Peristiwa Berdarah di Madinah Pasca Karbala; Awal Runtuhnya Khilafah Bani Umayah
Peristiwa Berdarah di Madinah Pasca Karbala; Awal Runtuhnya Khilafah Bani Umayah
Pasca kesyahidan Imam Husain (61 H) tak tampak perlawanan terhadap kekuasaan bani Umayah. Yazid lengah, sehingga seorang dari generasi penerus Muhajirin, Ibnu Zubair, bertindak berani, berbuat hal yang diinginkan di Hijaz. Dia telah tak diawasi. Namun tidak ingin melawan Yazid, dan juga khilafah kecuali berdasarkan syura. Dengan sembunyi-sembunyi dia memulai penarikan baiat dengan penduduk Hijaz.
Yazid sepertinya mengkhawatirkan akibat-akibat yang mungkin terjadi dari peristiwa Karbala, sehingga perlu mengirimkan hadiah-hadiah kepada Ibnu Zubair (dalam memperdaya dia), tapi ditolak olehnya. Ibnu Zubair semakin serius dalam perlawanannya, merekrut banyak orang dari Mekah dan Madinah. Kemudian untuk keduakali Yazid mengutus sejumlah pemuka Syam kepadanya, untuk memperingatkan dia dengan janji atau ancaman baginya. Ibnu Zubair mengatakan bahwa dia tak bermaksud jahat, dan bahwa dirinya seperti merpati di Haram.
Yazid tak bisa tinggal diam. Dia perintahkan pemerintah Madinah, Amr bin Said bin Ash, untuk menghabisi Ibnu Zubair. Amr bin Said dan Amr bin Zubair saudara seibu (dari keluarga Umawi) Abdullah bin Zubair, datang dengan pasukan kepadanya. Terjadilah perang antara mereka di dekat Mekah. Amr bin Said dikalahkan dan ditawan. Dia didera dengan siksaan-siksaan, sampai sakit parah dan mati di dalam penjara Ibnu Zubair.
Gejolak Penduduk Madinah
Ibnu Zubair semakin kuat, dan merekrut sekumpulan orang di Madinah dan Thaif. Walid bin Utbah yang menggantikan posisi Amr bin Said, di mata Ibnu Zubair merugikan kepentingannya. Maka dia mengusulkan via surat kepada Yazid supaya Walid diganti dengan orang yang lebih meyakinkan, dan akhirnya digantikan oleh Usman bin Muhammad bin Abu Sufyan.
Tekanan Ibnu Zubair terhadap Umawiyin di Mekah dan Thaif semakin hebat, hingga secara bertahap dua kota ini di tangan dia. Hal ini mengharuskan Syam mengerahkan kekuatan dan mengirim pasukan.
Kejahatan terburuk bani Umayah setelah peritiwa Karbala dalam sejarah ialah peristiwa yang dikenal dengan Perang Hurrah (nama dua kaki perbukitan batu di Madinah), terkait dengan gejolak penduduk Madinah 26-27 Dzulhijjah tahun 63 H. Sejarah menyebutkan penyebabnya antara lain:
1-Madinah setelah Abdullah membunuh Amr saudaranya sendiri, mengikuti Hijaz mencabut ketaatan kepada Yazid, dan dengan dalih baiat kepada Ibnu Zubair bangkit melawan Yazid.
2-Sekelompok menolak memberikan harta -dari Baitulmal- yang khusus bagi Usman bin Muhammad selaku gubernur Madinah. Kegaduhan antara pemerintah dan rakyat berujung pada gejolak penduduk dan pengusiran Umawiyin dari wilayah.
3-Usman bin Muhammad setelah diangkat menjadi gubernur, mengutus untuk mengambil hati dan dukungan- sejumlah tokoh Madinah ke Yazid. Setelah kembali dari Syam, mereka mencela Yazid bahwa dia tidak beragama, minum khamar, dipentaskan baginya gendang dan nyanyian para budak, dan dia bermain anjing.
Gejolak penduduk Madinah sampai pada pembunuhan terhadap gubernurnya. Usaha Yazid untuk meredam mereka melalui Abdullah bin Jafar, gagal. Begitu juga melalui Numan bin Basyir dari Anshar, yang kemudian terbunuh. Mereka yang bergejolak mengepung -untuk mengusir- Umawiyin dan pendukungnya yang berjumlah sekitar seribu orang di kediaman Marwan bin Hakam. Disebutkan bahwa jumlah yang terusir dari Mekah dan Madinah semua wilayah, sekitar empatribu orang. Gejolak besar ini dipimpin oleh Abdullah bin Hanzhalah pro Ibnu Zubair.
Perang Al-Harrah: Syam Versus Madinah
Yazid kewalahan menghadapi Ibnu Zubair dan penduduk Madinah. Dia kerahkan pasukan limaribu orang yang dipimpin oleh Muslim bin Uqbah ke Madinah, dan cukup baginya untuk membinasakan Madinah dan Mekah. Pada saat pasukan diberangkatkan, dia keluarkan semua sahamnya dari Baitulmal plus seratus dinar untuk mereka. Selain itu penduduk Syam dijanjikan, setelah menang mereka bisa merampas apapun yang mereka mau dari rumah-rumah penduduk.
Penduduk Madinah di pangkal masuk kota (di mana dahulu Rasulullah saw menggali parit; terletak di Madinah Utara, antara Harrah Timur dan Barat). Para pimpinan mereka adalah Abdullah bin Muthi, Maqal bin Sinan, dan terutama Abdullah bin Hanzhalah yang kemudian dia dan anak-anaknya terbunuh.
Pasukan Syam sesampai Madinah tergabung dengan Abdulmalik bin Marwan beserta bani Umayah yang terusir dari kota, di wilayah Hurrah. Dengan bantuan Marwan, sekelompok dari bani Haritsah terpedaya oleh janji harta. Melalui mereka inilah pasukan bergerak masuk dan menyerang. Dalam waktu tak sampai satu hari, pasukan Syam menguasai kota, dan selama tiga hari harta benda di sana dihalalkan bagi mereka sesuai janji Yazid. Selain banyak sekali orang yang mereka bunuh, mereka menodai banyak wanita penduduk.
Sebagian besar dari tawanan yang termasuk sejumlah orang Quraisy dieksekusi oleh Muslim bin Uqbah. Di antara mereka adalah para sahabat Nabi, yang dipenggal kepala mereka setelah dibunuh. Jumlah yang terbunuh disebutkan mencapai seribu tujuhratus orang, terdiri dari Muhajirin dan Anshar serta anak-anak mereka, dan sepuluh ribu orang dari penduduk.
Referensi:
Tarikhe Khulafa/Rasul Ja’fariyan