Mengenal Konsep Peradaban Baru Islam
Oleh: Dr. Khorramshad*
Apa yang dimaksud dengan peradaban baru Islam? Kenapa harus membincangkannya dan bagaimana dapat mencapainya?
Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama harus dibahas tentang apa itu peradaban dan apa itu peradaban Islam supaya kita dapat menunjukkan perabadan baru Islam itu seperti apa.
Dalam Ensiklopedia Dehkhoda terkait kata “تمدن” (yang kita artikan di sini dengan peradaban) disebutkan: “Berperilaku orang-orang kota dan beralih dari kekerasan, agresi dan ketidaktahuan ke keadaan kelembutan, kemanusiaan dan pengetahuan. Berperadaban artinya menjadi orang kota dan berada dalam tahap pendidikan sosial yang sempurna, lawan dari barbarism.”
Kamus Bahasa Persia Amid berkenaan dengan kata تمدن menyebutkan: “Kerja sama masyarakat satu dengan yang lainnya dalam urusan kehidupan dan memberikan kenyamanan untuk diri sendiri dan orang lain.”
Alain Rey menggambarkan peradaban sebagai “Peralihan dari kehidupan normal, biasa dan sederhana ke kondisi sosial yang berkembang di berbagai bidang moral, mental, artistik, teknis, dan….”, sedangkan Paul Robert menyebutnya sebagai “Seperangkat fenomena sosial, seperti fenomena agama, moral, ilmiah, teknis, estetika, artistik, dan… dalam sebuah masyarakat yang besar, maju, dan progresif.”
Adapun peradaban menurut istilah disebutkan dalam Ensiklopedia Daneshgostar sebagai berikut: “Masyarakat yang telah mencapai tingkat tinggi dalam perkembangan dan pembagian pekerjaan sosial terstruktur.”
Juga dalam antropologi, peradaban didefinisikan sebagai tahap sosial-politik lanjutan dari evolusi budaya di mana kita dihadapkan dengan pemerintahan yang terpusat (di kota yang menjadi pusat seremoni atau di wilayah yang lebih luas yang disebut negara).
Hossein Nashr mendefinisikan peradaban seperti ini: Mengumpulkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk tata kota, arsitektur, sandang dan pangan (life style), kondisi ekonomi, hubungan antara manusia dengan realitas absolut, yaitu agama, filsafat, sastra, seni, dan… yang bercabang dari agama.
Peradaban adalah sebuah fenomena poligonal dalam kehidupan sosial manusia, yang berbagai aspeknya adalah agama, ilmu pengetahuan, etika, filsafat, hukum, sastra, epistemologi, estetika, arsitektur, seni, teknologi, ekonomi dan politik. Peradaban adalah hasil dari semua ini dalam kehidupan manusia yang berevolusi dan berkembang. Peradaban dimanifestasikan dalam semua itu, dan semua ini bersama-sama membangun bangunan peradaban yang besar dan produktif.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa peradaban memiliki komponen perangkat keras dan perangkat lunak; Komponen perangkat lunaknya meliputi sains, agama, seni, filsafat, hukum, sastra, epistemologi dan estetika, dan komponen perangkat kerasnya meliputi populasi manusia, kota, politik, ekonomi, teknologi, dan arsitektur. Kategori pertama adalah elemen peradaban mental dan spiritual dan kategori kedua adalah elemen peradaban objektif dan eksternal.
Banyak pemikir sepanjang sejarah telah berbicara tentang komponen peradaban. Ibnu Khaldun menggambarkan komponen peradaban sebagai berikut: “Populasi, kekayaan, pekerjaan, industri, pengetahuan, seni, geografi, urbanisasi, agama dan kefanatikan.” Hendry Lucas menganggap ekonomi, organisasi politik, tradisi moral dan agama, pengetahuan dan seni sebagai komponen peradaban. Will Durant menyebut empat hal sebagai pilar peradaban: “Kejelian dan kehati-hatian dalam urusan ekonomi, organisasi politik, tradisi moral, dan berusaha mengejar pengetahuan (makrifat) dan penyebaran seni.” Ada juga yang menyebut aturan dan hukum, pemerintahan, tulisan, seni, bahasa, agama dan pengetahuan sebagai komponen peradaban.
Definisi umum yang menyebutkan komponen peradaban dari perspektif pemikir yang berbeda, memberikan gambaran tentang peradaban di benak kita. Sekarang kita harus bertanya apa yang dimaksud dengan peradaban Islam? Apa ciri pembeda dari peradaban yang kita sebut sebagai peradaban Islam ini?
