Kilasan Studi Komparatif Kutub Sittah & Referensi Syiah Tentang Imam Mahdi a.s. (Bag. Terakhir)
II. Riwayat Tentang Nama Imam Mahdi a.s.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahlu Sunnah, Nabi saw. bersabda, “Dunia tidak akan punah sehingga bangsa Arab memiliki seorang lelaki dari Ahlul Baitku, namanya sama dengan namaku.”[1]
Riwayat ini juga disebutkan dalam kutub shihah Ahlu Sunnah.[2]
Hadis di atas adalah tergolong dalam kelompok hadis-hadis shahih, muktabar dan ‘ali sanad menurut ulama Ahlu Sunnah. Mereka menerima riwayat ini sebagai sebuah hal yang musallam.[3] Demikian pula muhadditsin Ahlu Sunnah menukil dan menegaskan dalam kitab-kitab mereka yang muktabar bahwa nama Imam Mahdi sama dengan nama Nabi Muhammad saw.[4]
Muhadditsin Syiah juga menukil bahwa Nabi saw. bersabda, “Al-Mahdi adalah putera keturunanku, namanya adalah namaku…”[5]
Riwayat seperti ini, dengan sedikit perbedaan kata juga disebutkan dalam kitab-kitab hadis Syiah lainnya.[6]
III. Riwayat Tentang Ayah Imam Mahdi a.s.
Sebagian riwayat dan ucapan ulama Ahlu Sunnah menegaskan bahwa nama ayah Imam Mahdi a.s. adalah Hasan Al-Askari dan Imam Mahdi adalah putera imam ke-11.[7]
Riwayat ini disebutkan dalam kitab-kitab hadis Syiah, “…Imam Ridha a.s. berkata, “Khalifah terakhir yang saleh berasal dari keturunan Abi Muhammad Al-Hasan bin Ali. Dialah Al-Mahdi.””[8]
Kandungan riwayat seperti ini terdapat dalam kitab-kitab hadis Syiah dan menunjukkan bahwa Imam Mahdi a.s. adalah putera Imam Hasan Askari a.s.[9]
IV. Imam Mahdi a.s. dari keturunan Fatimah a.s.
Dalam hadis-hadis Ahlu Sunnah disebutkan, “…Dari Ummu Salamah berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Al-Mahdi dari keluargaku, dari keturunan Fatimah.””[10]
Hadis ini juga disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah.[11] Hadis-hadis ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa Imam Mahdi a.s. yang menurut banyak hadis, akan menghapuskan kezaliman di dunia dan memenuhinya dengan keadilan, adalah putera keturunan Fatimah a.s.
Mayoritas ulama dan muhadditsin Ahlu Sunnah menyatakan bahwa hadis-hadis seperti ini sebagai hadis yang ‘ali sanadnya, musallam, muktabar, dan shahih. Mereka juga menukilnya dalam kitab-kitab hadis dan mengakui tidak ada keraguan dalam shudurnya. Mereka meyakini bahwa Imam Mahdi a.s. adalah putera keturunan Fatimah a.s.[12]
Dalam kitab-kitab hadis Syiah disebutkan bahwa Mahdi akhir zaman adalah putera keturunan Fatimah, “Abu Ja’far a.s. berkata, “Al-Mahdi adalah putera keturunan Fatimah.””[13]
Sebagian hadis dengan kandungan seperti ini juga disebutkan dalam sumber-sumber lain Syiah.[14]
[1] Sunan Tirmidzi, jilid 3, Bab Ma Ja’a Fi Al-Mahdi, halaman 334, hadis ke-2313; Ibid, halaman 343, hadis ke-2333.
[2] Sunan Abi Daud, jilid 2, Kitab Al-Mahdi, halaman 309, hadis ke-4282.
[3] Sunan Tirmidzi, jilid 3, halaman 343, hadis ke-3213, 3223; ‘Aridhah Al-Ahwazi, Bab Nuzul Isa a.s., jilid 9, halaman 76; Ibnu Taimiyyah, Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah, halaman 91.
