Seminar Muharram dalam Konteks Sosial Menuju Indonesia yang Damai dan Religius
Dalam menyambut tahun baru hijriah, IKMAL menyelenggarakan seminar bertajuk “ Muharram dalam konteks Sosial menuju Indonesia yang Damai & Religius “.pada tanggal 3 Desember 2011 di Hotel Kaisar.
Dengan dihadiri 150 peserta dari anggota IKMAl di JABODETABEK dan Bandung, organisasi wanita Islam ( seperti Pelajar Islam Indonesia ( PII ) Pengurus PP. Muslimat NU, PB Kohati, Kohati Komisariat UNAS,UMJ, dan UI ), instansi pemerintah seperti KEMENAG dan Yayasan & pesantern Ahlul Bait di Jakarta. Dengan keynote Speaker Hojjatul Islam Sayyid Morteza Musawi dengan 3 pemateri :
1. Ketua II PP. Aisyiyah Muhammadiyah Ibu Prof. Dr. Hj. Masyitoh Chusan
“ Muharram dan nilai-nilai perngorbanan kamu wanita dalam rangka menbangun kader pendidik menuju masyarakat religious.
Muharram dan Asyuro adalah sebuah 2 kosa kata yang berbeda secara harfiah, namun 1 arti dalam subtansi. Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Islam dan dinamakan tahun Hijriah, karena moment hijrah Nabi dari Makkah ke Madinah dijadikan tonggak sejarah. Sedangkan Asyuro mempunyai arti sepuluh yang dijadikan acara ritual tradisi masyarakat jawa.
Bagi para pengikut keluarga Rasullah Muharram merupakan bulan berkabung, bulan duka cita karena Yazid bin Muawiyah berhasil membantai keluarga Nabi di Padang Karbala pada 10 Muharram. Pada peringatan ini dibacakan sholawat bagi Nabi dan keluarganya, mengutuk pembunuh husein dan memperagakan atraksi yang melambangkan duka cita karena husein menunjukkan perngorbanan yang tak ternilai.
Menurut beliau menbicarakan Asyuro dan pengorbanan wanita sosok yang paling tepat adalah Sayyidah Fathimah Azzahro. Karena beliau melahirkan sosok-sosok pejuang Karbala. Mereka menuntut keadilan serta melawan penindasan dan diskriminasi di dalam masyarakat Islam. Fathimah merupakan suatu manifestasi dan symbol dari jalan dan arah pemikiran Islam sejati.
Wanita mempunyai peran yang sanghat istimewa dalam kehidupan ini. Kesejahteraan dan keburukan umat manusia tergantung pada mereka. Ada 64 ayat alqur’an yang berkaitan dengan wanita termasuk ayat-ayat deritatif dan lebih dari 100 hadis yang menyebutkan dengan status , peran dan sifat-sifat wanita. Semua menegyhkan tentang eksistensi wanita ditengah percaturan kehidupan umat manusia, baik dipandang dari sudut agama =, keluarga, ekonomi, social, politik maupun peradaban dan budaya.
Peran ulama dan wanita sama-sama memiliki peranan dan tanggung jawab sangat berat, membentuk calon-calon pendidik yang akan meneruskan estafet tugasnya. Ia adalah orang yang sempurna secara akhlak maupun ilmunya. Seseorang yang hanya mengetahui setengah-setengah dalam masalah fiqih dan usuluddin, maka akan membawa kesesatan dan kemunduran umat Islam. Kekeliruan yang dilakukan oleh anak didik atau kader pendidik, adalah disebabkan oleh ulama yang tidak memiliki ilmu yang sempurna atau akhlak yang mulia serta kepribadian yang baik. Jika ulama mempunya I peran dan tanggung jawab atas pendidikan kepada umatnya, maka wanita bertanggung jawab khususnya pada pendidikan putra dan putrinya. Oleh karena itu wanita dijuluki sebagai Ratu Rumah Tangga Allah menganugrahkan kepada wanita bakat dan potensi kepemimpinan untuk memudahkan tugas-tugas kekhalifahan yang diembankan kepda wanita. Wilayah kepemimpinan wanita yang paling utama adalam keluarga dan rumahtangga suaminya. Kepemimpinan wanita karena potensi dalam dirinya yang dapat menata semua urusan internal keluarga, dapat mengelola semua keluarga sebagai sebuah tim dan dapat menuntaskan berbagai urusan rumah tangga.
