Transkrip Short Course Mahdawiyat ke-6 ; Klarifikasi Tentang syabahat Mahdawiyah
Ada tiga pendapat yang muncul terkait makna dan arti dari ghaibnya Imam Mahdi as:
- Imam belum lahir, ini merupakan pendapat sebagian besar Ahlussunnah
- Tidak hadir, yakni Imam berada di sebuah alam lain seperti Nabi Adam as yang pernah hidup di surga. Imam tidak bisa berhubungan langsung dengan alam manusia saat ini. ini merupakan pendapat Syaikhiyah
- Tidak tampak, Imam sudah lahir dan hadir di dunia ini tapi tidak tampak oleh manusia. Ini adalah pendapat Syiah.
Ayatullah Jawadi Amuli menulis sebuah buku terkait Al-Mahdi as dengan judul “Maujude Mau’ud”
( Sosok yang ada dan dijanjikan). Begitu juga banyak kisah orang-orang yang memiliki kesempatan dan kemuliaan untuk bertemu dengan Imam Mahdi as serta berinteraksi dengan beliau.
Putra Allamah Akhund Khurasani penulis kitab “Kifayatul Ushul”, menceritakan bahwa sepeninggal ayahnya, ibundanya yang merawat dan membesarkannya.
Suatu hari ibunya sakit dan dia pergi ke makam Imam Ali as untuk bertawassul pada Imam meminta agar ibunya tidak diambil secepat itu.
Singkat cerita beliau bertemu dengan sosok alim yang penuh takwa yang berada di sudut pusara Amirul Mukminin as. Sang alim tersebut mengatakan bahwa tidak ada manfaatnya apa yang sedang diperjuangkan oleh putra Allamah; ibunya pasti akan pergi dan meninggal. Aku melihat di list manusia yang hidup, di sana nama ibumu sudah tidak ada lagi dan saat aku lihat di list update mereka yang meninggal di situ sudah ada nama ibumu.
Putra Allamah merasa kaget juga tidak percaya dan cenderung curiga kalau si alim tadi sedang ngelantur. Untuk itu dia berupaya mengetesnya apakah orang yang dihadapinya memang bisa melihat hal semacam itu. Sehingga bisa diketahui ucapan sebelumnya benar atau tidak.
Wahai Tuan bisakah Anda beritahu isi pikiranku saat ini?
Dia menjawab engkau sedang memikirkan Imam Zaman.
Di dalam arti gaibah yang ketiga ini ada dua pendapat:
- Gaibah Syakhsi, Sosok fisik imam tidak ada di antara kita walaupun perhatiannya tetap ada. Teori ini seakan-akan mengatakan Imam tinggal di luar kawasan kita; padang sahara atau gunung atau juga di pulau terpencil. Dalam penggalan doa Nudbah ada singgungan yang mengatakan, apakah engkau ada di Tuhwa dll. juga ada riwayat dari Amirul mukminin yang menyatakan, dia sendiri, terusir dan dikucilkan.
- Gaihab Syakhsiyati, artinya fisik imam ada di tengah-tengah kita, dia hidup di kota kita, tapi kita yang tidak tahu dan menyadarinya. Banyak riwayat yang menguatkan pendapat ini, bahkan ada riwayat saat imam muncul manusia berkata, Ya Allah ternyata beliau orang yang pernah kita lihat, namun dulu kita tak mengenalinya. Atau seperti saudara-saudara Yusuf; mereka berinteraksi dengannya, berbicara namun mereka tidak mengetahuinya.
Manakah dari dua pendapat ini yang tepat? Apakah Imam tidak terlihat atau imam tidak dikenali?
Allamah Majlisi menjelaskan tidak mesti kita memilih satu pendapat dan meninggalkan yang lain. Bisa dikumpulkan dua pendapat itu. Artinya Imam tinggal di luar lingkungan kita di tempat terpencil tapi sewaktu-waktu beliau juga hadir di tengah-tengah kita. Banyak kisah hadirnya Imam pada momen tertentu seperti pada pemakaman Ayatullah Ahmad Khunshari sebagaimana penuturan Ayatullah Gulpaigani.
Pertanyaan yang perlu disampaikan sekarang adalah apakah kegaiban ini hanya dialami oleh beliau saja? Jawabnya tentu tidak. Kegaiban juga dialami oleh para nabi terdahulu. Seperti Nabi Musa as, Nabi Ibrahim as dan yang lainnya.
Disebutkan bahwa Syekh Shaduq saat melaksanakan haji di Mekkah didatangi oleh Imam Mahdi as. Imam bersabda, mengapa engkau tidak menulis tentang diriku? Syekh menjawab, saya sudah melakukannya. Imam kembali bersabda: tentang kegaiban yang dialami para nabi terdahulu, engkau belum menulisnya. Akhirnya beliau menulis sebuah buku berjudul, Kamaluddin wa Tamamun Nikmah. Di dalam mukadimah itu beliau sampaikan kisah tadi dan menyebutkan jenis kegaiban yang dialami oleh para nabi.