Peradaban Islam mengacu pada realitas eksternal dan historis yang terbentuk pada waktu tertentu. Peradaban Islam adalah kumpulan gagasan, pemikiran, keyakinan, ilmu pengetahuan, seni, industri, hubungan politik, sosial dan ekonomi, budaya dan bahkan keamanan militer yang lahir dengan diilhami oleh ajaran Islam selama berabad-abad oleh umat Islam.
Hal yang menakjubkan tentang peradaban ini adalah bahwa ia berakar di tanah (wilayah) yang memiliki manifestasi peradaban paling sedikit, yaitu Jazirah Arab. Itu pun pada saat dunia berada dalam kegelapan dan peradaban besar sedang menurun. Meskipun peradaban besar seperti Iran kuno, Romawi dan Yunani, peradaban Islam menunjukkan wajah barunya dengan fitur unik. Peradaban ini memiliki dua aspek utama;
1. Bagian yang muncul melalui Islam itu sendiri dan berkembang atas prakarsa umat Islam. Bagian dari peradaban ini didasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Bagian yang ditempatkan di ranah Islam sebagai warisan peradaban sebelumnya dan dikembangkan oleh umat Islam serta mengambil warna Islam. Islam mengambil keuntungan dari warisan peradaban penaklukan dan memberikan makna baru.
Peradaban Islam terutama mengacu pada dua periode sejarah utama. Periode pertama berlangsung dari tahun 750 M sampai 1258 M, yaitu dari awal mula dakwah Islam dan munculnya Islam sampai jatuhnya Bagdad ke tangan Hulakukhan Mongol dan dari tahun 755 M sampai 1492 M. Periode kedua mulai masuk Islamnya bangsa Mongol sampai pembentukan pemerintahan seperti Safawi dan Ottoman pada pertengahan abad ke-18. Peradaban Islam menurun setelah periode kedua, yaitu pertengahan abad ke-18.
Komponen peradaban Islam pada lima abad pertama yang merupakan masa kejayaan peradaban Islam adalah sebagai berikut: Suasana aman, disiplin moral, orisinalitas pemikiran, tingginya taraf hidup dan kesejahteraan, kedermawanan dan penghindaran relatif fanatisme, dominannya semangat solidaritas, pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan sastra, memuncaknya pekerjaan dan iman secara bersamaan, perhatian terhadap kondisi yang lemah dan miskin.
Namun di antara karakteristik peradaban Islam, dua indikator yang memiliki dampak mendalam dan mendasar pada pembentukan dan kelanjutannya ini harus diperhatikan secara khusus:
- Peradaban Islam tidak pernah membatasi diri pada satu bangsa dan ras. Oleh karena itu, di wilayah dunia Islam yang luas, semua kelompok etnis yang berbeda, termasuk Arab, Iran, Turki, India, Cina, Mongol, Afrika, dan bahkan kelompok dhimmi, eksis dan aktif.
- Minat yang luhur dan tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Ada banyak hadis yang popular di tengah masyarakat yang mendorong orang untuk belajar ilmu pengetahuan dan menganggapnya berharga dan perlu. “Menuntut ilmu itu wajib bagi seluruh umat Islam”, “Satu jam perenungan lebih berharga daripada tujuh puluh tahun ibadah”, “Tuntutlah ilmu, bahkan hingga di Cina,” dan ….
George Sarton mengatakan, hasil dari tingginya minat pada ilmu pengetahuan ini adalah bahwa umat Islam memegang enam abad kepemimpinan ilmu pengetahuan di dunia. Dari paruh kedua abad ke-2 H hingga abad ke-5 H, yaitu 350 tahun, merekalah yang terdepan dalam ilmu pengetahuan. Selama 250 tahun berikutnya, bersama dengan orang-orang Kristen, mereka dianggap sebagai pelopor ilmu pengetahuan dunia. Ia menyebut era tersebut terjadi pada masa Jabir bin Hayan, Razi, Mas’udi, Abu al-Wafa, Abu Raihan, Khayyam, dan….
Selama periode peradaban Islam, berbagai struktur dan organisasi telah mengambil tanggung jawab atas pengembangan dan kemakmuran ilmu pengetahuan di dunia Islam, termasuk Baitul Hikmah di Baghdad, Dar al-Ilm di Mesir, Nizamiyeh di era Mongol dan Seljuk, dan sebagainya.
Ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam memiliki banyak penambahan yang berasal dari peradaban-peradaban masa lalu. Dalam klasifikasi umum, dapat dikatakan bahwa peradaban Islam telah menggunakan penambahan dan layanan tersebut secara efektif dalam pengembangan pengetahuan manusia:
- Klasifikasi ilmu;
- Geometri analitik;
- Dasar-dasar geometri spasial;
- Hukum laju;
- Ilmu trigonometri;
- Pengembangan matematika;
- Status dan penerapan tanda nol;
- Pertumbuhan astronomi dan observatorium;
- Kemakmuran medis;
- Pendirian rumah sakit;
Ciri penting lain dari peradaban Islam adalah kelapangan dada dan relatif menghindari fanatisme. Kelapangan dada berarti kesabaran dan toleransi dalam umat Islam itu sendiri. Para ahli di bidang peradaban menyebut ciri ini sebagai prinsip induk berdirinya peradaban Islam. Untuk memahami pentingnya fitur ini, kita harus bertanya, perbedaan saat dibentuknya front berdarah di dunia Islam saat ini, selama lima ratus tahun berkembangnya peradaban Islam dahulu apakah tidak terjadi? Jika jawabannya ya (terjadi perbedaan), dan itulah jawaban yang benar, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mereka bisa membangun peradaban yang begitu megah dengan berbagai perbedaan? Faktanya adalah bahwa umat Islam mengakui dan mengelola perbedaan dengan toleransi dan tasamuh, dan dengan itu mereka melahirkan perbedaan di antara berbagai madzhab Islam.
Ketika kita berbicara tentang peradaban baru Islam, maksudnya adalah kebangkitan (ihya’), rekonstruksi, dan rehabilitasi peradaban Islam di masa kini dan dunia saat ini. Tapi bagaimana ini akan terjadi? Huntington menyatakan, di dunia baru (dunia pasca-Perang Dingin), politik lokal adalah pribumi, dan politik global adalah politik peradaban. Peradaban telah menggantikan negara adidaya saat ini. Dalam situasi baru, klasifikasi negara yang paling penting bukan lagi blok Perang Dingin, tetapi tujuh atau delapan blok peradaban baru. Menurutnya, peradaban-peradaban masa kini adalah: Peradaban Cina, peradaban Jepang, peradaban India, peradaban Islam, peradaban Ortodoks, peradaban Amerika Latin, peradaban Afrika, dan peradaban Barat. Di dunia multiperadaban ini, masyarakat Islam dan Konfusianisme berusaha untuk memperluas kekuatan militer dan ekonomi mereka dan melawan peradaban Barat.
Hari ini kita menyaksikan bahwa kembali ke Islam dan Islamisme adalah isu utama masyarakat atau dunia Islam. Gerakan Islam dalam revitalisasi keagamaan tidak bertentangan dengan urbanisasi, modernisme, kapitalisme, ilmu pengetahuan dan teknologi. Argumen masyarakat Islam saat ini adalah bahwa baik sosialisme maupun nasionalisme tidak menciptakan kemajuan di dunia Islam. Islam yang murni dapat memainkan peran yang efektif di dunia. Agama tidak bertentangan dengan kemajuan dan pembangunan. Saat orang Asia, yaitu Cina, Korea, dan Jepang menekankan pembangunan ekonomi, umat Islam secara impresif bergerak menuju identitas Islam dan keislaman. Mereka menekankan bahwa Islam adalah solusinya. Revitalisasi Islam adalah upaya untuk menemukan solusi bukan dalam peradaban ideologi Barat tetapi dalam Islam modern, yang menolak budaya Barat dan menganggap komitmen Islam sebagai pedoman hidup di dunia modern. Islam bukan hanya sekedar agama, tapi juga way of life.
Sayyed Hossein Nashr menyatakan, dalam menghadapi monopoli, totalitarianisme, dan dominasi peradaban Barat, peradaban pertama yang ingin menunjukkan dirinya kembali sebagai peradaban adalah peradaban Islam. Pikiran-pikiran ini secara bertahap dimulai setelah Perang Dunia II. Perkembangan lima puluh tahun terakhir telah menunjukkan bahwa peradaban Islam telah mengambil langkah-langkah dalam menghidupkan kembali pemikiran, seni dan kajian Islam, dan menghidupkan kembali struktur sosial dan politik, meski belum sepenuhnya berhasil.
Dalam mengkaji hubungan antara Revolusi Islam Iran dan peradaban baru Islam, dapat dikatakan bahwa Revolusi Islam adalah titik tolak peradaban Islam dan pencarian peradaban Islam, kebangkitan dan pembangunan peradaban baru Islam. Itulah sebabnya Revolusi Islam mencoba bergerak ke arah ini dengan belajar dari pengalaman masa lalu, kemenangan dan kekalahan.[nahadiran.ir]
* Penulis: Mantan Ketua Islamic Culture & Relations Organization (ICRO Iran) dan penulis buku Demokrasi Religius.