2. Koord. Bid. LITBANG PP. Muslimat NU Ibu Dr. Sururin, M.Ag
“ Muharram dalam Konteks Aswaja dengan Tradisi Hari Anak Yatim “
Muharram dikenal dengan Tahun Baru Hijriyah. Bulan ini terkait dg Peristiwa Hijrah dan Asyura (banjir darah di padang Karbala). Adapun Hijrah dalam Perspektif Sejarah adalah Tahun Baru Hijriyah – peristiwa hijrah Rasul (hijrah fisik) dan Hijrah dilakukan karena beratnya penderitaan penderitaan dan tekanan dari kaum kafir quraisy yg memnginginkan dihapuskannya ajaran agama Islam. Dalam konteks Indonesia, tidak perlu dilakukan hijrah fisik karena Indonesia sdh menjadi nation state.
Hijrah Pertama secara fisik ialah Hijrah ke Habsyi—perpindahan penduduk pertama dengan alasan agama (bulan Rajab tahun ke 5 sesudah Nabi bi’tsah kenabian (614 M). Ada beberapa alasan yang mendasari Rasul memilih hijrah ke Habsyi, diantaranya adalah:
– Raja Habsyi pada waktu itu Maharaja najasyi beragama Muslim dan suka silaturahmi
– Kaum Muslim diijinkan tinggal, berusaha, dan beribadah.
– Rasul menikah dg Ummu Habibah (anaknya Raja Habsyi)
Adapun Hijrah fisik kedua adalah ke Yatsrib. Dengan Didahului dg perjanjian Aqabah. Kemudian, pendirian mesjid Quba’ ( 24 Sept 644 M) dimana Mesjid tersebut dibangun sebagai tempat pembinaan umat Islam, menjalin persaudaraan antara muslim Anshor dan Muhajirin. Saat ini mulai dilaksanakan dan disyariatkan Shalat Jum’at.
Kemudian, Hijrah ke madinah. Sejak hijrah ke Madinah merupakan awal ditetapkannya thn pertawa Hijriyah, awal thn 622 M olh Umar Ibn Khatab. Adapun hal-hal yang dilakukan pada masa ini adalah mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah, menjalin kesepakatan, yakni, Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah upaya menjalin kesepakatan bersama antara kaum Muslim, Yahudi dan Musyrik, yg berisi:
1. Kebebasan dalam beragama dan menjalankan ibadah.
2. Adanya jaminan perlindungan thdp keselamatan jiwa
3. Adanya jaminan terhadap kepemilikan harta benda
Ada juga Hijrah dlm perspektif Normatif karena tdk ad hijrah setelah Fath al-Makkah. Seperti termaktub dalam Hadits Nabi, “Tidak ada lagi yang dinamakan hijrah dari Makkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Apabila kamu diminta untuk berjihad, maka lakukanlah.”
Hijrah mpnyai 2 tujuan:
1. Melindungi Nabi dan para pengikutnya
2. Memungkinkan dijadikannya syariat Islam
Ada beberapa peristiwa yang terjadi di Bulan Muharam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nabi Adam diterima taubatnya
2. Nabi Idris diangkat ke tempat yg mulia
3. Nabi Nuh diselamatkan oleh Allah
4. Nabi Ibrahim diselamatkan dr api pembaharaan raza Namrudz dan sekaligus mjd kekasih Allah (Khalilullah)
5. Nabi Daud diterima taubatnya
6. Nabi Isa diangkat ke langit
7. Nabi Musa diselamatkan dr Raja Fir’aun
8. Nabi Yunus dikeluarkan dr perut ikan
9. Nabi Sulaiman mndptkn kmbli kerajannya
10. Nabi Muhammad mndptkn jaminan pengampunan dr Allah atskesalahan yg tlh lalu maupun yg akn dtg
11. Nabi Ya’kub disembuhkan sakit matanya
Kenapa ada tradisi bubur Suro? Latar belakangnya adalah ktk banjir bandang tlh berlalu, perahu Nabi Nuh menepi, msh ada tersisa makanan. Jd, makanan yg tersisa itu dikumpulkan dalam kuali yg besar, kmudian dijadikan bubur. Sesungguhnya bangsa yg besar adl bangsa yg menghargai tradisi.
Peristiwa Asyura, diantaranya adalah sebagai berikut:
– Allah mnciptakan langit dan bumi
– Allah mnciptakan gunung dan lautan
– Allah mnciptkn al-Lauh mahfudz dan al-Qalam
– Allah mnciptakan Adam dan Hawa
– Allah menciptakan surga
– Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat)
– Allah menurunkan hujan
– Allah menurunkan rahmat di bumi
– Hari wafatnya Imam Husain, pada pertempuran Karbala 61 H (680 M)
Aswaja—NU
Aswaja adl klompok ahli tafsir, hadits, dan ahli fiqih. Mrk mngikuti dan brpegang teguh pd sunnah Nabi dan Khulafa’ur Rasyidin.
