Menegur Kesalahan Pasangan dengan Bahasa Cinta Pasangan
Euis Daryati, MA
“Pah, ngga boleh loh melakukan hal itu, bukankah papah sendiri yang ngasih tau kalau hal itu dilarang agama?!”
“Mah, gimana sih, kan udah dikasih tau kalau perbuatan itu salah?”
Dalam kehidupan rumah tangga tidak luput dari kesalahan yang dilakukan pasangan suami istri. Entah karena ego, atau faktor lainnya, tidak mudah bagi seseorang untuk mengakui kesalahannya. Bahkan, sebagian tidak mau menerimanya ketika orang lain mengingatkannya bahwa ia salah. Seorang suami tidak akan mudah menerima ketika diingatkan oleh istrinya. Atau, sebaliknya seorang istri tidak mudah menerima ketika diingatkan oleh suaminya bahwa ia melakukan kesalahan. Karena kenyataannya, kebanyakan kita ini tidak suka disalahkan, walaupun memang terkadang kita sebenarnya salah.
Entah benar atau tidak, berdasarkan beberapa pengalaman, kebanyakan para suami tidak mudah menerima ketika istrinya mengingatkan. Mungkin, karena posisi suami yang sebagai kepala rumah menjadikan ia sulit menerima teguran istrinya. Ditambah lagi, bila cara menegur sang istri tidak tepat. Karena itu, Ayatullah Husen Mazhahiri, ulama akhlak kontemporer, telah memberikan tips khusus dalam menegur pasangan. Beliau telah memberikan wejangan agar ketika seorang istri atau suami melakukan kesalahan, misal berkata bohong, maka cara yang terbaik adalah tidak serta merta dan langsung memarahinya. Apalagi, jika memarahinya di hadapan orang lain. Bukan saja ia tidak akan menerima nasehatnya, sebaliknya akan merasa sakit hati karena merasa dirinya dipermalukan di hadapan orang lain, dan diinjak-injak harga dirinya. Dengan demikian, laranglah perbuatan buruk istrinya itu secara tidak langsung.
Karena, menurut beliau menyalahkan secara langsung sebuah kesalahan atau dosa, justru sangat merugikan. Oleh karena itu, perbaikilah kesalahan pasangan, atau bahkan anak kita secara tidak langsung dengan cara menyebutkan sebuah ayat, atau riwayat. Dan mengingatkan mereka kepada Allah, malam pertama di alam kubur yang merupakan malam yang amat menakutkan, hari kiamat dan siksa neraka, niscaya mereka tidak akan mengulangi lagi kesalahannya.
Beliau pun mengingatkan kepada para suami bahwa seorang suami merupakan kepala rumah tangga, yang bertanggungjawab terhadap urusan dunia dan akhirat anak dan istrinya, hendaknya bersikap tegas, bukan keras dalam urusan-urusan kewajiban agama dan perkara-perkara yang dilarang agama. Karena, suami sebagai kepala rumah tangga akan diminta pertanggungjawaban atas anak dan istrinya dalam semua perkara ini.
Pasangan suami istri harus menyadari, bahwa kendatipun pasangannya dua puluh empat jam hidup bersamanya, namun, tetap pasangan pun ingin dihargai dan dihormati. Di saat melakukan kesalahan pun maka ia ingin ditegur dengan baik, bukan malah dicerca dan dimaki. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa terhadap musuh saja Imam Ali as telah melarang kita untuk mencaci maki seperti yang beliau sampaikan kepada tentaranya di perang Siffin, “Saya tidak mau engkau menjadi para pencaci maki.” [Nahjul Balaghah, khutbah 197] Apalagi terhadap pasangan dan orang terdekat kita. Jadi, kebenaran harus disampaikan dengan cara tepat dan benar. kendatipun yang kita sampaikan itu benar, tapi bila cara penyampaiannya tidak benar, maka tidak akan banyak berdampak.
Karena itu, pasangan hendaknya berlaku baik terhadap pasangan, termasuk ketika pasangan melakukan kesalahan maka tegurlah dengan cara baik. Tentu, berprilaku baik tidak bertentangan dengan sikap tegas yang sewaktu-waktu diperlukan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga. Misalkan seorang istri sangat boros dalam menggunakan uang hingga keuangan rumah tangga menjadi sulit, maka dalam hal ini suami hendaknya bersikap tegas.
