Permulaan Masa Kegaiban yang Panjang
Bukti sejarah bahwa seorang bernama Hasan al-Askari bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Musa bin Jafar bin Muhammad bin Ali bin al-Husain -adik al-Hasan- (keduanya) bin Ali bin Abi Thalib salamullah alaihum- sebagai imam kesebelas, wafat dalam kesyahidan.
Di masa hidupnya, telah lahir darinya seorang putra yang bergelar al-Mahdi sebagai imam keduabelas, lalu atas kehendak Allah swt ia dalam kegaiban hingga di suatu masa akan dimunculkan oleh Allah, untuk mengisi dunia penuh dengan keadilan. Demikianlah yang diyakini kaum Syiah Imamiyah berdasarkan riwayat-riwayat sahih yang sampai kepada mereka.
Di antara ayat-ayat Alquran yang mengisyaratkan kebangkitan Imam Zaman as pada saat kemunculannya di akhir zaman untuk tujuan itu, Allah swt berfirman: (QS: at-Taubah 33)
Isyarat ayat suci ini ialah bahwa agama Islam akan memenuhi seluruh dunia. Untuk keuniversalan Islam ini, dengan tiga syarat -yang disebutkan oleh Syaikh Muhsin Qara`ati- yaitu, adanya: seorang pemimpin, hukum dan kesiapan, yang semuanya bersifat universal.
Yang pertama, siapakah pemimpin universal itu? Ialah Imam al-Mahdi as.
Yang kedua, apakah hukum universal itu? Ialah Alquran, yang memberi petunjuk dan tiada tahrif sama sekali di dalamnya.
Adapun yang ketiga, Syaikh Muhsin Qara`ati mengatakan: Saat ini tak terlihat kesiapan universal itu. Untuk itu, kita harus berbuat sesuatu untuk mewujudkannya. Bila beliau muncul, yang berarti ada kesiapan dalam segala hal, umat memiliki marifat tentang Alquran dan Islam, serta kesiapan akan pemerintahan Imam Zaman.”
Saat itu Imam mempunyai pendukung dan pembela, yang jumlah mereka -menurut riwayat-riwayat- 313 orang, di antaranya 50 dari mereka adalah para wanita. Semuanya sebagai pimpinan pasukan beliau. Dikatakan pula dalam riwayat bahwa para pakar ilmu Timur dan Barat berbaiat dan mengabdikan keahlian-keahlian mereka kepadanya dan untuk tujuan-tujuan sucinya.
Masa Ghaib Shughra
Imam al-Mahdi semoga Allah menyegerakan kemunculannya- sebagaimana diterangkan dalam riwayat-riwayat, melewati dua tahap kegaiban: Shughra (masa pendek) dan Kubra (masa panjang).
Tahap yang pertama, ialah kegaiban masa pendek (ghaib shughra); dan telah beliau lewati masa ghaib shughra ini selama 70 tahun. Selama masa ini, kaum Syiah dalam menjalin hubungan dengan beliau dan di dalam urusan-urusan keagamaan mereka untuk mengetahui dan menerima seruan-seruannya, mereka melalui empat wakil khususnya (Nuwab Arbaah).
Empat duta Imam itu adalah para sahabatnya yang terunggul dan terpecaya, yang menerima pesan-pesan langsung dari imam untuk mereka sampaikan kepada Syiahnya. Mereka tidak bersamaan dalam satu masa sebagai wakil resmi beliau, melainkan bergiliran ketika yang satu wafat digantikan oleh naibul imam (duta al-Mahdi) berikutnya. Mereka adalah:
1-Usman bin Said Umari; masa sebagai naibul imam dari tahun 260 sampai 265 hijriyah. Ia dijuluki Samman, yang artinya si penjual minyak. Pekerjaannya inilah yang menutupi aktifitas-aktifitas keagamaan dan politisnya. Dana yang dia terima untuk disampaikan kepada Imam, dia simpan di dalam wadah minyak untuk dia bawa ke hadapannya.
2-Muhammad bin Usman bin Said Umari; empatpuluh tahun lamanya ia menjadi duta pengganti ayahnya bagi Imam. Mengenai dirinya, sebuah riwayat dari beliau: Al-Umari dan putranya adalah dua orang terpecaya. Apapun yang disampaikan dan dikatakan oleh keduanya adalah dariku. Maka dengarkan ucapan keduanya dan ikuti!.
3-Abul Qasim Husein bin Ruh Nubakhti; seorang kepercayaan Muhammad bin Usman Umari (wakil kedua bagi Imam), yang dipersiapkan dan diperkenalkan olehnya atas intruksi Imam sebagai wakil khusus beliau sesudahnya. Ia menjalani tugas mulia ini selama 21 tahun dari tahun 305 hijriyah.
4-Abul Hasan Ali bin Muhammad Samuri; diangkat oleh Imam melalui Husein an-Nubakhti (duta yang ketiga) sesudahnya, dan selama tiga tahun sebagai duta keempat beliau dari tahun 329 hijriyah.
Imam dalam sebuah riwayat- berkata kepadanya: Beberapa hari lagi engkau akan wafat, dan sesudahmu tiada lagi orang khusus yang menjadi perantara antara aku dan umat. Lalu beliau berkata, Tetapi menjadi tugas bagi kaum Syiah merujuk kepada ulama dan berbuat amal atas hukum mereka. Mereka adalah hujjahku atas umat, sebagaimana aku adalah hujjah Allah atas mereka. Setelah itu, dari meninggalnya duta yang keempat, periode ghaib kubra bagi Imam al-Mahdi as dimulai.
Referensi:
Emamat/Syaikh Muhsin Qaraati