Zionisme, Sekte “Comotan”
Zionisme, Sekte “Comotan”
Zion nama sebuah bukit di Yerusalem (Baitul Maqdis) yang penghuni zaman dahulunya adalah kaum Kanan. Di atas bukit inilah nabi Daud membangun istana setelah beliau berpindah dari Khalil ke Yerusalem. Zaman sudah berlalu, Zion, kata yang berasal dari bahasa Kanani (bukan Ibrani) ini kemudian dipahami bermakna pemerintahan keagamaan.
Berangkat dari ide “forced displacement (terpaksa mengungsi) dari kalangan politikus dan pemikir Yahudi, dalam menyikapi undang-undang yang banyak menekan semua orang Yahudi. Undang-undang ini disahkan di berbagai negara Eropa dan Rusia untuk mengatasi beban-beban (yang meresahkan) dari para kapitalis Yahudi dan kaum yang fanatik terhadap ajaran Yahudi takhayul.
Moses Hess (1812-1875) adalah orang pertama yang melontarkan ide kembalinya kaum Yahudi ke Yerusalem. Didapati di dalam bukunya (“Kebangkitan Rezim Zionis”), dia ingin membentuk organisasi damai dan universitas sosialis Yahudi di Palestina, tanpa membawa nama dari zionisme.
Orang pertama yang melontarkan kata zionisme adalah Leo Pinkar, peletak batu pemikiran zionis yang terdapat di dalam tulisannya (Kebebasan Diri). Para penganut teorinya (tahun 1890) meninggalkan benih-benih pemikiran ini di Eropa Timur.
Pada tahun 1881-2 terbentuk perkumpulan-perkumpulan di sebagian kota Rusia, yang kemudian dikenal dengan Para Pecinta Zion. Mereka publikasikan derita-derita kaum Yahudi di pemerintahan Ketsaran Rusia, dan mensuport kaum Yahudi untuk mengungsi ke Palestina.
Untuk membentuk sebuah negara bagi kaum Yahudi imigran, mulanya diusulkan tiga negara; Palestina, Argentina dan Uganda. Namun Palestina menjadi pilihan karena kaum Zionis telah mengenalnya sebagai tanah yang dijanjikan. Memilih Palestina untuk membangkitkan rasa keagamaan dan semangat mengungsi.
Asal Sekte Zionisme
Pada awal dekade 1880 sekte Zionisme mulanya terbentuk secara bertahap sebagai lembaga di Rusia. Derita dan siksa kaum Yahudi di Rusia di masa kekuasaan Kaisar Alexander III dan Kaisar Nikolai II, terutama pembunuhan terhadap sekelompok Yahudi pada tahun 1882 akibat propaganda-propaganda para pemuka sekte, membuat kebanyakan mereka menerima bahwa “harus mengungsi” bagi kaum Yahudi Rusia adalah satu-satunya harapan. Program ini hanya satu bagian dari tujuan para pemuka sekte di Rusia.
Kebangkitan ideologi zionis (nasionalisme Yahudi) adalah salah satu tujuan besar mereka. Leo Pinkar senior pegiat aliran ini, cendikiawan dan jurnalis Yahudi yang tinggal di Odesa, berkata kepada kaum Yahudi: Langkah-langkah Yahudi takkan dapat digagalkan. Kaum Yahudi harus melewati langkah-langkah nasionalis.
Dalam keyakinannya, benih-benih politik zionis akan terlihat. Ia mengatakan: Kaum Yahudi walau tak dipandang sebagai bangsa, tetapi dengan sandaran spirit kumpulan mereka adalah sebagai sebuah bangsa.” Inilah ide yang terdapat di dalam agama nabi Musa as. Oleh karena itu, secara bertahap mereka membawanya ke arah zionisme relijius.
Zionis religius adalah harapan besar yang membebaskan kaum yahudi di akhir zaman. Persis sebagaimana yang dikabarkan nabi Musa as dalam Taurat tentang kedatangan Islam dan pemerintahan universal akhir zaman bagi Imam Mahdi. Atas dasar keyakinan ini bila Almasih atau sang penyelamat muncul, periode pemerintahan Tuhan akan terwujud saat seluruh manusia atau bangsa di bumi diserukan kepadanya.
Dikatakan: Semua bangsa yang akan datang sesudahmu akan berada di bawah kasih sayang Kami. Sebab engkau telah menyambut panggilan Kami.”
Mereka semua melangkah menuju tanah-tanah yang nabi Ibrahim dan nabi Musa (as) pernah menetap di sana. Hal ini jika diperhatikan mirip dengan apa yang diyakini muslimin tentang kebangkitan Mahdi semoga Allah segerakan kemunculannya.
Zionisme Politis sebuah mimpi historis dan politis yang diciptakan. Yakni kembalinya kaum Yahudi yang berpencar-pencar di berbagai wilayah dunia ke Palestina, tanah yang dijanjikan. Dengan kata lain, untuk memperbaharui kaum Yahudi dengan satu bangsa. Bahwa, untuk tujuan inilah kebangkitan nabi Musa dalam menyelamatkan bani Israil dari tangan Firaun dan hijrah ke Palestina serta perintah masuk ke kota ini. Tetapi kaum Yahudi menjadi lalim dan murtad.
Mereka bersandar pada kitab suci Taurat, di dalamnya dikatakan: Pada hari itu diwahyukan kepada Ibrahim, “Tanah ini dari sungai Mesir sampai sungai besar Efrat akan Kami berikan kepada anak keturunanmu.
“Semua tanahmu akan Kami kembalikan kepada anak keturunanmu… Tanah-tanah Kanan akan kami berikan kepada milikmu selamanya.
“Akulah Yahweh, Tuhan bagi ayahmu Ibrahim as dan bagi Ishaq as. Akan kami berikan tanah ini yang kamu tinggal di atasnya kepadamu dan anak keturunanmu.”
Semua janji relijius tersebut dan semua cerita sejarah dimanfaatkan oleh kaum Yahudi, yang memuat konsep dalam semua akidah Yahudi dan sejalan dengan semua ketentuan kitab suci, membentuk alasan-alasan sekte eklektik (comotan) zionisme.
Referensi:
Kasyfu al-Asrar Shahyunism/Dr. Sayed Hasan Feiruzabadi