Imam Husain AS dan Keluarga Berkualitas
Memiliki keluarga harmonis adalah impian setiap orang. Lebih dari itu adalah ketika keluarga yang dibangun juga memberikan efek positif terhadap lingkup yang lebih luas, kepada tetangga dan masyarakat secara umum.
Hal inilah yang tercermin dari kehidupan Sayidu Syuhada Imam Husain As. Beliau sebelum melakukan amar ma’ruf Nahi anil munkar, pertama beliau sudah mengkondisikan diri lalu keluarga beliau. Hal ini sangat masuk akal karena keluarga adalah bentuk umat paling kecil. Memperbaiki umat harus dimulai dengan memperbaiki keluarga lebih dahulu, sebagaimana pernyataan Imam Husain liislah ummati jaddi, saya keluar untuk melakukan perbaikan pada umat dari kakekku. Disaat risalah Rasul yang sejatinya adalah ajaran tentang akhlak namun telah diselewengkan. Tidak sesuai lagi dengan apa yang diajarkan Almusthafa.
Beberapa kunci dari cara memperbaiki keluarga menurut Imam Husain bisa disebutkan sebagai berikut. 1) Islah, Islah bermakna perbaikan, memperbaiki, islah ini dapat diterapkan dimana saja, diri sendiri, keluarga, di lingkup rukun warga, Rukun Tetangga, desa, di tempat kerja, di lingkungan akademik atau dimana pun. Islah adalah kebalikan dari kerusakan (fasad), memperbaiki apa yang rusak dan apa-apa yang tidak pada tempatnya, Imam selain memperbaiki juga mengarahkan bagaimana seharusnya umat ini berada, dimana jalur yang semestinya diambil oleh umat manusia, karena semasa akhir-akhir hayat Imam Husain umat Nabi sedang di posisi tidak tepat dari jalan yang seharusnya, Imam Husain as, keluar untuk mengembalikan umat ini kepada jalur yang sudah ditetapkan oleh Nabi Saw.
Tolok ukur kedua dalam membangun keluarga berkualitas adalah 2) qurbatan Ilallah, amalan berupa niat untuk mendekatkan diri dalam segala tindakan yang dilakukan baik amalan kecil dan remeh atau apalagi besar dan penting. Karena itu Imam Husain berkata, “Barangsiapa ingin mendekatkan diri kepada Allah maka ikutlah bersama karavan kami”. Ajakan ini disampaikan kepada seluruh manusia waktu itu sehingga bisa mendekatkan diri kepada-Nya secara benar.
Salah satu musibah besar di asyura adalah kesyahidan Ali Akbar, karena itu mudah bagi saya karena Allah tengah melihat kepadaku dan juga keluargaku. Musibah besar Imam Husain As ini dapat beliau lalui dengan penuh kebesaran hati dengan bekal qurbatan ilallah, karena itu, kita harus fokus dalam taqarub kepada Allah SWT dalam upaya membentuk keluarga kita, semua perencanaan dan kegiatan harus didasarkan untuk mencari keridoan Allah, untuk bisa lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Segala hal yang terjadi akan menjadi indah. Hal ini tercermin dari ucapan sayidah Zainab, ma raaitu illa jamila. Tidak aku lihat melainkan keindahan semata. Karena semua itu adalah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, keluarga, anak, saudara, sahabat semua yang shahid di Karbala adalah bentuk-bentuk nyata usaha mendekatkan diri kepada Allah.
3) Selalu fokus pada nilai dan sisi positif dalam membangun peradaban masyarakat. Ketika Imam bertemu dengan Hur Ar Riyahi, alih-alih membongkar keburukannya sebaliknya beliau memaparkan sisi positifnya. Bahwa Hur adalah panglima dengan pasukan besar yang mencegat karavan Al Husain sehingga terperangkap di Karbala, yang dilihat “Apa yang lalu sudah dimaafkan”. Hal ini tentu tidak berlaku untuk Hur Ar Riyahi semata, tapi kepada semua pasukan yang turut mengepung dan memerangi Imam Husai as dan keluarga. Bahwa ketika mereka mau bertaubat dan menyambut seruan Imam Husain AS, maka mereka akan dimaafkan semua kesalahannya dijamin oleh pemuka pemuda ahli surga, Imam Zaman yang mendapat amanat kepemimpinan imamah waktu itu.
Apa yang dilakukan Imam Husain AS ini menjadi pelajaran besar ketika anggota keluarga ingin bertaubat, menyesali kesalahan yang dilakukan maka perlu dilihat sisi kebaikan mereka, disambut dan didukung untuk menuntaskan niat mereka.
4) fokus pada mengamalkan. Imam Husain AS dalam pribadi dan dalam keluarga lebih fokus dalam amalan, tidak hanya menumpuk teori demi teori kebaikan tapi lupa untuk menjalankan.
5) Tawakal, keikhlasan dan berbagai hal ma’ruf semua dilakukan Imam Husain as dipraktikkan di depan keluarga dan umat waktu itu. Orang yang hendak bergabung menyambut seruan Imam Husain As mereka sebelumnya disuruh melunasi hutang mereka. Orang yang memiliki hutang harus membayar dulu hutangnya baru kemudian bisa ikut bersama karavan menuju syahadah.
Perhatian beliau kepada hakunas, hak manusia harus dijaga. Tawakal, dari wikalah secara detail adalah bahwa setiap orang menjadi wakil bagi dirinya sendiri. Beliau sejak awal bergerak menuju karbala, beliau sudah bertawakal kepada Allah, dalam surat yang beliau buat beliau menulis saya bertawakal kepada Allah, begitu juga pada saat beliau hampir pada detik-detik kesyahidannya, beliau berulang-ulang mengucapkan bahwa beliau bertawakal kepada Allah.
6) Itsar, rela berkorban, beliau rela berkorban harta dan jiwa, beliau juga mengorbankan keluarga berjuang dijalan Allah swt. Abul Fadl Abbas adalah contoh heroik dalam kejadian Asyura, tidak mau mendahului meneguk air dari Imam zamannya, padahal dia dalam kondisi kehausan. Sifat Itsar untuk berkorban demi orang lain adalah modal besar dalam membangun rumah tangga, dari skala kecil yakni rumah juga untuk sekala besar, dalam membangun peradaban masyarakat.
*Tulisan ini diambil dari penjelasan Hujjatul Islam wal Muslimin Dr. Hakimelahi dalam Al Husain dan Keluarga