Memaknai Peristiwa Pasca Kesyahidan Qasem Sulaimani
Pada jumat yang lalu, 17/01/20, media-media dunia meliput khotbah shalat jumat yang disampaikan oleh Pemimpin Spiritual Islam Iran, Ayatollah Uzhma Sayed Ali Khamenei, di Tehran. Setelah sekian tahun lamanya beliau tidak berkhotbah dalam sidang shalat jumat, terkira beliau yang berkhotbah pada kesempatan kali ini setidaknya:
Pertama, terkait peristiwa yang mendunia terjadi pada awal pergantian tahun, yaitu kesyahidan Qasem Sulaimani dalam teror yang dilakukan oleh AS di Bagdad. Disusul peristiwa pembalasan yang berat atas peristiwa itu oleh Pasdaran Iran dengan menghancurkan pangkalan AS di Irak.
Kedua, gelombang besar rakyat yang hadir di sana dan jutaan mata yang menonton melalui media-media dunia.
Setelah pesan takwa yang dalam pandangan beliau harus menjadi parameter semua urusan dan hajat kita dalam meraih pertolongan Allah,
taufik dan hidayah-Nya serta penyelesaian masalah-masalah individual dan sosial, beliau menerangkan tentang kalimat “Ayyâmullah” yang terdapat di dalam Alquran kemudian dikaitkan dengan peristiwa besar tersebut.
“Ayyâmullah” yang berarti “hari-hari Allah”, terdapat di dalam dua ayat suci:
1-وَ لَقَدْ أَرْسَلْنا مُوسى بِآياتِنا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُماتِ إِلَى النُّورِ وَ ذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللهِ إِنَّ في ذلِكَ لَآياتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ; Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (seraya Kami perintahkan kepadanya), “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah.” Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (QS.Ibrahim 5)
2-قُلْ لِلَّذينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذينَ لا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللهِ لِيَجْزِيَ قَوْماً بِما كانُوا يَكْسِبُونَ; Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tidak mengharap hari-hari Allah (hari kiamat), karena Dia akan membalas suatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Jatsiyah 14)
Makna “Ayyâmullah” (Hari-hari Allah)
Namun ayat yang pertama di atas yang beliau kutip, memuat perintah Allah swt kepada nabi Musa as agar mengingatkan kaumnya akan “hari-hari Allah”. Ialah tanda kebesaran Allah dan petunjuk bagi orang yang sabar (shabbar) lagi bersyukur (syakûr).
Shabbar artinya orang yang konsisten dan penuh kesabaran, berdiri tegak tak keluar segaris pun dari medan (perlawanan terhadap setiap kezaliman/kehidupan yang penuh tantangan dan ujian,-penerj).
Syakûr artinya orang yang bersyukur dengan pengetahuan sebagai syaratnya:
1-Mengenal karunia Tuhan, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.
2-Mengetahui kadar dan nilai karunia itu.
3-Sadar akan tugas dan tanggung jawab di pundaknya.
Beliau simpulkan bahwa bangsa, masyarakat, yang tidak mensifati sabar bukanlah orang-orang yang sadar akan tugas dan tanggung jawab.
Yang dapat dipahami -dengan kedangkalan pengetahuan- penulis, jika nabi Musa as mengingatkan kaumnya akan “Hari-hari Allah”, yaitu “idz anjâkum min âli fir’aun” (ketika Allah menyelamatkan mereka dari tangan lalim Firaun), Pemimpin Spiritual Islam Iran yang dikenal dengan sebutan “Rahbar” ini mengingatkan kepada rakyat beliau khususnya, bahwa hari ini pasca peristiwa-peristiwa penting itu pun bagian dari “Ayyâmullâh”. Yaitu, ketika umat mendapati selamat dari tangan kelaliman firauni (yang diperankan oleh AS di masa kini,-penerj). Oleh karena itu beliau juga menyerukan firman Allah: “… dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Selamatnya umat dari cengkraman tangan penguasa yang lalim merupakan karunia besar dari Allah swt bagi mereka. Karena itu seruan beliau sebagaimana yang diserukan oleh nabi Musa, “Bersyukurlah! Jangan abaikan karunia ilahi ini demi kebaikan diri kalian sendiri! Namun jika kalian ingkari, “in takfurû innallâha laghaniyun hamîd”; sesungguhnya Allah Maha kaya, sama sekali tak memerlukan syukur kalian!”.
Bisa dirujuk, ayat-ayat yang beliau sampaikan ialah bagian awal Surat Ibrahim yang secara historis turun di Mekah. Termasuk Makkiyah yang berarti muslimin masa itu di puncak perlawanan terhadap kaum yang kufur.
Alhasil, apa makna “hari Allah” dikaitkan dengan peristiwa yang membangkitkan jutaan manusia pada belakangan ini? Mereka yang Syiah maupun yang Sunni, bahkan dari Barat yang non muslim pun menjadi tersadar oleh peristiwa kesyahidan Qasem Sulaimani atas kejahatan AS yang dibalas setelah itu oleh Iran?
Rahbar menjelaskan bahwa “Hari Allah”, yakni:
-Hari yang menampakkan Tangan Kuasa Allah di dalam peristiwa itu.
-Ketika itu puluhan juta umat di Iran, Irak dan negara-negara lainnya tumpah ke jalan-jalan dalam menghormati darah Sang Komandan IRGC -dan Abu Mahdi al-Muhandis wakil pimpinan “al-Hasyd asy-Sya’bi”- yang syahid beserta para martir yang turut bersamanya.
-Hari pembalasan dengan rudal-rudal IRGC yang meruntuhkan pangkalan AS yang bercokol di negeri makam Para Imam Suci, Irak.
Sampai pada bagian ini dari khotbah beliau, besarnya peristiwa ini melahirkan kejadian-kejadian yang akan mengejutkan dunia, salah satunya sepekan kemudian terjadi pada jumat kemaren, 24/01/20, demonstrasi jutaan rakyat Irak yang memprotes keberadaan pasukan AS di negeri mereka.