Napak Tilas Kehidupan Sayidah Khadijah as, Perempuan Pertama Pembela Dakwah Rasulullah saww (Bagian keempat)
Masih melanjutkan tentang kehidupan Sayidah Khadijah, istri Nabi Muhamad saww. Semua aspek kehidupannya patut untuk ditelaah kembali, khususnya oleh kaum muslimah agar dapat meneladaninya.
Masuk Islam dan Keagungan Sayidah Khadijah as
Tidak ada seorang pun yang meragukan tentang masuk Islamya Sayidah Khadijah as. Bahkan, beliau pun tercatat dalam sejarah merupakan perempuan pertama yang masuk Islam dan mengimani agama yang dibawa oleh Nabi Muhamad saww. Saat orang-orang menolak seruan Rasulullah untuk menerima kebenaran agama Islam, Khadijah perempuan pertama yang mengimaninya dan senatiasa membelanya.
Setelah mendapatkan wahyu pertama, Nabi Muhamad saww memulai perjuangannya dalam berdakwah dan menyeru orang-oarng untuk menyembah Allah Swt. Dengan kondisi masyarakat jahiliyah seperti itu yang penuh kebodohan dan khurafat, tentu mengajak mereka untuk meninggalkan perbuatan seperti itu sangatlah sulit. Berbagai tantangan dan rintangan mulai menghadang tugas suci Nabi Muhamad saww. Pada saat itu, Sayidah Khadijah as senantiasa mendampinginya dan mendukung dakwah suaminya dengan jiwa, raga dan hartanya. Tidak diragukan lagi tentang peran penting Sayidah Khadijah as dalam dakwah Islam. Sehingga ada istilah yang mengatakan Islam terjaga dengan pedangnya Ali dan tersebar dengan hartanya Khadijah. Sayidah Khadijah seorang perempuan yang sangat kaya raya, beliau telah menggunakan semua hartanya demi dakwah Islam.
Dengan kondisi masyarakat Arab Jahiliyah seperti itu, menjadi orang-orang yang pertama masuk Islam itu merupakan suatu kebanggaan. Beberapa waktu setelah memulai dakwahnya, Nabi Muhamad saww, Sayidah Khadijah as dan Imam Ali as adalah tiga orang pertama yang beribadah dan solat di Ka’bah.
Berkaitan dengan ini Imam Ali as berkata, “Rumah yang berpusatkan Islam saat itu hanya rumah Nabi Muhamad saww dan Khadijah as, dan aku merupakan orang ketiganya.” [1]
Kebanggaan ini hanya diraih Sayidah Khadijah as, beliau merupakan perempuan pertama yang masuk Islam dan menerima seruan dakwah Nabi Muhamad saww.
Keagungan Sayidah Khadijah as di sisi Allah Swt dan alam semesta begitu tinggi sehingga pada Mi’raj pertama Nabi Muhamad saww, Allah Swt memberikan salam kepadanya. Dalam sebuah riwayat Nabi Muhamad saww bersabda, “Pada saat Mi’raj, saat kembali dari perjalanan langit, aku berkata kepada Jibril as, “Apakah engkau ada hajat dan keperluan?” “Iya, hajatku adalah sampaikan salam kepada Khadijah dari Allah Swt dan dariku.”
Saat Nabi Muhamad saww menyampaikan kepada Sayidah Khadijah as, beliau berkata, “Allah Swt, adalah salam atau keselamatan. Salam atau keselamatan berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Dan, juga salam dan keselamatan untuk Jibril.”[2]
Pada saat Aisyah protes karena Nabi Muhamad saww sering mengingat dan memuji istri pertamanya, Khadijah yang mengatakan, “Kenapa engkau terus mengingat perempuan tua itu? Allah telah memberikan pengganti yang lebih baik darinya…”
Saat mendengar ucapan Aisyah tersebut Nabi Muhamad saww langsung menjawab, “Tidak akan pernah ada yang dapat menggantikannya. Tidak ada yang lebih baik darinya, ia beriman kepadaku saat orang-orang mengingkariku…”
Pengorbanan Sayidah Khadijah as dalam Boikot Syi’b Abu Thalib
Berdasarkan perintah Allah Swt, Nabi Muhamad saww telah berdakwah menyampaikan ajaran Islam dalam beberapa fase; sembunyi-sembunyi, kerabat terdekat dan terang-terangan. Setelah tiga tahun berdakwah secara sembunyi-sembunyi, Allah Swt memerintahkan Nabi Muhamad saww untuk berdakwah secara terang-terang dan lebih meluas. Tentu, dakwah Nabi Muhamad saww tersebut banyak menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang lebih dahsyat dari para musuh Islam. Berbagai tuduhan-tuduhan pun dilontarkan kepada Nabi Muhamad saww dan para pengikutnya, mulai dari mengejek, menuduhnya sebagai tukang sihir hingga gila. Mulai dari memberikan berbagai ancaman dan siksaan, dan berbagai trik-trik lainnya yang ditujukan kepada Nabi Muhamad saww. Namun, semua rintangan itu tidak mampu melemahkan semangat Nabi Muhamad saww untuk berdakwah dan menyeru mereka untuk masuk Islam. Bahkan beliau dengan lantang mengatakan, “Andaikan matahari diletakan di satu tanganku dan bulan di tangan yang lainnya, maka aku tidak akan berhenti untuk melakukan ini.”
Hingga akhirnya, orang-orang kafir Quraisy, khususnya para pembesarnya sangat kesal menghadapi Nabi Muhamad saww dan para pengikutnya, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mengusir Nabi Muhamad saww dan kaum muslimin dari Mekah dan menempatkan mereka di sebuah lembah yang dinisbatkan kepada Abu Thalib. Nabi Muhamad saw dan kaum muslimin diboikot di Syi’b Abu Thalib.
Pada semua fase dakwah Nabi Muhamad saww, Sayidah Khadijah as senantiasa berada di garis terdepan untuk membantu dakwah Islam. Selain mendampingi Nabi Muhamad saww, juga menggunakan seluruh harta kekayaannya untuk itu, tak terkecuali pada masa pemboikotan di Syi’b Abu Thalib. Pada usianya yang sudah tidak muda lagi, beliau meninggalkan semua kehidupan yang nyaman dan pergi ke Syi’b Abu Thalib bersama Nabi Muhamad saww.
(Euis Daryati MA)
[1] Nahjul Balghah, khutbah ke-192
[2] Majlisi, Biharul Anwar, jil 16, hal 7-11