Kelahiran Al-Masih Putra Maryam (2)
Maryam, di tengah hanyut dalam ibadah kepada Allah swt, malaikat datang kepadanya dengan membawa berita dari Tuhannya, bahwa ia akan melahirkan seorang putra yang diciptakan oleh-Nya. Ia berkata, “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.”
Lalu dikatakan kepadanya, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka hanya cukup Allah berkata kepadanya, ‘Jadilah’, lalu jadilah dia.
Maryam yang senantiasa menjaga kehormatannya, dipilih dan disucikan oleh Allah serta diutamakan atas semua wanita. Dia meniupkan ke dalam rahimnya roh ciptaan-Nya, yang membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya (sebagai perumpamaan); dan dia termasuk orang-orang yang taat.
Perkara yang luar biasa ini di satu sisi dikatakan sebagai kabar gembira bagi Maryam. Di sisi lain karunia khusus yang Allah berikan kepadanya membawa ujian besar baginya. Orang-orang akan memfitnah dia, bagaimana seorang gadis yang terpandang mulia dan suci menjadi hamil dan mempunyai anak? Bersarang di dalam dirinya kegelisahan dan penuh kekhawatiran. Ia lalu memilih menyepi, menjalani hidup dengan beban yang sangat berat.
Dan Maryam pun Melahirkan
Kemudian ia memutuskan untuk pergi ke tempat kelahirannya, Nashirah, dan menetap di sebuah rumah musim panas, yang jauh dari pandangan dan omongan orang-orang. Hari-hari ia lewati dengan janin yang dikandungnya. Semakin tua usia kehamilannya dan mendekati waktu melahirkan, semakin berat beban yang dia rasa. Hanya Allah swt, satu-satunya tumpuan harapannya.
Perawan suci itu mulai merasakan sesuatu di perutnya. Adalah pertanda bahwa waktu melahirkan telah tiba saatnya. Maka ia segara keluar dari kediamannya menuju sahara, yang jauh dari pandangan orang-orang. Rasa sakit akan melahirkan, membawa dirinya ke sebuah pohon kurma yang kering. Maryam seorang sendiri di tengah padang yang membentang dan di bawah langit yang tak bertepi. Dan, ia pun melahirkan seorang putra yang telah dikabarkan oleh Allah swt sebagai utusan-Nya bagi umat manusia.
Derita yang dia alami membuahkan kesedihan yang mendalam. Saat ia menatap bayi mungil yang baru dia lahirkan, terlontar dengan spontan sebuah kalimat dari lisannya yang tak pernah berdusta: “Andai aku telah mati dan lupa akan kejadian ini.”
Tak lama terdengar suara yang mengatakan kepadanya: “Janganlah bersedih! Tuhanmu mengalirkan air di bawah kakimu, yang tak pernah ada air dan rerumputan sebelumnya di padang pasir ini. Kini baru memancar untukmu. Lalu makanlah kurma ini supaya kamu memperoleh kekuatan baru setelah kelelahan. Percayakan dirimu pada kuasa Tuhan. Tuhan lah yang telah menghijaukan dan membuahkan bagi pohon kurma yang sudah kering untukmu dan yang telah mewujudkan air di padang gersang ini untukmu.”
Makna Ungkapan “Putra Maryam”
Alquran menyebut Isa as adalah al-Masih putra Maryam. Secara tegas dinyatakan kafir olehnya siapa saja yang menuhankan dia (QS: al-Maidah 17). Di dalam ayat berikutnya (al-Maidah 72), al-Masih sendiri menyeru bani Israil agar mereka hanya menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, termasuk dengan seorang yang mereka katakan adalah Tuhan –naudzubillah. Al-Masih hanyalah seorang rasul dan ibunya adalah seorang wanita yang sangat jujur (al-Maidah 75).
Almarhum profesor Nurcholish mengatakan: “Dengan ungkapan “putra Maryam”, Alquran ingin menegaskan bahwa nabi Isa as lahir tanpa ayah, dan kelahirannya merupakan bukti atau lambang kemahakuasaan Allah swt. Dalam firman-Nya (QS: Al Imran 47):
Maryam berkata, “Ya Tuhan-ku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka hanya cukup Allah berkata kepadanya, ‘Jadilah’, lalu jadilah dia.
Menurut beliau, dalam pandangan kaum muslim dan kaum Kristen sama. Tetapi, berbeda dengan kaum Yahudi yang menolak sama sekali kehadiran Isa dan bahkan menuduh Maryam dengan tuduhan yang bukan-bukan sehingga dikutuk oleh Tuhan, dalam firman-Nya (QS: an-Nisa 156): “Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina).”
Lalu beliau menambahkan: “Tetapi, ungkapan “putra Maryam” itu juga sekaligus menunjukkan segi perbedaan antara pandangan Islam dan pandangan Kristen tentang Isa as. Yaitu bahwa menurut Al-Quran Isa tidak memiliki sifat keilahian (divinity), karena dia adalah seorang manusia yang dilahirkan oleh seorang manusia, meskipun kelahirannya itu luar biasa sebagai mukjizat atas ayat Tuhan (QS: al-Mu`minun 50).”
Sampai pada penjelasannya bahwa sebagai nabi dan rasul, Isa Al-Masih termasuk deretan para rasul yang paling agung bersama dengan nabi Muhammad, Musa, Ibrahim dan Nuh (as), yang disebut ûlû al-‘azm (tokoh-tokoh yang berhati teguh). Allah swt berfirman:
Maka bersabarlah kamu seperti para rasul Ulul ‘Azm (yang mempunyai keteguhan hati) telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka, mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu penyampaian yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (QS: al-Ahqaf 35)
Referensi:
1-Qiseha-e Quran
2-Ensiklopedi Nurcholish Madjid