Bahasa Angka dalam AlQuran*
Salah satu mukjizat Quran yang menjadi perhatian besar para ilmuan alquran adalah mukjizat angka dalam Quran, hal ini memunculkan dua pandangan, kelompok yang sepakat dan kelompok yang menentangnya.
Dalam hal ini perlu kita teliti makna dari angka dan sejarahnya lalu dikaji juga mukjizat angka, hal ini dilakukan dengan melihat penggunaan angka dalam Quran baik angka genap maupun ganjil. Kemudian kita lanjutkan dengan meneliti kemungkinan adanya mukjizat angka dalam Quran, kita teliti apakah ada keteraturan angka dalam Quran, apakah keteraturan atau ketidakteraturan tersebut memiliki tujuan, apakah tujuan dari susunan yang demikian ini.
Quran Kitab Hidayah
Quran adalah kitab yang memiliki tujuan sebagai media dalam mengantarkan manusia seluruhnya ke jalan hidayah.[2]Demi tujuan memberikan hidayah Quran juga memaparkan pembahasan-pembahasan ilmiah.[3] Kita bisa mendapatkan poin ini pada surat Nahl ayat 91.[4]Namun walau bagaimana, Quran bukanlah buku ilmiah, walaupun dalam beberapa tempat Quran tidak jarang turut menyebut berbagai pembahasan Ilmiah. Pembahasan ilmiah yang juga kita dapati diantara ayat-ayat Quran adalah pembahasan seputar angka.
‘Adaddun (عدد)dalam sudut pandang ahli bahasa
Kata angka dalam bahasa arab disebut dengan (عدد) Dalam Quran kita temukan (فَلا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّما نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا) Maka Janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami menghitung (amalan) mereka dengan perhitungan yang teliti[5]. Kata (عَدًّا) diartikan dengan “perhitungan yang teliti”. Jadi disini kata (عدد) disetarakan dengan perhitungan, variable dari kata hitung, menghitung, hitungan, dan perhitungan, kata (عَدًّا) adalah mashdar dan disini bermakna hitungan, atau perhitungan.
Dalam kamus kata (عدد) dapat dilihat pada kata dengan huruf (عد) dan dalam hal ini ada beberapa pandangan, Ibnu Fars (meninggal pada 395 Q) kata (عد) memiliki asal makna shahih dan sebuah kesatuan yang bermakna: a. (احصاء) ahsha’ yakni selesainya proses penghitungan dan kata jama’ darinya adalah (اعداد) a’dad , b. Kata (اعداد) i’dad, bermakna mempersiapkan, proses persiapan, dan penyiapan.[6]
Sementara itu penulis mufradat al quran menyetarakan makna kata (عدد) dengan kata (حساب)[7] dihalaman yang sama dia juga menjelaskan bahwa kata (عدد) ada bagian-bagian yang tersusun, dan kata (عد) ‘iddun, artinya mengkaitkan angka-angka satu dengan yang lain, [8] dalam bahasa Indonesia bisa kita sebut dengan menghitung.
Ahli bahasa yang lain seperti, Ibnu Darid (meninggal 321 Q)[9], Jauhari (meninggal 393 Q)[10], Ibnu Manzur (meninggal 711 Q)[11], Fiyumi (meninggal 770 Q)[12], serta beberapa ahli bahasa lain, Thuraihi, Zubaidi, mereka semua menyebutkan dua makna ini, dua makna yang disebutkan oleh Ibnu Fars.
Sebagian ahli bahasa masih percaya bahwa asal kata dari (عد) adalah (احصاء) ahsha’, pendapat ini diungkapkan oleh Zamakhsyari, Ibnu Atsir, mereka tidak menyebutkan makna yang kedua sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Fars.
Seorang ahli bahasa dijaman ini menilai bahwa jika (عد) disebut memiliki satu makna yakni (احصاء) ahsha’ bersama dengan (جمع) perhitungan yang purna.
Jadi asal kata dari kata (عد) adalah (احصاء) ahsha’ yakni menghitung, dan dia adalah kammiyah sistem nilai dan harga, dan segala sesuatu yang bisa dihitung disebut (احصاء) ahsha’, dengan definisi ini maka angka 1 tidak bisa disebut dengan angka, alasannya karena dia tidak memiliki kegandaan. [13]Penghitungan pada angka satu tidak ada maknanya.
Para ahli matematika juga menjelaskan bahwa (عد) adalah kammiyah sistem nilai dan harga, kumpulan dari beberapa hal, atau jumlahnya lebih dari satu. Jadi mereka berpendapat bahwa 1 tidak dikategorikan sebagai (عدد) yakni angka.[14]
Dalam istilah menurut Ikhwan al shafa, a’adadun adalah kammiyah sistem nilai dan harga gambaran dari sesuatu pada saat sedang dilakukan penghitungan, dan angka satu adalah asal dari angka dan tempat muculnya angka itu sendiri.
Dalam bahasa arab angka adalah penjelasan ketika ditanyakan menggunakan kata berapa (کم). Dengan penjelasan ini angka satu dan dua juga termasuk didalamnya, misalnya ada berapa orang yang datang, dijawab ada satu orang saja yang datang, (جاء شخص واحد) jadi berbeda dengan pendapat yang sudah dikemukakan Fiyumi.
(bersambung)
* Disarikan dari (برسی اعجاز ریاضی قرآن با تاکید بر اعجاز عددی)
[2] Qs Albaqarah:2
[3] Tafsir Kasyaf, juz 1, hal 38.
[4] Ma’rifat, Al Tamhid fi Ulum Al Quran, juz 6, hal 13-14.
[5] Qs Maryam: 84.
[6] Kamus Maqayis al lughah, Ibnu Fars, juz 4, hal 29-32.
[7] Al mufradat fi gharibil Quran, Roghib Isfahani, hal 116).
[8] Al mufradat fi gharibil Quran, Roghib Isfahani, hal 324).
[9] Jumhuri al lughah, juz 1, hal 74.
[10] As shihah, juz 2, hal 205-207.
[11] Lisan al Arab, juz 3, hal 381.
[12] Mishbah al munir, hal 395-396.
[13] Mishbah al munir, hal 395-396.
[14] Ibnu Ma’sum Madani, at thiraz al awal, wal kanaz lamma alaihi min lughat al arab al ma’mul.