Mazhab yg Dianut di NU, antara lain:
1) Aqidah : Imam Abu Hasan al-Asyari dan al-Maturidi
2) Fiqh : 4 Mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’I,dan Hambali)
3) Tasawuf : Imam Junaid dan al-Ghazali
Muharam —Tradisi Anak Yatim
Asyura merupakan hari kasih sayang, dianjurkan utk melaksanakan kebaikan, dan banyak bersedekah, terutama dengan menyantuni anak yatim. Anak Yatim adalah anak yg ditinggalkan ayahnya sblm usia baligh atau dewasa.
Anugrah yg Allah berikan kpd penyantun anak yatim, diantaranya adalah sebagai berikut:
– Mengundang rizki dan melimpahnya keberkahan
– Berkedudukan dekat dg Rasulullah di Surga
– Mnciptakan keluarga yg barakah
– Melepaskan label pendusta agama
Hikmah menyantuni Anak Yatim—Pengalaman2 orang yg menyantuni anak Yatim (Ibu Mahfudhoh- Ketua I PP Muslimat NU) akan diterbitkan dalam sebuah buku.
3. Alumni Jamiah Almusthafa Qom Iran Ibu Dina Y Sulaeman, M.Si
“ Peran Perempuan dalam Revolusi Suci Alhusein”
Salah satu fakta menarik dari kisah kebangkitan (revolusi) Imam Husain adalah keikutsertaan kaum perempuan. Kehadiran kaum perempuan dan anak-anak di padang Karbala menjadi jawaban bagi tuduhan bahwa Imam Husein bangkit melawan Yazid adalah demi perebutan kekuasaan. Bila kekuasaan yang menjadi tujuan, mengapa beliau membawa serta keluarganya, termasuk istri, saudara perempuan, dan anak-anak perempuannya yang masih belia?
Kehadiran kaum perempuan dalam revolusi Imam Husain merupakan bagian dari sebuah strategi perjuangan. Imam Husain berangkat ke Kufah dalam kondisi sudah mengetahui bahwa beliau akan syahid terbunuh. Beliau memang memilih kematian daripada hidup terhina, berbaiat kepada seorang pemimpin yang zalim. Namun, kesyahidan itu tak boleh sia-sia. Harus ada yang menjadi penyampai suara perlawanan terhadap kezaliman. Dan mereka, yang ditugasi untuk menyampaikan pesan kebenaran itu, adalah kaum perempuan
Mari kita bayangkan kondisi psikologis kaum perempuan itu. Dalam satu hari (tanggal 10 Muharam), mereka kehilangan saudara, anak, dan suami. Sayyidah Zainab, adik Imam Husain, kehilangan 2 anaknya, puluhan keponakan, serta 6 saudara laki-laki, termasuk Imam Husain sendiri. Dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan orang-orang yang dicintainya itu disiksa, dihujani panah, dan disabet pedang, sampai akhirnya gugur syahid.
Dalam kondisi yang sangat berat itu, Sayyidah Zainab harus mampu mengendalikan emosinya. Dia harus mengurus kaum perempuan dan anak-anak yang masih tersisa; termasuk melindungi putra Imam Husain, yaitu Ali Zainal Abidin yang dalam kondisi sakit. Pasukan Yazid waktu itu berusaha membunuh Ali Zainal Abidin, namun berhasil dihalau oleh Sayyidah Zainab dengan kekuatan kata-katanya.
Konteks Kekinian: Masyarakat yang Damai dan Relijius
Lalu bagaimana dengan kita hari ini, kaum perempuan Indonesia?
Tantangan yang ada di hadapan kaum perempuan Indonesia saat ini sungguh kompleks. Namun, bila kita kaitkan dengan tema seminar ini, yaitu upaya membentuk masyarakat yang damai dan relijius, kita bisa memfokuskan perhatian pada masalah ini. Damai artinya terbebas dari konflik. Penyebab konflik sangat beragam, namun, seperti disimpulkan oleh Barthos & Wher, akar konflik terbagi tiga, yaitu kekayaan, kekuasaan, dan prestise. Sementara itu, Pruitt & Rubin menyebutkan adanya faktor invidious comparison sebagai penyebab konflik; yaitu ketidakkonsistenan status. Dengan demikian, kecemburuan sosial akibat semakin melebarnya jurang antara si kaya dan si miskin adalah di antara penyebab konflik.
