If Ayatullah Khomeini Did Not Exist
“Had the Islamic Revolution and our great Ayatullah Khomeini not existed, there would have been no hopes to end the hellish and mortifying dominion which the U.S held over Iran -Ayatullah Ali Khamene’i-“
Anisah Eka Nurfitria-Dr.Jalaluddin Rakhmat menggambanrkan Ayatullah Khomeini dengan rangkaian kata sebagai berikut :
Di kala umat ditimpa kemalangan demi kemalangan. Seorang mukmin datang memberi harapan. Ia bukan pria kaya raya. Bukan konglomerat. Di tengah umat yang kehilangan keberaniannya, ia berdiri tegak sendirian. Berbicara kebenaran. Semua mata tertuju padanya. Jutaan kaum muslim akhirnya menemukan pemimpin mereka. Bukan hanya muslim, tapi semua orang yang terzalimi akhirnya menemukan pelindungnya. Setelah ribuan tahun dibawah penindasan imperialisme dan kolonialisme, seorang mukmin bangkit, berbicara kepada dunia tentang Islam bukan dengan cara mengemis dan meminta belas kasihan. Bukan juga dengan suara bergetar karena rasa takut. Ia membentak musuh dengan suara lantang dan tegas. Tak ada toleransi bagi siapapun yang menindas. Tidak ada toleransi bagi siapapun yang tak berprikemanusiaan. Ia berdiri melawan ketidakadilan.
Dunia mendengar suara Islam darinya yang mengetarkan, membangkitkan dan memberikan nafas kehidupan.
Lelaki ini berkata, “Inilah kata-kataku yang terakhir bagi kaum muslimin dan rakyat yang tertindas di seluruh dunia. Kalian tidak boleh duduk berpangku tangan dan diberi anugerah kemerdekaan dan kebebasan oleh orang yang berkuasa di negeri kalian atau kekuatan asing. Kalian, wahai rakyat tertindas di dunia, hai negeri-negeri muslim. Bangun, ambillah hak kalian dengan gigi dan cakar kalian. ”
Suara lelaki ini tak hanya menenangkan, ia tak juga meniupkan harapan dan impian palsu. Ia menghentak. Ia menggugat. Ia bangkit. Tenang bagai air. Ayah bagi yatim. Dan ancaman bagi musuh. Ia hidup. melawan dan syahid.
Bagi kaum marjinal di seluruh dunia, Ayatullah Khomeini hadir sebagai inspirasi. Setelah dibebaskan dari penjara dan disibukkan dengan kegiatan politik dan sosialnya, Nelson Mandela berkali-kali mengakui bahwa Ayatullah Khomeini telah menjadi inspirasi baginya dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat Afrika. Dia menganggap Ayatullah Khomeini sebagai kekuatan kebangkitan bagi semua kaum lemah di dunia. Dia bukan hanya menggambarkan Ayatullah Khomeini sebagai pemimpin Revolusi Islam, tetapi juga pemimpin bagi semua gerakan pejuang kemerdekaan di seluruh dunia. Selama masa kepresidenannya, Mandela melakukan perjalanan ke Iran dua kali, dalam kedua perjalanan itu ia bertemu dengan Ayatullah Khamenei. Dalam pertemuan tersebut, ia menekankan bahwa Ayatullah Khomeini adalah sumber inspirasi bagi orang-orang Afrika Selatan dalam memperjuangkan anti-Apartheid[1]. Selain Nelson Mandela, ada banyak tokoh intelektual dan politik lain yang terlibat dalam gerakan anti-Apartheid yang menganggap Ayatullah Khomeini sebagai inspirasi perjuangan mereka melawan rasisme. Gerard Horn, seorang profesor di Universitas Houston di Texas, menyatakan bahwa Revolusi Islam dan ide-ide Ayatullah Khomeini merupakan landasan bagi kemenangan rakyat Afrika Selatan dan negara-negara lain di Afrika dalam perjuangan mereka melawan apartheid dan para pendukung baratnya[2] . Hanif Henderson, seorang muslim, anggota Parlemen Afrika Selatan, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan RNA, mereka tidak memiliki harapan untuk mencapai kemenangan atas rezim apartheid. Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Ayatullah Khomeini-lah yang -setelah mengalahkan rezim monarki yang menindas di Iran-, menghidupkan kembali gagasan untuk berjuang dalam memperoleh bagi rakyat mereka[3].
Ketika dunia di kala itu diiselimuti perang dingin antar dua ideologi besar, kapitalis dan komunis, Ayatullah Khomeini tidak memilih berafiliasi pada salah satunya. Hal inilah yang membuat pemikiran, dan perjuangan Imam Khomeini menarik. Revolusi yang diperjuangkan Ayatullah Khomeini tak mewakili kedua ideologi tersebut, bukan pula karena krisis moneter, bukan pula karena ketidakpuasan kaum buruh, kaum pekerja dan petani Revolusi Iran yang diperjuangkan Ayatullah Khomeini adalah perjuangan membebaskan kaum tertindas apapun latar belakangnya, agamanya, ataupun rasnya. Keunikan lain dari revolusi yang diperjuangkan Ayatullah Khomeini terletak pada aspek nilai-nilai Ilahiyah yang diusung. Berikut adalah pidato Ayatullah Khomeini yang disiarkan oleh Radio Tehran 21 Maret 1980 terkait bagaimana ia tak memihak Barat atau Timur, yang ia pegang selama ini dalam memperjuangkan kaum tertindas Iran terutama dan seluruh dunia umumnya, adalah nilai-nilai kemanusiaan.
“In the name of God, the compassionate, the merciful, let me congratulate all oppressed people and the noble Iranian nation on the occasion of the new year, whose present is the consolidation of the foundation of the Islamic Republic. The will of almighty God, may He be praised, de? creed the release of th is oppressed nation from the yoke of the tyranny and crimes of the satanical regime and from the yoke of the domination of oppressive powers, especially the govern? ment of the world-devouring America, and to unfurl the banner of Islamic justice over our beloved country, lt is our duty to stand up to the superpowers and we have the ability to stand up against them, provided that our intellectuals give up their fascination with Westernization or Easternization and fol? low the straight path of Islam and nationalism. We are fighting against international communism to the same degree that we are fighting against the Western world? devourers led by America, Israel and Zionism. My dear friends, you should know that the danger from the communist powers is not less than America and the danger of America is such that if we show the slightest negligence we shall be destroyed. Both superpowers have risen for the obliteration of the oppressed nations and we should support the oppressed people of the world, [shouts of “God is great”] We should try hard to export our revolution to the world, and should set aside the thought that we do not export our revolution, because Islam does not regard various Islamic countries differently and is the supporter of all the oppressed people of the world. On the other hand, all the superpowers and all the powers have risen to destroy us. If we remain in an enclosed enviroment
[1] https://en.rasanews.ir/en/news/447730/south-african-anti-apartheid-movement-was-inspired-by-imam-khomeini
[2] https://english.khamenei.ir/news/7744/When-did-Imam-Khomeini-let-out-the-cry-of-Black-Lives-Matter
[3] ibid