Transkrip Short Course Mahdawiyat ke 5 ; Keghaiban Imam Mahdi ajf
Banyak ayat dan riwayat dan buku-buku tentang Mahdawiyat, membahas biografi, periode keghaiban dan sebagainya. Sumber dari kitab ziarah serta doa bisa diakses oleh semua kalangan. Salah satunya adalah Mafatih. Ziarah Ali Yasin agar kita ulas, berasal dari seratus hadits. Seringkali kita menemukan tafsir yang dijelaskan dengan riwayat. Contohnya surat Al Qadr adalah surat mengenal Ahlul Bayt bahkan Mahdawiyat. Oleh karena itu, riwayat yang menafsirkan ayat Mahdawiyat amatlah penting.
Ayat Mahdawiyat, ada dua jenis:
- Umum (ayat tathir, ayat wilayah)
- Khusus (ayat 105 surat Al Anbiya’)
Pada pembahasan kali ini ada 2 poin penting. Poin pertama, kehidupan Imam Zaman dibagi menjadi beberapa periode;
- Kelahiran,
- Wafat Ayahnya
- Kepemimpinan Imam, setelah wafat Ayahnya,
- Periode Keghaiban
Poin kedua, hendaknya kita mempelajari tiap bagiannya. Ada 3 pendapat diantara umat muslim dalam pembahasan keghaiban/ghaibah
- Maksud dari Ghaibah adalah, ketiadaan. Merupakan pandangan dari Ahli Sunnah. Yakni Imam belum l Hal ini seakan meniadakan topik keghaiban, sedangkan pembahasan ini sudah dibahas dari zaman Nabi saw, dan bukan hanya milik Syiah. Mereka berpendapat bahwa Imam Zaman belum lahir, namun nanti ia akan datang memenuhi bumi dengan keadilan dan memberantas kezaliman. Sedangkan Syiah mengartikan ghaib dengan sosok tersembunyi dari pandangan
Dalil bahwa pandangan Ahli Sunnah tidak sesuai adalah sebagai berikut;
- Dalam bahasa Arab, ghaibah itu bukan berarti ketiadaan, tetapi tersembunyi. Wujud Imam bagi manusia bagai matahari yang tertutupi awan.
- Kita punya hadits 12 khalifah. Baik Ahli Sunnah maupun Syiah mengakuinya. Nabi saw bersabda, “Setelahku akan ada 12 khalifah. Ahli Sunnah punya beberapa pandangan mengenai hadits ini;
- Setelah 12 Khalifah memerintah, tidak ada lagi khalifah yang memimpin
- 12 Khalifah ini dibagi menjadi 4,yaitu Khulafa Rasyidin sampai Bani Abbas,
- Di tiap zaman umat menentukan sendiri khalifahnya, untuk jumlahnya tidak perlu berkesinambungan.
Ahli Sunnah tidak mau menyebutkan bahwa dari Khalifah adalah dari keluarga Nabi saw, padahal Nabi telah menyebutkan nama ke dua belas khalifah tersebut. Karena jika menerimanya, pendapat bahwa Imam Mahdi belum lahir akan disangkal dengan sendirinya. Ahli Sunnah bisa saja menentukan khalifah melalui persetujuan satu orang pemimpin, dengan voting para ahli agama, dan cara lainnya. Karena khalifah awal juga menggunakan meotde itu begitu juga untuk pemilihan selanjutnya. Kekuasaan khalifah pun bisa digulingkan dengan kudeta. Sedangkan Syiah menggunakan aturan Ilahi, yakni Allah yang menentukan khalifah. Secara nalar, hanya Allah yang berhak memilih khalifah, karena Dialah yang menciptakan, mengatur dan memiliki alam semesta ini.