[4] Ibnu Katsir, Kitab An-Nihayah, halaman 25; Nuruddin Ali bin Abi Bakr Haitsami, Mawarid Adh-Dham’an Ila Zawaid Ibn Habban, Bab 21, halaman 464, hadis ke-1877; Ibnu Arabi, Al-Futuhat Al-Makkiyyah, halaman 98; Ibnu Qayyim Jauziyyah, Al-Mannar Al-Munif, Pasal 50, halaman 143; Taftazani, Syarh Al-Maqashid, halaman 307; Jami’ Al-Ushul, jilid 11, Kitab 9, Bab I, halaman 55, hadis ke-7810; Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabrani, Mu’jam Al-Kabir, jilid 10, halaman 55, hadis ke-10213; Kanz Al-‘Ummal, jilid 14, hadis ke-38655; Al-Hawi Li Al-Fatawa, jilid 2, halaman 365; Dr. Ahmad Mahmud Shubhi, Nadhariyyah Al-Imamah Lada Asy-Syiah Al-Itsnai ‘Asyariyyah, halaman 45; Alusi, Ghaliyah Al-Mawa’idh, halaman 77; Al-Fushul Al-Muhimmah, halaman 96; Nashiruddin Albani, Majalah Tamaddun, Maqalah Haula Al-Mahdi, Damaskus, tahun 1322 H.; Muhammad bin Ahmad bin Ismail, Al-Mahdi Haqiqah La Khurafah, Pasal 1, Bab I, halaman 33.
[5] Al-kafi, Bab 25, hadis ke-1.
[6] Al-Ghaibah, Bab 4, hadis ke-23; Bihar Al-Anwar, jilid 21, halaman 24, hadis ke-19; Ibid, Bab 4, 10, 11, 15, 16, 20; Ibid, jilid 9, hadis ke-16; Ibid, hadis ke-15.
[7] Yanabi’ Al-Mawaddah, jilid 3, halaman 53; Al-Fushul Al-Muhimmah, halaman 312; Al-Yawaqit Wa Al-Jawahir, jilid 2, halaman 411; Tadzkirah Al-Khawash, halaman 325.
[8] Kamal Ad-Din, Bab 36, hadis ke-3; Bab 24, hadis ke-3; Bab 37, hadis ke-5; Bab ke-38, hadis ke-1.
[9] Bihar Al-Anwar, jilid 21, Bab 4, hadis ke-32; Hadis ke-13; Hadis ke-4, 14.
[10] Sunan Abi Daud, jilid 2, Kitab Al-Mahdi, halaman 22, hadis ke-4282.
[11] Jilid 2, Bab Khuruj Al-Mahdi, halaman 1368, hadis ke-4086.
[12] Minhaj As-Sunnah, halaman 212; Ibnu Abil Hadid, Syarh Nahj Al-Balaghah, jilid 1, halaman 127; ‘Aridhah Al-Ahwazi, halaman 76; Hakim Neisyaburi, Al-Mustadrak ‘Ala Ash-Shahihain, jilid 2, Kitab Al-Ahwal, halaman 557; Al-Imam Al-Baghawi, Mashabih As-Sunnah, jilid 1, Bab Asyrath As-Sa’ah, halaman 193; Nadhariyyah Al-Imamah, halaman 405; Syarh Al-Maqashid, halaman 307; Kitab An-Nihayah, halaman 37; Al-Fushul Al-Muhimmah, halaman 260; Jami’ Al-Ushul, Kitab ke-9, Bab I, halaman 49, hadis 7812; Kanz Al-‘Ummal, jilid 14, hadis ke-38663; Ibnu Hajar Al-Haitsami, Al-Qaul Al-Mukhtashar Fi ‘Alamat Al-Mahdi Al-Muntadhar, Mukadimah, halaman 15; Al-Hawi Li Al-Fatawa, jilid 2, halaman 290; Muhammad Ath-Thabari, Dzakhair Al-‘Uqba Fi Manaqib Dzawi Al-Qurba, halaman 212; Ahmad bin Abi Bakr Al-Qurthubi, At-Tadzkirah Fi Ahwal Al-Mauta Wa Umur Al-Akhirah, halaman 119; Al-Futuhat Al-Makkiyyah, halaman 360.
[13] Bihar Al-Anwar, jilid 21, Bab 4, hadis ke-33; hadis ke- 6 – 7, 30, 38.
[14] Al-Kafi, jilid 8, hadis ke-10; Man La Yahdhuruh Al-Faqih, jilid 4, hadis ke-4505; Kamal Ad-Din, Bab 27, hadis ke-1; Bab 28, hadis ke-1, 3 – 6.