Gaibah bukan inovasi Syi’ah dan dimunculkan para ulama di masa para imam untuk membuktikan imamah tersebut. Masalah kegaiban ini sudah disampaikan oleh nabi melalui Al-Quran. Nabi Musa as selama beberapa hari gaib di gunung Sina. Ia merupakan salah satu sunnah para nabi.
Hal lain yang perlu dijelaskan adalah terkait usia panjang yang dimiliki Imam Mahdi as? Jika memang Imam sudah lahir dan akan muncul di suatu hari nanti. Tentunya usianya akan sangat panjang sekali, seribu tahun lebih. Bisakah itu terjadi?
Jawabnya, secara medis panjang umur adalah suatu yang bisa terjadi dan bukan hal yang mustahil. Para ilmuwan mengatakan bisa jadi manusia hidup dalam ribuan tahun. Secara logis juga tidak bermasalah. Di samping itu kita memiliki bukti konkret mereka yang punya usia panjang, seperti Nabi Nuh as, Nabi Adam as Nabi Ibrahim as. Atau juga terkait degan nabi Uzair as yang tidur dalam 100 tahun, makanan dan minumannya tetap terjaga. Allah pasti bisa mengulang dan melakukan hal itu untuk Al-Mahdi as.
Mengapa gaib shugra tidak berlanjut? Jawabnya adalah para wakil khusus selalu dalam bahaya dan ancaman. Hal ini akan mengancam dan membahayakan wujud Imam yang menjadi tugas Allah Swt menjaga hujjahnya di muka bumi.
Mengapa tidak dari awal gaib Kubra terjadi? Bisa dijawab, tentunya kelahiran imam tidak akan bisa dibuktikan jika beliau langsung gaib besar. Hal ini bisa melemahkan keyakinan manusia terhadap beliau. Manusia harus belajar bagaimana berinteraksi dengan Imam dan diajari melalui gaib shugra.
Pembahasan selanjutnya yang perlu disinggung juga adalah manfaat imam ghaib. Kalau imamnya gaib tidakkah lebih baik kita meyakini seperti Ahlu sunnah dan mengatakan beliau belum lahir. Toh dia tak hadir dan tidak ada manfaatnya.
Jawabnya, Imam yang gaib itu memiliki manfaat. Tiada beda antara imam gaib dan hadir. Bedanya jika gaib beliau tak mendirikan pemerintahan. Sedang tugas lain beliau lakukan sebagaimana imam yang hadir.
Faedah takwiniyah; wujud imam menyalurkan faid dan anugerah Allah kepada makhluk. Imam adalah perantara dari dan kepada Allah. Dari Allah artinya imam memberikan anugerah. Dan kepada Allah maksudnya manusia bisa beribadah dengan benar melalui perantara beliau.
Dalam sebuah doa Abi Abdillah as disebutkan bahwa keinginan Allah dalam memberi takdir turun kepada kalian (ahlubait) dan disebarkan dari rumah kalian. Atau dalam Ziarah Ali Yasin disebutkan, Salam atasmu wahai hujjah Allah dan jalan iradah Allah.
Ada sebuah riwayat terkenal dari Nabi Saw yang menjelaskan masalah kegaibah beliau, yaitu manusia akan memanfaatkan kegaibannya seperti matahari yang berada di balik awan. Imam mahdi adalah mentari di balik awan.
Ayatullah Jawadi Amuli menarik beberapa poin dari hadis Rasul tersebut, yang menggambarkan Imam seperti matahari di balik awan.
- Matahari walaupun tidak terlihat dia tetap menjadi poros planet dan tata surya. Semua bergerak mengitarinya. Imam juga demikian walaupun gaib beliau poros dari dunia wujud.
- Walaupun di balik awan matahari tetap memberikan kehangatannya, kehidupan bergantung kepada hawa panasnya. Begitu juga dengan keberadaan imam walau di balik tabir gaib.
- Matahari bukan ditutupi awan, awan bukanlah apa-apa dibanding matahari. Ilmuwan mengatakan matahari satu juta tiga ratus ribu lebih besar dari planet bumi. Hanya sedikit yang ditutupinya mungkin beberapa kilo meter saja. Awan tak menutupi matahari, melainkan penduduk bumi yang dihalangi awan untuk melihat dan terkena sinar langsungnya. Kita yang gaib dan ditutupi bukan Imam. Pada hakikatnya gaibah itu berkaitan dengan kita bukan dengan imam Mahdi as. Keindahaan imam tak pernah tertutupi. Imam tak perlu menyingkap tabir tapi kita yang harus melakukannya.
- Mereka yang tertutupi adalah mereka yang berada di bumi. Tapi mereka yang terbang dan berada di atas awan matahari akan tampak baginya. Begitu juga Imam sebenarnya bagi ahli makrifat yang terbebas dari kekangan dunia bisa melihat Imam.
Div Perempuan Ikmal bekerjasama dengan bagian Short Coures Jamiah al Musthafa mengadakan Short Courese Mahdawiyat