Meraih Keimanan Berbuah Ketenangan
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
Al-anam :82
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan ketenangan serta mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Sebagian warga desa menjalani hidup dengan sangat sederhana. Konsep hidup sederhana yang dijalanakan nyata bukan sekedar dalam teori semata. Menjalani hidup tanpa neko-neko (tidak aneh-aneh). Waktunya ke ladang mereka ke ladang, waktunya ke mushala mereka ke mushala, tidak ada waktu untuk bergunjing, mengghibah tetangga dekat atau jauh. Makanan yang dikonsumsi juga hasil dari ladang sendiri.
Islam sebagaimana tampak dalam kehidupan Nabi Saaw dan keluarga adalah hidup dalam kesederhanaan. Para petani itu tidak berteriak-teriak diatas mimbar untuk mengajak orang lain meniru perbuatan Nabi. Tapi mereka dengan laku dan keseharian mereka. Mereka lebih menarik dan lebih nyata dalam mengajak masyarakat untuk hidup sebagai insan baik dan mulia. Mereka menjadi sosok manusia yang tidak merugikan diri sendiri dan atau kepada orang lain.
Sebagian preman terlihat ngawur dengan keberanian mereka. Salah satu alasan mereka dan juga bentuk kepercayaan mereka adalah, “jika belum waktunya mati maka tidak akan mati”. Mereka menyimpulkan jika belum waktunya mati maka tidak akan mati maka buat apa takut dengan kematian. Seorang mukmin lebih dari ini, bahwa jika dalam menjalani hidup semua dalam rangka sedang menjalankan yang diperintahkan-Nya maka mereka tidak takut mati baik dimana saja atau kapan saja, juga tidak takut pada apapun, tidak khawatir terhadap apapun. Mukmin tidak pernah merasa khawatir tidak pernah merasa takut sebagai efek dari keimanan yang ia miliki kepada Allah Swt. Mukmin selalu tenang karena memiliki pendukung dan penolong terbaik yaitu Allah Swt.
Meraih keimanan dan buah kebahagiaan.
Semua orang menginginkan kebahagiaan. Mereka yang rakus surga alasannya juga karena mereka menilai di surga itu membahagiakan. Orang menyembah Allah karena Allah juga sama, karena menurut mereka bisa menyembah Allah adalah kebahagiaan itu sendiri, menyembah Allah adalah berbuat adil kepada pihak yang paling tepat.
Keimanan menjadikan seseorang menjadi tenang. Dengan ketenangan ini manusia menjadi bahagia. Beberapa orang membanting tulang mencari nafkah, membanting tulang untuk bisa membeli tanah, bisa membeli rumah. Setelah tanah atau rumah sudah dimiliki dia menjadi tenang terhadap hal itu. Mereka menjadi bahagia ketika berhasil meraih tujuan dan harapan yang diinginkan.
Seorang mukmin dengan modal keimanan mereka lebih dari sekedar mendapatkan raihan duniawi. Dengan keimanan seorang mukmin pada hakikatnya sudah sampai pada titik kebahagiaan. Keadaan apapun di dunia ini adalah sama bagi mereka. Mereka memiliki hati yang bahagia. Dengan kondisi apapun secara lahiriah mereka tetap bahagia, mungkin terlihat oleh orang lain terlambat menikah, memiliki sedikit harta benda, memiliki sedikit teman dan kenalan tapi ketika dia beriman kepada Allah maka dia memiliki segalanya. Allah menjadi parameter mereka. Jika Allah Ridha maka mereka bahagia, jika Allah tidak ridha maka mereka akan bersedih.[1] Segala hal material dan atau non material tidak menjadi halangan dan tidak menjadi parameter kebahagiaan atau kesedihan mereka. Mereka ridha kepada Allah, atas segala ketentuan-Nya, Allah Swt juga ridha terhadap mereka. Menempatkan hati milik Allah hanya dengan kecintaan kepada-Nya.
Meraih Ketenangan dengan keimanan
Keingkaran kepada Allah walau secara lahiriah adalah kesengsaraan yang nyata. Bagi mereka seburuk-buruknya laknat. [2] Keimanan menjadi standar kebahagiaan seorang muslim, dengan keimanan ini maka bukan hanya Allah, para malaikat, Nabi, Rasul dan seluruh Imam juga mencintai dan mendoakan mereka. Sebaliknya dengan keingkaran, Allah melaknat mereka seluruh alam pun membenci perbuatan mereka.
Dengan keimanan, maka tidak ada rasa khawatir, tidak ada rasa takut, semua hal yang sulit dan berat dalam kehidupan dihadapi dengan penuh ketabahan, kesabaran, segala berian dan anugrah diterima dengan penuh rasa syukur
[1] Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar.” (Albaqarah: 119)
[2] Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la’nat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. QS 2 ayat 161