Telaah Singkat Al-Kafi Kulaini (Bag. 2)
Kitab Al-Kafi (Baca selengkapnya di sini)
1- Kulaini dan Al-Kafi Menurut Ulama
2- Kelebihan Al-Kafi
3- Kekurangan-kekurangan Dalam Kitab Al-Kafi
Adanya riwayat-riwayat dhaif dan saling kontradiksi, menjadi salah satu kekurangan utama Kutub Arba’ah, tidak terkecuali Al-Kafi. Riwayat-riwayat dhaif yang terdapat dalam Al-Kafi dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian berikut:
1. Sanad: Menurut mutaakhkhirin, sebagian riwayat Al-Kafi sanadnya dhaif. Faktor dhaifnya sanad dalam riwayat-riwayatnya karena dua hal:
a) Inqitha’ (tidak bersambungnya sanad): Ungkapan-ungkapan seperti “عن بعض اصحابنا” (dari sebagian sahabat kami), “عن رجل” (dari seorang lelaki), “عمن حدّثه” (dari orang yang menukilkan kepadanya) dan… dalam sanad-sanad Al-Kafi adalah contoh konkretnya.
b) Adanya perawi-perawi yang dhaif, majhul, muhmal dan ghali dalam sanad-sanadnya: Kajian ilmu rijal terkait sanad sebagian riwayat Al-Kafi mengindikasikan, beberapa perawi Al-Kafi didhaifkan oleh ulama rijal seperti Kasyi, Najjasyi, dan Syeikh Thusi.
Ayatullah Khui berkata, “…Sebagian riwayat Al-Kafi dinukil dari pribadi-pribadi dhaif seperti Abul Bakhtari, Hasan bin Abbas bin Harisy dan…”[1]
Pengaruh orang-orang ghali dalam silsilah sanad Al-Kafi, khususnya pada bagian Ushulnya telah terbukti dalam kitab-kitab rijal. Dari 255 hadis Ushul Kafi, bab Al-Hujjah, terdapat lebih dari 50 hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang ghali atau diklaim ghali dalam silsilah sanadnya.
50 nama tersebut antara lain: Ahmad bin Hilal, Umayyah bin Ali, Jamaah bin Sa’d, Daud bin Katsir Ar-Raqi, Saleh bin Sahal, Abdurrahman bin Asham, Abdullah bin Qasim Bathal, Sahl bin Ziyad dan…[2]. Sahl bin Ziyad menukil hampir dua ribu riwayat dalam Al-Kafi.[3] Sumber kontradiksi riwayat-riwayat adalah pemalsuan hadis.
Hasyim Ma’ruf menulis, “Dari total 16.199 hadis kitab Al-Kafi, 5.078 di antaranya hadis shahih, 144 hadis hasan,[4] 1.128 hadis muwatstsaq,[5] hadis qawi,[6] dan 9.458 hadis dhaif.[7]
2. Dhaifnya matan (teks)
Dari berbagai riwayat Al-Kafi yang valid, sangat jarang ditemukan teks-teks yang dikritisi oleh para peneliti. Pada bagian Ushul Al-Kafi, terdapat beberapa riwayat yang memuat ghulu terkait kedudukan para imam Syiah a.s. dan terjadinya tahrif dalam Alquran.[8]
Selain itu, dalam kitab Al-Hujjah terdapat beberapa riwayat yang kesimpulannya, jumlah para imam Syiah ada 13 orang.[9] Riwayat-riwayat seperti ini tidak dapat dianggap shahih karena bertentangan dengan akidah Syiah. Riwayat-riwayat dhaif dan palsu ini menjadi senjata sebagian pengkritik untuk menyerang kepribadian Kulaini dengan prasangka, ketidaktahuan, dan segala motif lain atau bahkan menganggap seluruh riwayat Al-Kafi salah.[10]
Padahal, masuknya beberapa riwayat dhaif atau palsu dalam setiap kitab riwayat yang dikenal sebagai kitab shahih sekali pun, adalah hal yang wajar. Ini sebuah realitas yang telah dikaji dan diakui oleh banyak peneliti Syiah dan Ahlu Sunnah. Selain itu, sebagian kritikan tersebut memiliki jawabannya tersendiri dan sebagian riwayat dapat dijelaskan arti shahihnya.
Kulaini juga tidak memaparkan solusi untuk riwayat-riwayat yang kontradiksi. Beliau hanya melaluinya dengan memberikan opsi “takhyir” (boleh memilih) atau “tawaqquf” (berhenti atau membiarkan).
(Bersambung)
=====================================
[1] Khui, Mu’jam Rijal Al-Hadits, jilid 1, halaman 85.
[2] Ibid, jilid 3, halaman 361.
[3] Thusi, Al-Istibshar, jilid 3, halaman 261, hadis 935.
[4] Hadis hasan adalah hadis yang dinukil oleh perawi Imamiah (Syiah) yang mamduh (dipuji), meskipun keadilannya tidak ditegaskan.
[5] Hadis muwatstsaq adalah hadis yang dalam silsilah sanadnya terdapat perawi non-Syiah yang tsiqah.
[6] Hadis qawi dipergunakan di dua tempat: Pertama, terkadang maksudnya adalah hadis muwatstsaq. Kedua, terkadang yang dimaksud adalah hadis yang dalam sanadnya terdapat perawi Imamiah, namun tidak ada pujian atau celaan mengenainya.
[7] Dirasat Fi Al-Kafi Li Al-Kulaini Wa Ash-Shahih Li Al-Bukhari, halaman 139.
[8] Al-Kafi, jilid 1, halaman 265; Ibid, jilid 2, halaman 627.
[9] Ibid, jilid 1, halaman 53.
[10] Sayed Husain Yusuf, halaman 142.