Dalam sebuah riwayat, perlakuan baik terhadap istri dijadikan tolok ukur baiknya seseorang, seperti dalam hadis Nabi saw berikut ini, “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling baik terhadap istrinya, dan saya adalah orang yang paling baik di antara kamu terhadap istrinya. [Man La Yahdhur al-Faqih, hal 324, hadis ke 5]
Atau, menegur kesalahan pasangan dengan mengenal bahasa cinta pasangan. Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam merasakan dan mengekspresikan kasih sayang, yang sering disebut “bahasa cinta.” Karena itu penting mengenal bahasa cinta pasangan, kemudian menegur dengan cara yang lebih lembut dan efektif, sesuai dengan cara mereka merasa dihargai. Konsep bahasa cinta diperkenalkan oleh Dr. Gary Chapman, seorang penulis buku terkenal The 5 Love Languages: The Secret to Love That Lasts. Dalam bukunya, Chapman mengidentifikasi lima jenis utama cara orang mengungkapkan dan menerima kasih sayang. Menurutnya, memahami dan mengenali bahasa cinta pasangan sangat penting untuk menciptakan hubungan yang sehat dan harmonis
A. Kata-Kata Penegasan (Words of Affirmation)
Jika pasangan merasa dihargai dengan kata-kata, gunakan pendekatan yang lembut dan penuh pengertian. Hindari kritik tajam yang bisa membuatnya merasa diserang. Contoh: “Aku tahu kamu sedang sibuk belakangan ini, dan mungkin kamu tidak sengaja mengabaikan hal ini. Tapi, aku merasa kecewa dan penting bagi aku untuk kita bisa lebih perhatian terhadap hal-hal kecil.”
B. Tindakan Melayani (Acts of Service)
Jika pasangan merasa dicintai melalui tindakan nyata, pastikan untuk mendekati masalah dengan sikap penuh perhatian. Bantu mereka memahami bahwa ada kesalahan tanpa membuatnya merasa tidak mampu. Contoh: “Aku tahu kita sibuk, tapi aku merasa sedikit terbantu jika kita bisa saling berbagi tugas lebih merata. Bagaimana kalau kita atur ulang jadwal agar lebih seimbang?”
C. Menerima Sentuhan Fisik (Physical Touch)
Jika pasangan merasa dihargai melalui sentuhan fisik, bisa jadi kamu ingin menegur sambil tetap memberikan kenyamanan fisik. Pelukan atau sentuhan lembut bisa membantu meredakan ketegangan. Contoh: sambil memberi pelukan ringan, katakan, “Aku tahu ada hal yang perlu kita bicarakan, dan aku ingin kita selesaikan dengan baik. Aku merasa lebih baik jika kita bisa bicara dengan tenang.”
D. Waktu Berkualitas (Quality Time)
Jika pasangan menghargai waktu bersama, pastikan untuk menegur tanpa gangguan, dan luangkan waktu penuh perhatian untuk mereka. Fokuskan percakapan pada kualitas, bukan kuantitas. Contoh: “Aku merasa kita kurang punya waktu untuk berbicara akhir-akhir ini, dan ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan. Aku ingin kita bisa lebih sering menyisihkan waktu untuk satu sama lain.”
E. Pemberian Hadiah (Receiving Gifts)
Jika pasangan merasa dihargai melalui hadiah atau gesture simbolis, kamu bisa memberi sesuatu sebagai bentuk perhatian sebelum menegur kesalahannya, misalnya memberi sesuatu kecil yang bermakna. Contoh: “Aku tahu kamu selalu bekerja keras untuk kita. Ada hal kecil yang ingin aku bicarakan karena aku sangat menghargai segala usaha yang kamu lakukan. Mungkin kita bisa bahas ini ketika kamu punya waktu?”
Dengan mengenal bahasa cinta pasangan, kita bisa memilih cara yang tepat untuk menyampaikan pesan. Fokus pada komunikasi yang penuh pengertian dan hindari membuat pasangan merasa diserang. Sebaiknya, jadikan percakapan itu sebagai upaya untuk saling memahami dan memperkuat hubungan, bukan untuk menyalahkan.