Kelahiran Wanita Surga sa
Perilaku dan adab Sayyidah Fatimah Zahra bukan sekedar hanya perilaku dan adab biasa yang mencerminkan kesempurnaan karakternya saja. Namun adab dan perilaku alaminya merupakan kriteria yang dapat dicontoh oleh semua perempuan dan lelaki di dunia dalam setiap kurun waktu.
Dalam riwayat ditulis Fatimah Zahra lahir ketika lima tahun setelah bi’tsah Nabi Muhammad Saw dan 3 tahun setelah nabi kembali dari isra’ mi’raj. Ia tinggal bersama ayahnya selama 8 tahun di kota Mekkah setelah kemudian bersama ayahnya pindah ke kota Madinah. Setelah satu tahun tinggal di kota itu, ia menikah dengan Imam Ali as. Ia berumur 18 tahun ketika ayahnya meninggal, setelah 72 hari kemudian ayahnya wafat ia pun mengikuti jejak sang ayah menemui kekasih-Nya.
Riwayat lain mengatakan bahwa ia lahir pada tanggal 20 Jumadil Tsani tahun kedua bi’tsah nabi pada hari Jum’at. Imam Ridho’ as mengatakan dari Rasulallah Saw; ketika aku pergi ke mi’raj, oleh Jibril tanganku dipegang dan diajaknya ke surga dan setelah itu menawarkan kurma kepadaku. Kumakan kurmah tersebut dan kurmah-kurmah tersebut yang menjadi cikal bakal embrio Fatimah Zahra. Sejak pertama kali kembali dari mi’raj saya mendatangi istriku dan sejak itu tak lama kemudian istriku hamil Fatimah. Dengan dalil itu Fatimah adalah hybrid antara bidadari dan manusia. Setiap ku merindukan surga selalu mencium putriku Zahra.
Ketika Sayyidah Khadijah menikah dengan Rasulallah semua wanita Mekkah meninggalkannya. Tidak satupun dari wanita Mekkah mampir ke rumahnya walau hanya sekedar mengucapkan salam. Khadijah merasa sedih dengan kesendiriannya dan dengan perasaaan sedih ia merasa ketakutan. Dalam kondisi ia hamil, Fatimah dari dalam kandungannya menenangkan ibunya dengan mengajaknya bicara. Ia tidak pernah menceritakan hal tersebut kepada Rasulallah. Suatu hari rasul mengetahuinya dan mengajak Khadijah bicara; Jibrail mengatakan kepadaku bahwa apa yang ada di dalam kandunganmu adalah seorang bayi perempuan dan anakmu telah dibersihkan dan disucikan.
Tak lama kemudian Khadijah mendatangi para wanita kaum Quraish dan Bani Hasyim dan mengatakan; sama seperti perempuan lain ketika hendak melahirkan satu sama lain saling mengurus dan perawatannya, rawatlah saya juga. Lalu mereka menjawabnya; karena kamu tidak mendengarkan kami dan menikah dengan Muhammad anak yatim piatu Abu Tholib yang sangat miskin, kita semua tidak dapat merawat dan mengurus persalinanmu. Ia langsung sedih ketika mendengar jawaban mereka. Namun, dengan waktu yang sama ia melihat 4 perempuan dengan raut wajah damai dan menenangkan mendatanginya. Ia terkejut, lalu salah satu dari mereka mengatakan; jangan khawatir kami bidadari surga dan sebagai saudari-mu; Sarah, Asiah, Maryam putri Imran dan saudara perempuan Nabi Musa as. Allah Swt mengirim kami untuk melayani persalinan kamu.
Pada saat Fatimah dilahirkan dalam kondisi yang bersih, ia memancarkan cahaya yang terpancar keseluruh rumah-rumah di kota Mekkah. Tidak ada satu tempat pun di muka bumi yang tidak menerima pancaran cahaya Fatimah Zahra saat ia lahir.
Sepuluh bidadari surga berikutnya mendatangi rumah Khadijah dengan membawa selimut dan wadah dari surga yang berisi penuh air dari telaga Kautsar untuk menuangkan air. Keempat bidadari tersebut menimang Fatimah dan membasuhnya dengan air Kaustar. Kemudian membawa dua kain lembut yang sangat putih kemilau lebih putih dari putihnya susu bersama dengan minyak wangi misik lalu sebagian dari mereka kepala dan badan Fatimah dibedung dengan kain tersebut.
Para bidadari dan seluruh penduduk langit saling mengucapkan selamat satu sama lain karena kelahiran Fatimah Zahra. Seketika cahaya dari langit terpancar dimana tidak satupun dari malaikat yang pernah melihat cahaya tersebut sebelumnya dan seorang perempuan turun dari langit lalu berkata kepada Khadijah; gadis suci, saliha dan penuh keberkahan ini ambillah yang nanti keturunannya akan diberkati. Siti Khadijah dengan penuh bahagia mengambil bayinya dan mulai menyusuinya. Perkembangan Fatimah sangat cepat, ia tumbuh seperempat lebih cepat pertumbuhan anak biasanya, dan setiap bulan tumbuh sebagai anak yang dibesarkan dalam satu tahun.
Sayyidah Fatimah as mempunyai 9 nama yang diambil dari nama-nama Allah Swt; Fatimah, Shadiqah, Mubarakah, Thohirah, Zakiyah, Mardhiyah, Muhaddistah, Zahra. Ia juga mempunyai 104 sebutan yang telah dikumpulkan. Fatimah mempunyai arti sebagai seorang yang telah dipisahkan dari setiap kejahatan. Apabila Imam Ali tidak pernah ada untuk menikah dengan Fatimah tidak akan pernah ditemukan pasangan yang serasi di muka bumi ini.
Kenapa Fatimah dipanggil Zahra? Soal ini ditanyakan kepada Imam Hasan Askari as, lalu ia menjawab; karena dalam tiga kali sehari bersinar bagi Imam Ali as: pada pagi hari seperti matahari terbit, di waktu ashar seperti bulan dan di waktu maghrib seperti bintang.
Dalam riwayat lain dikatakan panggilan akrab Fatimah sebagai berikut: Ummu Hasan, Ummu Husein, Ummu Muhsin, Ummul Aimmah dan Ummu Abiha (Ibu Ayahnya). Nama lain dari Fatimah Zahra antara lain: Fatimah Al-Bathul, Al-Hashaan, Al-Harah, As-Sayyidah, Al-Azra, Az-Zahra, Al-Haura’, Al-Mubarakah, At-Thohirah, Az-Zakiyah, Ar-Radhiah, Al-Muhadditsah, Maryam, Shadiqah, Al-Kubra, dan penduduk langit mengenal namanya sebagai “Cahaya Surga Sang Penyayang”.
Diterjemahkan oleh:
H. A. Shahab
Sumber:
http://www.mehrnews.com/news/