beliau kebanyakan mengenai ketakwaan, akhlak, kehinaan dunia dan kemuliaan nilai-nilai spiritual serta kemanusiaan yang tinggi.
Dua perkara -yakni “jihad kecil” melawan musuh (kemunafikan) dan “jihad besar” melawan musuh dalam diri- itulah yang berlaku bagi Imam Husain. Selain melawan musuh, juga melawan diri yang menjelma pada puncaknya di hari Asyura. Yakni, Allah swt Maha mengetahui peristiwa Karbala yang terjadi dengan adanya figur agung yang tampil, untuk menggugah dan memotivasi manusia dalam perlawanan tersebut.
Asyura adalah gerakan agung perlawanan di dua medan tersebut, terhadap dua musuh; luar dan dalam. Keduanya merupakan perangkat pemerintahan batil dan ambisius dunia, yang hendak menggerogoti kekuatan ini. Ialah kekuatan yang telah diterapkan oleh Rasulullah saw untuk menyelamatkan umat manusia. Musuh bergerak dalam menentang Islam dan Rasulullah saw. Musuh di medan internal pun bergerak menuju kerusakan internal secara umum di tengah masyarakat kala itu (di masa kepemimpinan Imam Husain).
Keharusan Meneladani Ahlulbait Nabi saw
Dapat ditarik dari semua di atas beberapa poin berikut:
1-Islam yang telah dibangun sedemikian kokoh oleh Sang Nabi Penutup selalu menghadapi musuh yang tak menghendaki eksistensinya di sepanjang zaman.
2-Selain dua macam musuh; eksternal dan internal, hawa nafsu yang mendominasi juga menjadi musuh yang harus dilawan setiap muslim.
3-Pada saat yang sama, Islam memiliki daya penangkal yang telah Allah kukuhkan di dalamnya. Yaitu, konsep kepemimpinan ilahiah dan jihad dalam arti yang luas.
4-Imam Husain dan figur-figur Ahlulbait Nabi yang suci, adalah para pelanjut misi agung Rasulullah saw. Merekalah penjaga kesucian Islam dari semua tangan jahil yang hendak menggerogotinya dari luar dan dalam.
Sebagai pasangan Alquran yang tak terpisahkan dari ‘Itrah Nabi saw, dalam penerapan salah satu pesan Alquran, yaitu jihad dalam melawan segala musuh, kita harus meneladani mereka yang sama halnya meneladani Rasulullah saw. Sebab, sebagaimana diterangkan dalam hadis ats-Tsaqalain, Rasulullah saw bersabda: “Apabila kamu berpegang teguh pada keduanya niscaya kamu takkan tersesat untuk selamanya..”
Referensi:
Insan 250 Saleh/Grand Ayatollah Ali Khamenei