Dalam Ziarah Sayidah Narjes: “Salam bagimu, Wahai yang Menyerupai Ibu Nabi Musa..”
Dalam Ziarah Sayidah Narjes: “Salam bagimu, Wahai yang Menyerupai Ibu Nabi Musa..”
Narjes adalah putri Yasyu’a bin Qaishar raja Romawi. Lahir di Konstatinopel ibukota Imperatur Romawi. Namanya Narjes berdasarkan nukilan banyak ulama terutama yang dekat dengan zamannya seperti Syaikh Mufid, Syaikh Thusi dan lainnya. Hakimah menyebutnya Narjes dalam riwayat dari Ibnu Hammam.
Bukti lainnya dalam Sahifah az-Zahra, riwayat dari Abu Nadhirah bahwa Imam Baqir pada saat menjelang wafat, memanggil Jabir bin Abdillah ra. Ia menyampaikan kepada beliau dari Sayidah Fatimah, nama-nama para imam dari keturunan az-Zahra, yang ada di dalam Sahifahnya. Sampai pada bagian: ابو القاسم محمد الحسن هو حجة الله القائم امه جارية اسمها نرجس; “Abul Qasim Muhammad bin Hasan adalah hujjah Allah, yang akan bangkit (di akhir zaman). Ibunya seorang “budak” bernama Narjes.”
Syaikh Shaduq meriwayatkan sebuah hadis yang panjang, di antaranya bahwa Imam Ali Hadi mengutus sahabatnya untuk membeli “budak” itu, kemudian beliau berikan kepada putranya, Imam Hasan ‘Askari. (Merujuk pada “al-Hadaiq an-Nadhirah/Muhaqiq al-Bahrani, 17/44)
Nasabnya ke atas sampai pada seorang washi nabi Isa, bernama Syam’un (Simeon; lahir 10 SM). Kaum Nasrani menyebutnya dengan nama Petrus, artinya batu. Dikatakan, ayah Syam’un sepupu (saudara ibu) dan ibunya sepupu (saudari ayah) Sayidah Maryam ibu nabi Isa as. (Narjes ar-Rumiyah, hal 12)
Kelahiran Imam Mahdi
Mayoritas ahli sejarah sepakat bahwa Imam keduabelas bagi Syiah Imamiyah lahir pada limabelas Sya’ban. Mengenai tahun lahirnya dalam perselisihan pendapat, disebabkan kelahirannya dirahasiakan. Syaikh Mufid dan al-Kulaini berpendapat, ia lahir pada tahun 255 H, didukung oleh banyak sejarawan berdasarkan hadis dengan sanad dari Hakimah putri Imam Muhammad Jawad.
Hakimah menceritakan: “Utusan Imam Askari datang menyampaikan pesan beliau, agar Saya datang ke rumah beliau saat tiba malam itu. Beliau berkata:
ليسعدني الله برؤية حجته والخليفة من بعده في تلك الليلة الى بيت الامام حتى ولد ذلك المولود; “Allah akan membahagiakanmu dengan melihat hujjah dan khalifah-Nya sesudahku.” (al-Ghaibah/ath-Thusi, hal 141-142)
Dalam riwayat lain, ketika sampai di rumah Imam Askari, ia mengungkapkan: “Tetapi Saya tidak melihat anak itu!”
Imam berkata, لقد القيته الى من القت اليه ام موسى بولدها; “Telah aku serahkan kepada Yang ibu nabi Musa pernah menyerahkan putranya kepada Dia”
Seminggu kemudian ia datang lagi atas permintaan Imam, dan melihat beliau sedang menggendong buah hatinya seraya berkata: “Bicaralah duhai putraku..!”
Maka bayi itu berbicara (dengan dua kalimat syahadat dan menyebutkan para imam satu persatu), lalu melantunkan ayat suci (QS: al-Qashash 5):
وَ نُريدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثينَ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di muka bumi itu, hendak menjadikan mereka pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (Merujuk pada al-Ghaibah, hal 143; Kamaluddin 2/242-246)
Doktor Jasim Husein setelah menyinggung apa yang di dalam riwayat-riwayat terkait dengan kelahiran Imam al-Mahdi, menyimpulkan bahwa Imam setelah lahir dibawa ke Madinah supaya tersembunyi dari penglihatan musuh. (Tarikh Siyasi Ghaibat Imam Dawozdahom, hal 124)
Seperti yang dialami ibu nabi Musa, Sayidah Narjes menyembunyikan putranya. Penguasa Abbasiyah seperti halnya Firaun musuh nabi Musa, mengetahui bahwa akan lahir seorang laki yang menggulingkan kekuasaannya. Ialah seorang imam yang akan mewujudkan harapan-harapan kaum yang tertindas. Namanya seperti nama Rasulullah saw. Ia akan bangkit menegakkan keadilan di dunia yang diliputi kezaliman.
Di dalam Alquran diceritakan bahwa nabi Musa diantarkan oleh Allah kembali ke pangkuan ibunya:
فَرَدَدْناهُ إِلى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُها وَلا تَحْزَنَ وَ لِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَ لكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ
Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS: al-Qashash 13)
Kalimat ayat tersebut diucapkan oleh Imam Hasan Askari kepada bibinya, Hakimah: “Wahai bibi, رديه الى امه (kembalikan ia kepada ibunya); كَيْ تَقَرَّ عَيْنُها وَلا تَحْزَنَ وَ لِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ وَ لكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَعْلَمُونَ (Alqab ar-Rasul wa ‘Itratih, min Qudama al-Muhadditsin, hal 87)
Referensi:
Hayate Fekri wa Siyasie Imamane Syieh/Rasul Ja’fariyan