Kitab-kitab Hadis Jami’ Fariqain (Bagian Pertama)
Yang dimaksud dengan kitab-kitab hadis jami’ adalah kumpulan kitab hadis yang menghimpun seluruh pembahasan dan bab hadis. Kitab hadis jami’ terkadang mencakup seluruh bab hadis dan terkadang hanya menghimpun bab-bab fikih saja.
Para ahli hadis Ahlu Sunnah mengklasifikasi kumpulan hadis dalam 8 pembahasan (akidah, ahkam, sirah, adab, tafsir, fitan (jamak fitnah), tanda-tanda kiamat, dan manaqib).[1] Mereka meyakini bahwa kitab hadis jami’ adalah kitab yang menghimpun seluruh pembahasan tersebut.
Dalam jawami’ (jamak dari jami’) hadis, urutan penulisan hadis didasarkan kepada topik-topiknya, bukan seperti kitab-kitab musnad dan mu’jam yang mendasarkan kepada para perawi.[2]
Berikut ini adalah nama kitab-kitab hadis jami’ penting Syiah:
Sejarah Pembukuan Jawami’ Hadis Syiah
Dalam sejarah hadis, pembukuan jawami’ hadis dengan penyusunan bab dan klasifikasinya menjadi sesuatu yang signifikan. Ini terjadi pada akhir abad ke-2 H, yaitu masa dimulainya pembukuan jawami’ hadis di kalangan Syiah dan Ahlu Sunnah.
Di kalangan ahli hadis Syiah, mula-mula jawami’ hadis telah disusun sebelum Kutub Arba’ah ditulis. Jawami’ seperti ini dapat diklasifikasi dalam dua bagian:
1) Berjudul Al-Jami’[3] seperti Al-Jami’ Fi Anwa’ Asy-Syarai’,[4] Al-Jami’ Fi Abwab Asy-Syari’ah,[5] Al-Jami’ Fi Al-Hadits,[6] Al-Jami’ Fi Al-Fiqh.[7] Jumlahnya sangat banyak sekali. Bahkan jawami’ fikih yang ditulis pada masa ini juga berkarakter hadis.
2) Non jami’. Meskipun tidak berjudul jami’, kandungannya sama seperti jawami’ hadis. Kitab-kitab seperti ini terkadang berjudul Nawadir, Masyikhah atau judul-judul khusus semisal Al-Mahasin.
Abad ke-2 dan ke-3
Berikut ini sebagian jawami’ hadis yang ditulis pada abad ke-2 dan ke-3:
* Al-Jami’ Fi Al-Ahadits, Ahmad bin Muhammad bin Abi Nashr Bazanthi;
* Al-Jami’ Fi Al-Hadits, Abu Thahir Warraq Hadhrami;
* Al-Jami’ Fi Al-Hadits, Abu Abdillah Musa bin Qasim bin Muawiyah Bajali;
* Al-Jami’ Fi Abwab Al-Fiqh, Abul Hasan Ali bin Abi Hamzah Bathaini;
* Al-Jami’ Fi Abwab Al-Halal Wa Al-Haram atau Jami’ Asy-Syarai’, Dharif bin Nashih Kufi;
* Al-Jami’ Al-Kabir Fi Al-Fiqh atau Jami’ Al-Atsar, Yunus bin Abdurrahman;
* Al-Jami’ Fi Al-Fiqh, Hasan bin Zaid bin Muhammad;
* Al-Jami’ Fi Al-Fiqh, Muhammad bin Ali bin Mahbub;
* Al-Jami’ Al-Kabir Fi Al-Fiqh dan Al-Jami’ Ash-Shaghir Fi Al-Fiqh, Ibrahim bin Muhammad Tsaqafi.[8]
Abad Ke-4 Hingga Ke-6
Dalam selang waktu antara abad ke-4 hingga ke-6, muncul jawami’ hadis penting Syiah. Sebagian kitab tersebut menggunakan judul jami’ dan sebagian lagi tidak menggunakan nama jami’ seperti Kutub Arba’ah. Selain Kutub Arba’ah yang merupakan jawami’ hadis terpenting pada periode ini, seluruh jawami’ seperti di bawah ini telah lenyap dan hanya tersisa namanya:
