Sayidah Fatimah dan Syiahnya
Merujuk pada kitab-kitab terkait mengapa putri kecintaan Nabi saw dinamai “Fâthimah”, didapati riwayat dari Ibnu Abbas, sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya ia (putriku) dinamai Fatimah, karena Allah swt telah memisahkan dia, anak keturunannya dan para pecintanya dari api neraka.” (Tarikh Baghdad 13/331, cet.Kairo; Dzakhair al-‘Uqba, hal 16, cet.Kairo; dan lainnya)
Riwayat yang serupa dari Abu Hurairah dinukil oleh al-Qunduzi di dalam “Yanabi’ al-Mawaddah (hal, 397, cet.Istanbul) dan Syablanji di dalam “Nur al-Abshar” (hal, 41, cet.Mesir).
Dua riwayat tersebut dengan redaksi beda satu-dua kata menyebutkan “wa muhibbîhâ” yang berarti “dan para pecintanya”. Selain dengan kalimat ini, di posisinya di dalam riwayat-riwayat lainnya yang dari Syiah khususnya, dengan kalimat lain, yaitu “wa syî’atahâ” (dan syiahnya). Misal riwayat dari Imam Shadiq, Rasulullah saw bersabda: “Ia dinamakan Fatimah di bumi, karena syiahnya telah dipisahkan dari api neraka.” (Bihar al-Anwar 43/18)
Dua poin yang ingin dikemukakan di sini:
Pertama, pada bagian tersebut, yakni “wa muhibbîhâ” atau “wa syî’atahâ”, jika mewakili posisi satu sama lain, menunjukkan bahwa makna “syi’ah” ialah pecinta.
Kedua, mengenai alasan penamaan bagi putri kecintaan Nabi saw tak cuma dikarenakan “fathamahâ / futhimat ‘aninnâr” (Allah menjauhkan dia/Fatimah dijauhkan oleh-Nya dari api neraka) saja. Sayed Muhammad Kazhim Qazwini penulis kitab “Fathimah az-Zahra min al-Mahdi ila al-Lahdi” membawakan banyak riwayat terkait yang menerangkan alasan-alasan lainnya.
Dengan kata lain, beberapa tafsir lainnya bagi kata “Fâthimah” diterangkan di dalam riwayat-riwayat dari Imam Baqir dan Imam Shadiq:
1-Futhimat minasy syarr; ia dipisahkan dari keburukan.
2-Li annal khalqa futhimû ‘an ma’rifatihâ; karena umat manusia diputus dari mengenal dia/Fatimah.
3-Fathamtuki bil ‘ilm wa fathamtuki ‘anith thamats; (kira-kira maknanya: Aku (Allah swt) telah memenuhimu (Fatimah) dengan ilmu dan mensucikanmu dari haid).
4-Fa lâ talthamhâ wa lâ tasymtamhâ wa akrimhâ; (Jika kamu menamai anak perempuanmu dengan “Fatimah”) Janganlah kamu memukulnya dan muliakanlah ia!.
Syiah Fatimah Zahra ra
Yang mungkin dapat ditarik dari keterangan di atas ialah bahwa Sayidah Fatimah adalah seorang wanita suci, pribadi agung yang takkan bisa dima’rifati oleh siapapun kecuali Allah dan Rasul-Nya. Ibarat Alquran, banyak kitab tafsir ditulis dengan beragam pandangan dan penjelasan tentang ayat demi ayatnya, namun Allah swt berfirman (QS.Al Imran 7):
Tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya, mereka berkata, “Kami beriman kepada (semua isi) al-Kitab itu, semuanya itu berasal dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang-orang yang berakal.
Demikian halnya dengan Sayidah Fatimah Zahra. Namun demikian tak berarti menutup pintu bagi umat Nabi saw atau mereka meliburkan diri dari usaha untuk mengenal putri beliau. Di dalam Alquran dan Sunnah terdapat banyak sekali mengenai keutamaan dan kedudukan beliau.
Salah satu keutamaannya yang disabdakan Rasulullah saw ialah Sayidatu nisa`il ‘alamin yang berarti pemuka kaum wanita seluruh alam. Demikian tentu tak sekedar sebuah pengumuman dari Rasulullah saw, yang berarti Sayidah Fatimah adalah seorang figur yang sangat patut diteladani oleh umatnya dari kaum wanita khususnya, bahkan dari kaum lelaki sekalipun.
Akan tetapi, hal meneladani beliau memerlukan pengetahuan tentang siapa beliau, bagaimana sirahnya dan lain sebagainya. Dengan mengenal beliau niscaya mencintainya, dan mencintainya niscaya meneladaninya. Seseorang dengan menjadi pecintanya yang niscaya mengikuti sirahnya, bukankah ia termasuk “muhibbîhâ” atau “syî’atahâ” yang disebutkan oleh riwayat-riwayat di atas?
Seseorang sampai pada tahap mencintainya, tak salah dikatakan bahwa ia telah menjadi syiahnya. Karena makna “syi’ah” ialah pecinta.
Di dalam kajian tentang Syiah akan didapati berbagai definisinya, salah satunya ialah bermakna pecinta Ali. Dengan merujuk pada hadis Nabi saw yang populer, “Tidak cinta kepadamu kecuali orang mu`min dan tidak benci kepadamu kecuali orang munafik.” Artinya bahwa apa yang menjadikan seseorang cinta kepada Sayidina Ali ialah iman di dalam hatinya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Lalu, apakah Syiah Ali berarti Syiah Fatimah dan sebaliknya? Mungkin para pengkaji memiliki uraian dan argumen yang berbeda namun jawaban sama. Namun kiranya, semua sepakat bahwa mencintai Sayidina Ali berarti mencintai Sayidah Fatimah, dan sebaliknya. Karena keduanya tak terpisahkan, dan sejalan.