Semakin tahun, jumlah kaum miskin di Indonesia semakin meningkat akibat berbagai kebijakan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat. Pemerintah kita telah menandatangani berbagai perjanjian internasional yang berujung kepada terpinggirkannya industri dalam negeri. Kita kaum perempuan pasti tahu bahwa di pasar, hampir semua barang murah yang beredar adalah produksi asing. Beredarnya barang-barang murah itu telah membuat ribuan pabrik tekstil dan alas kaki gulung tikar; serta puluhan ribu buruh menganggur; kemiskinan meningkat, diikuti dengan berbagai problem sosial yang merupakan efek dari kemiskinan
Situasi serupa pernah terjadi di Iran tahun 1890 ketika Shah Iran menandatangani perjanjian monopoli tembakau dengan Inggris. Akibatnya, industru tembakau dalam negeri terancam bangkrut dan ratusan ribu orang terancam kehilangan pekerjaan. Kaum perempuan Iran waktu itu bangkit melakukan berbagai aksi protes, antara lain dengan berhenti menggunakan tembakau, menutup toko-toko di pasar, dan mendesak suami-suami mereka untuk ikut dalam aksi protes. Salah satu tokoh perempuan pada era itu adalah Zainab Pasha. Dia terkenal dengan seruannya, “Kalau kalian tidak berani melawan kaum penjajah, pakailah kerudung kami dan pulang ke rumah! Kami yang akan menggantikan kalian untuk berjuang!” Aksi demo dan boikot meluas ke berbagai penjuru negeri, sampai akhirnya Shah Iran membatalkan perjanjian itu.
Lalu, bagaimana kita hari ini? Apakah justru kita kaum perempuan yang merasa diuntungkan oleh membanjirnya barang-barang impor murah itu? Apakah hal ini membuat kita tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di luar sana; dengan nasib para buruh yang tercerabut dari sumber penghasilan mereka?
Sungguh, dalam hal konsumerisme, perempuan memiliki sebuah kekuatan luar biasa. Kekuatan itu bisa dipakai untuk melemahkan, atau sebaliknya membangkitkan semangat perjuangan melawan penindasan. Survei di Inggris mendapati bahwa seorang perempuan dalam diskusi tiga menit sanggup merekomendasikan 5 merek kepada temannya, dan rekomendasi itu akan diikuti oleh dua temannya. Artinya, dalam diskusi 3 menit saja, seorang perempuan mampu membuat sebuah produk mendapatkan dua konsumen baru. Atas dasar survei ini, para pakar marketing menyarankan agar para produsen pandai-pandai mengambil hati perempuan.
Kekuatan yang kita miliki ini sangat mungkin membuat kita tanpa sadar telah menjadi pilar penopang kezaliman; dalam arti kita turut serta dalam melanggengkan ketidakadilan sistem perdagangan internasional. Misalnya, kita menggunakan benda-benda dengan berlebihan, lalu saling merekomendasikan dan membuat perempuan lain ikut tergiur kepada benda-benda itu. Sebaliknya, kekuatan itu juga bisa dipakai untuk merekomendasikan hal yang sebaliknya: lebih memilih membeli barang lokal daripada barang impor. Belajar dari aksi boikot tembakau di Iran, bisa dibayangkan efeknya bila 100 juta perempuan Indonesia bangkit untuk memilih produksi dalam negeri. Inilah yang disebut Temma Kaplan (1982) sebagai female consciousness, kesadaran perempuan. Kesadaran inilah yang juga mendorong kaum perempuan Barcelona tahun 1910-an melakukan gerakan politik memprotes inflasi dan terbatasnya suplai makanan. Rema Hammami (1997) and Carol Barden-stein (1997) juga mengobservasi bahwa dalam proses perjuangan bangsa Palestina, definisi “good mother” telah berubah dari melayani kebutuhan keluarga, menjadi ‘seseorang yang menyediakan syuhada’. redefinisi serupa juga muncul di tengah wanita Iran yang menjalankan perannya dalam keluarga dengan mengarahkan keluaarganya agar rela mengorbankan jiwa raga demi jihad di jalan Allah.
Saya pikir, kaum perempuan muslimah Indonesia hari ini punya tanggung jawab untuk membangkitkan kesadaran diri sendiri dan kaum perempuan di sekitar kita. Tanpa female consciusness, sulit muncul perubahan besar menuju kebaikan di negeri ini. Bila dulu Sayyidah Zainab membongkar kebobrokan pemerintahan Yazid, hari ini kita punya tugas membongkar kebobrokan sistem kapitalisme yang menjerat kaum perempuan di negeri ini ke alam konsumerisme. Bila dikaitkan dengan relijiusitas, kebangkitan kesadaran untuk tidak terjebak dalam konsumerisme, jelas bersesuaian dengan firman-firman Allah mengenai keharusan tampil sederhana, tidak berlebih-lebihan, dan mengalokasikan dana yang lebih banyak untuk membangun umat. []