* Al-Jami’ Fi Abwab Asy-Syariah, Abu Muhammad Hasan bin Ali Al-Hijal (wafat tahun 343 H);
* Al-Jami’ Fi Anwa’ Asy-Syarai’, Humaid bin Ziyad Kufi (wafat tahun 310 H);
* Al-Jami’ Fi Al-Hadits, Abu Muhammad Hasan bin Ahmad bin Muhammad ‘Ijli, satu periode dengan Najasyi;
* Al-Jami’ Fi Al-Hadits, Sayid Syarif Hasan bin Hamzah (wafat tahun 358 H);
* Al-Jami’ Fi Al-Hadits, Muhammad bin Ahmad bin Yahya, guru Syeikh Shaduq. Ada kemungkinan, kitab Jami’ ini adalah Nawadir Al-Hikam;
* Al-Jami’ Fi Al-Hadits, Abu Ja’far Muhammad bin Hasan bin Ahmad Walid (wafat tahun 343 H)
* Al-Jami’ Fi Al-Fiqh, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abdullah Shafwani, murid Syeikh Kulaini;
* Al-Jami’ Fi Al-Akhbar, Abul Hasan Ali bin Said (wafat setelah tahun 585 H);
* Jami’ Al-Ahadits An-Nabawiyyah, Abu Muhammad Ja’far bin Ahmad Ali Qommi, guru Syeikh Shaduq.[9]
Jawami’ hadis terpenting Syiah pada periode ini adalah Kutub Arba’ah:
1- Kafi, Muhammad bin Ya’qub Kulaini (wafat tahun 329 H). Kitab ini menjadi istimewa karena beberapa hal seperti cakupannya terhadap hadis-hadis akidah, akhlak, adab dan fikih, kedekatan masa penyusunnya dengan periode para imam Ahlul Bait a.s., para penulis ushul dan kitab-kitab hadis pertama, adanya hadis-hadis bersanad ‘ali (perawi yang menjadi perantara ke maksum lebih sedikit) dan riwayat-riwayatnya bersanad. Kitab ini menghimpun sekitar 16.000 hadis.[10]
2- Kitab Man Laa Yahdhuruhu Al-Faqih, Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husain bin Babawaih Qommi yang dikenal dengan Syeikh Shaduq (wafat tahun 381 H). Kitab ini menghimpun sekitar 6.000 hadis fikih.
3- Tahdzib Al-Ahkam, Abu Ja’far Muhammad bin Hasan Thusi yang populer dengan Syeikh Thusi (wafat tahun 460 H). Kitab ini menghimpun 13.600 hadis fikih dan disusun dengan tujuan menyelesaikan ketidakharmonisan hadis-hadis fikih.[11] Pada dasarnya, kitab ini merupakan syarah riwayat dari risalah fikih berjudul Al-Muqna’ah karya Syeikh Mufid.
4- Al-Istibshar Fima Ikhtalafa Min Al-Akhbar, Syeikh Thusi. Kitab ini menghimpun riwayat-riwayat yang bertentangan dan memberikan metode jamak antara riwayat-riwayat tersebut. Kitab ini mencakup sekitar 5.500 hadis fikih. (Bersambung)
[1] Manhaj An-Naqd Fi ‘Ulum Al-Hadits, halaman 198 – 199.
[2] Al-Hadits An-Nabawi, halaman 284 – 285.
[3] Lihat: Najasyi, halaman 64 – 64, 75, 405.
[4] Rijal Najasyi, halaman 132.
[5] Ibid, halaman 49.
[6] Adz-Dzari’ah, jilid 5, halaman 28 – 29.
[7] ibid, jilid halaman 30.
[8] Ibid, jilid 5, halaman 27 – 30, 62, 68 – 69.
[9] Ibid, jilid 5, halaman 27 – 31.
[10] Nihayah Ad-Dirayah, Hasan Shadr, halaman 541 – 542.
[11] Tahdzib Al-Ahkam, Syeikh Thusi, jilid 1, halaman 2 – 3.