Misi Kemanusiaan Kenabian Hingga Kekinian (Bag. 1)
Saat kita ingin menggali sejarah kemanusiaan maka kita perlu melihat kembali sejarah peradaban manusia. Sejak itu sudah ada pertarungan abadi antara kubu kebenaran melawan kubu kebatilan. Suatu perjuangan abadi antara pengusung keadilan berhadapan dengan pengusung kezaliman. Hakikat sejarah kemanusiaan terus berlangsung seiring eksistensi para pejuang keadilan namun tak harus melupakan sisi kemanusiaannya.
Jika kita berbicara mengenai kemanusiaan, kita kembali lagi kemasa dimana Nabi Adam as menjalankan kehidupannya sebagai Bapak manusia dengan berbagai masalah yang dihadapinya saat itu. Sebagaimana persembahan Habil diterima oleh Tuhan, sementara Qabil melihat adanya ancaman saat tersaingi oleh saudaranya sehingga membuat ia membunuh Habil agar tak ada lagi yang bisa menyainginya. Habil dan Qabil merupakan manifestasi dari kedua kubu kebenaran dan kebatilan yang hingga saat ini terus berlangsung. Kisah hidup para nabi dan rasul serta penerusnya juga demikian, tak lepas dari untuk menjunjung tinggi nilai kemanusiaan melalui pertarungan antara kebenaran dan kebatilan.
Kisah perjuangan Nabi Nuh as saat melawan kebatilan umatnya yang membangkang atas titah Tuhan tidak membuatnya ragu untuk membuat kapal besar. Misi kemanusiaan yang dilakukan oleh Nuh untuk menjaga dan menyelamatkan umatnya dari keterbelakangan dari Tuhan Yang Esa. Nilai kemanusiaan yang terjadi pada banjir besar untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia yang lain dari kemungkaran, disitulah keadilan ilahi.
Kita lihat Ibrahim yang dikenal sebagai Bapak monotheisme saat melawan Namrud. Ia dengan cara yang sangat rasional mencoba membangkitkan kesadaran masyarakat saat itu agar menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan meninggalkan kepercayaan kepada berhala-berhala mereka. Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim pun terdapat nilai kemanusiaan yang ditentang oleh Namrud yang berkuasa. Namrud memutuskan untuk menghukum Ibrahim as dengan cara membakarnya hidup-hidup, namun api tidak membakarnya.
Sama dengan misi kemanusiaan Nabi Musa as. Kisah Musa yang sejak bayi tinggal dan dibesarkan di dalam istana Firaun, ia berada di jantung kekuasaan yang sangat zalim pada masa itu. Bani Israel, kaum Musa diperbudak tanpa perikemanusiaan untuk mengangkat tahta kekuasaan Firaun yang mengklaim dirinya sebagai tuhan dan berkuasa untuk berbuat apapun. Setelah Musa melihat tindakan Firaun, memintanya untuk tunduk kepada Tuhan Musa dan membebaskan rakyat dari penindasan. Namun karena keponggahannya Firaun tidak mengikuti nasehat Musa dan bahkan meminta pasukannya untuk membunuh Musa as. Saat Musa dikejar di laut Merah, Firaun dan pasukannya ditenggelamkan.
Sebagai penerus Musa, kemudian Isa as lahir di tanah Palestina dari rahim perawan suci Maryam. Ia lahir sebagai manifestasi kasih sayang Tuhan untuk menuntun dan memberi pengajaran kepada bangsa Israel yang telah kering jiwanya. Namun, Isa ditolak lantaran kursi kerohanian bangsa Israel telah didominasi oleh kelompok Yahudi yang ingin mempertahankan posisinya sebagai penguasa bangsa Israel. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menyingkirkannya dan kemudian berakhir dengan tragedi berdarah penyaliban “Yesus” di bukit Golgota. Namun, murid setianya Yudas berkorban dengan mengaku sebagai Isa as dan disalib. Sedangkan Isa sendiri atas kuasa-Nya dighaibkan hingga kemudian akan datang kembali membawa misi kemanusiaan dimana keyakinan tersebut yang menjaga umatnya dari kemungkaran.
Pertarungan abadi kebenaran dan kebatilan makin kelam hingga dilahirkan seorang anak yang mempunyai nasab bersambung kepada Ismail. Ia oleh kakeknya Abdul Muthalib diberi nama Muhammad. Sejak masa kanak-kanak ia mulai ditugaskan untuk mengembala domba hingga berniaga bersama pamannya sampai ke negeri Syam. Anak itu dikenal oleh para rahib Nasrani pada masa itu memiliki tanda-tanda kenabian. Kemudian terbukti pada usia ke 40, Muhammad diangkat menjadi manusia pilihan Tuhan untuk kembali menegakkan ajaran monotheisme yang diusung oleh leluhurnya, Musa, Ibrahim, Nuh dan Adam.
Ajarannya pun ditentang oleh kaumnya sendiri di kota Mekah. Karena itu, ia kemudian menyingkir ke kota Taif untuk mengajak penduduk di sana agar mengikuti ajaran menyembah kepada Tuhan Yang Esa. Namun usahanya di kota itu pun kandas bahkan mengusirnya dengan melempari batu dan kotoran hingga jiwanya pun terancam. Kekerasan yang diterima dari masyarakat karena ia berusaha merusak keyakinan dan tatanan sosial, namun bagi Muhammad itu adalah budaya kejahilan. Para petuah Quraisy merencakanan untuk membunuhnya namun gagal dan kemudian ia pergi ke Madinah. Di kota inilah kemudian menemukan keleluasaan dalam menyampaikan misi suci yang dibawanya. Dalam 10 tahun kemudian Nabi Muhammad dan para pengikutnya kembali ke kota Mekah dan menjadikan kota itu berada dibawah kendalinya.
Pengenalan ajaran monotheisme merupakan ajaran untuk mengembalikan manusia menjadi lebih manusia agar menemukan jati dirinya sebagai makhluk ciptaan-Nya. Berangkat dari kisah yang diusung oleh para nabi diatas, banyak kejadian terungkap yang mengusung misi kemanusiaan disetiap kejadian besar di dunia. Sebab kejadian tersebut selalu terdapat pertarungan abadi antara kebenaran dan kebatilan. Pertarungan tersebut semakin kesini semakin memanas sehingga kita membutuhkan sang messia untuk menegakkan keadilan tersebut.
Bersambung..