Kelahiran Al-Masih Putra Maryam
Kelahiran Isa al-Masih as (Yesus Kristus dalam bahasa Yunaninya), yang dirayakan oleh kaum Nasrani sebagai hari natal (mî lâd dalam bahasa Arabnya), adalah perkara khâriqul âdah (di luar kebiasaan). Bagaimana tidak, ia dilahirkan oleh seorang perawan suci yang tak pernah tersentuh oleh seorang pun dari kaum laki dalam hidupnya. Apapun bisa terjadi atas kehendak Allah swt, dan kemaha kuasaan-Nya yang mutlak tak terbatasi oleh sesuatupun.
Jika nabi Isa tercipta tanpa ayah, adalah mudah bagi Allah Yang Maha kuasa atas segala sesuatu, Dia telah menciptakan Adam as dari tanah, tanpa ayah dan ibu. Allah swt berfirman:
Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia.(1)
Kemaha kuasaan-Nya itu juga atas diri nabi Yahya as yang lahir dari seorang ayah yang lanjut usia dan ibunya mandul. Semua ini bisa terjadi atas kehendak Allah swt, dan Maha kuasa Dia dari ikatan hukum alam yang adalah ciptaan-Nya.
Maryam Dilahirkan untuk Mengabdi di Rumah Tuhan
Ibu Isa al-Masih, Maryam putri Imran, adalah wanita yang senantiasa menjaga kehormatannya ( QS: at-Tahrim 12). Ia dipilih dan disucikan Allah serta diutamakan atas semua wanita di dunia.(QS: Al Imran 42)
Mengenai riwayat hidupnya diceritakan, bahwa Hannah yang mandul, untuk bisa mempunyai seorang anak hanyalah mimpi baginya, walaupun ia sangat mendambakannya dalam bertahun-tahun lamanya. Sebuah ujian berat yang dia hadapi dalam hidupnya, ialah menelan pahitnya rasa keputus asaan dalam waktu yang panjang. Namun, ia berlindung kepada Allah swt seraya memohon kepada-Nya apa yang terbaik baginya.
Ia telah bernadzar, jika keinginannya itu terwujud, akan ia serahkan buah hatinya kepada Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan tempat suci ini dan mengabdi di rumah Tuhan. Lama kemudian, sebuah keajaiban baginya ketika Tuhan mengabulkan doa dan nadzarnya itu. Pada suatu hari, Hannah merasakan adanya janin yang bergerak di dalam rahimnya. Adalah kebahagiaan yang tak dapat dia ungkapkan dengan kata-kata. Namun kemudian ia wajib melaksanakan nadzarnya.
Janji kepada Tuhannya harus ia tepati. Maka, ia antarkan Maryam, putrinya yang masih kecil ini ke Baitul Maqdis, dan menyerahkannya kepada para ruhaniawan seraya berkata: Anak ini di tangan Anda.
Hannah, baru kemarin telah kehilangan suaminya, Imran, karena wafat, kini harus menyerahkan putrinya kepada mereka di Baitul Maqdis. Konon, Maryam menjadi rebutan mereka untuk dapat diasuh oleh seorang dari mereka, dan menjadi kebanggaan bagi si pengasuhnya, karena ayah Maryam, yakni Imran, adalah tokoh terkemuka di kalangan mereka.
Nabi Zakaria as Mendapat Inspirasi dari Maryam
Pada akhirnya, hak mengasuh Maryam jatuh ke seorang dari mereka para pengabdi Baitul Maqdis. Ialah nabi Zakaria as, setelah mereka mengundi siapa di antara mereka, yang akan mengasuh Maryam binti Imran. Zakaria sebelum itu telah mengungkapkan kepada mereka: “Saya adalah suami bibinya. Maka berikan anak ini kepada saya! Biarkan saya yang akan mencurahkan perhatian yang lebih kepadanya.”
Kemudian Zakaria membangun sebuah kamar atas di di Baitul Maqdis. Di dalamnya terdapat mihrab bagi Maryam untuk beribadah kepada Allah swt. Pada suatu hari, Zakaria as menyaksikan sesuatu yang membuatnya sangat takjub, bahwa di mihrabnya terdapat makanan yang tersedia bagi Maryam. Dari manakah makanan ini dan siapa yang telah membawanya kepada Maryam? Ia sungguh penasaran, lalu melakukan penyelidikan terkait hal ini, tetapi tidak membuahkan hasil. Maka ia bertanya langsung kepadanya (QS: Al Imran 37):
Duhai Maryam, makanan ini tak seperti makanan orang-orang pada umumnya, dan tidak didapatkan pada musim (semi). Dari mana engkau mendapatkannya? Padahal pintu kamar ini selalu tertutup dan tak seorangpun yang bisa masuk!”
Maryam menjawab: Makanan ini datang dari Tuhan Yang Maha esa. Dia memberi rezki yang melimpah dan tak terkira kepada siapa yang Dia kehendaki.
Kejadian yang luar biasa ini memberi inspirasi kepada Zakaria terkait dirinya, yang sudah lanjut usia dan isterinya yang telah memasuki masa menopose. Bahwa Allah yang rahmat-Nya mahaluas tanpa batas, Dia yang telah menyediakan makanan untuk Maryam tanpa perantara, Maha kuasa atas keinginan mereka untuk dikaruniai seorang anak oleh-Nya. Maka ia pun memohon kepada-Nya:
Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan aku sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Yaqub. Jadikanlah ia, ya Tuhanku seorang yang diridhai.
Kemudian Allah mengabulkan doanya: Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia. (QS: Maryam 3-6).
Referensi:
1-QS: Al Imran 59; إِنَّ مَثَلَ عيسى عِنْدَ اللهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرابٍ ثُمَّ قالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