Sebagian pengikut Ahli Sunnah menyakini bahwa pendapat Syiah hanyalah pandangan pribadi dari Usman bin Said yang merupakan seorang Naib Imam Askari as dan Imam Hadi as. Mereka berkata bahwa Imam Askari as tidak punya anak, dan anak yang dighaibkan itu adalah Usman sendiri. Itu dilakukan agar ia tidak kehilangan jabatan dan keuntungannya sebagai Naib. Padahal pembahasan ghaibnya Imam ini bahkan sudah ada dari zaman Imam Sajjad. Banyak pembahasannya di kitab Ash Shahifah As Sajjadiyah. Kemudian, Jika memang Imam Askari as memang tidak punya anak, kenapa khalifah zaman itu menerobos rumah Imam, mencari anaknya? Karena mereka tahu tentang kabar kelahiran Imam Mahdi dari hadits 12 khalifah. Bahwa seorang Imam dari Ahlul Bayt Nabi saw akan lahir dan memerintah dunia dan memusnahkan kezaliman. Bahkan Ahli Sunnah menuliskan di sejarah bahwa sebelum Ghaib Kubra mereka melihat Imam Zaman ajf.
Pendapat pertama Ahli Sunnah adalah mereka yakin Imam Zaman ajf belum lahir. Sedangkan nama Muhammad Al Mahdi tertulis di masjid Nabawi Madinah. Dengan khat Usmani huruf ح dan یاء dituliskan tergabung memberikan makna حی, artinya hidup. Ada pesan tersirat yang mengatakan bahwa Imam Zaman elah lahir dan masih hidup. Sayangnya sekarang khatnya sudah diganti.
Pendapat kedua, mengatakan bahwa ghaib adalah tidak hadir. Ini milik Syaikhiyyah, pemimpinnya adalah Sayyid Ahmad Ahsayi. 300 tahun lalu ia hidup di Arab dan menemukan keyakinan bahwa Imam Zaman, sedcara kasat mata tidak boleh ada diantara manusia, Imam harus tinggal di alam lain. Sebagaimana Nabi Adam tinggal di suatu tempat yang mirip surga. Nam alam tempat Imam hidup adalah Hur Al Ghaliyyah. Jika sudah waktunya, Imam akan turun dari alam itu, persis seperti Nabi Adam yang turun ke bumi. Pendapat ini seakan memutuskan hubungan Imam dengan manusia, sedangkan hubungan itu harus terus ada, bukankah Imam tidak pernah meninggalkan manusia? Maka mereka menentukan wali Imam, untuk menjaga hubungan antar manusia dan Imam. Syaikh Ahsayi mengatakan bahwa dia adalah perantara itu. Mereka punya istilah Rukn Ar Rabi’. Tiap seorang Syiah harus beriman pada 4 rukun ini, 1. Tauhid, 2. Kenabian, 3. Imamah, 4. Rukun Ke empat (Rukn Ar Rabi’), wali/perantara Imam.
Lalu setelah meninggalnya Ahsayi, penerusnya adalah Sayyid Kazim Rashti. Setelah itu, mereka akan mencari lagi walinya. Sampai pada Ali Muhammad Syirazi, atau Ali Muhammad Bab, ialah bab (pintu gerbang) Imam Zaman ajf. Mereka sekarang menyebutnya bab, bukan lagi Rukn Ar Rabi’. Mereka adalah kelompok yang dilindungi Inggris melindungi mereka. Semakin lama, mereka tidak hanya mengaku sebagai wali Imam, namun juga mengaku Imam Mahdi bahkan Nabi saw. Sampai akhirnya membuat agama baru. Pemimpin mereka ada yg bersaudara dan memperbutkan tahta. Mereka adalah Husein Ali Nuri dan Miraza Yahya Nuri. Husein Ali Nuri, yang mereka sebut Bahaullah = membuat agama baru dengan nama Bahaiyyat, sedangkan Mirza Yahya Nuri membuat agama baru bernama Sobhe Azal, atau Azaliyyat. Keduanya dimanfaatkan oleh musuh untuk memecah umat Islam, dan merusak teori Mahdawiyat di tengah-tengah Islam. Bahaiyyat bahkan bekerja dan tabligh untuk Israel. Maka kelompok ini pun terhitung kafir dan najis.
(Div. Perempuan Ikmal bekerjasama dengan bagian Short Course Jamiah al Musthafa mengadakan short course Mahdawiyat)