Adab Berintegritas Bagian II
Urgensi Budi Pekerti Dalam Hadis
Dalam perspektif Sunni dan Syiah, hadis shahih merupakan tafsiran komprehensif dari Al-Qur’an. Dalam pembahasan Adab Berintegritas Bagian I kita sudah merujuk kepada Al-Qur’an, selanjutnya mari kita cari tahu bagaimana pandangan Al-Hadis mengenai adab. Pada bagian ini kita akan membahas budi pekerti, yang merupakan bagian penting dari pembahasan adab. Tidak hanya Al-Qur’an, para Perawi hadis juga banyak meriwayatkan mengenai kebajikan moral dibandingkan kasus lain yang terjadi dalam masyarakat. Islam sebagai penyempurna agama Ilahi merepresentasikan adab sebagai suatu masalah penting yang harus disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Dalam kumpulan hadis Ushul Kafi Rasulallah SAW bersabda bahwa sebagian besar umatku masuk surga karena disebabkan taqwa dan budi pekertinya. Dalam hadis ini, budi pekerti disejajarkan dengan taqwa dan keduanya menjadi sebab dari masuknya manusia ke surga. Dalam hadis lainnya Biharul Anwar, Imam Ali sa mengatakan barang siapa yang mempunyai iman kokoh, maka derajat budi pekertinya pun akan meningkat lebih tinggi dari orang lain.
Dalam kumpulan hadis Kanzul ‘Amaal diriwayatkan Nabi Muhammad SAW bersabda, bahwa Islam merupakan agama budi pekerti, artinya seseorang dikatakan beragama ketika mempunyai budi pekerti. Sedangkan dalam Biharul Anwar Imam Ali sa juga mengatakan, manusia beriman ditinjau dari budi pekertinya. Kita semua mengetahui bagaimana watak dan budi pekerti manusia ditempatkan. Namun, yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana kita menghidupkan budi pekerti tersebut dalam diri kita.
Konsekwensi Akibat Budi Pekerti
Diatas telah kita bahas mengenai urgensi budi pekerti yang saya pilih dari beberapa Al-Hadis. Pada paragraf ini kita akan masuk dalam pembahasan konsekwensi maknawi dan duniawi budi pekerti. Kita dapat memperhatikan bagaimana konsekwensi dan akibat dari menghidupkan budi pekerti dalam sanubari kita. Diujung tulisan ini saya akan mengkaji konsekwensi-konsekwensi tersebut yang terkait pada masa kekinian.
Pada konsekwensi pertama terdapat dalam Biharul Anwar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, budi pekerti dapat menjauhkan dan menghapus dosa kita. Dalam Ushul Kafi juga ditulis sabda Nabi, barang siapa yang memiliki budi pekerti pahalanya seperti puasa sunnah dan solat malam.
Bahkan Imam Jakfar Shadiq sa menjabarkan dalam kumpulan hadis yang sama bahwa Allah SWT mensejajarkan pahala jihad dengan budi pekerti. Oleh karena itu, setiap orang yang memiliki budi pekerti akan mengangkat derajatnya lebih tinggi, pahalanya seperti orang puasa, sholat malam, jihad di jalan Allah serta dosa-dosanya pun akan dihapuskan.
Diatas merupakan konsekwensi dari budi pekerti secara maknawi. Namun, budi pekerti juga mempunyai konsekwensi duniawi yang tak kalah penting apabila diterapkan dalam kehidupan kita. Dalam kumpulan hadis tersebut pada halaman berikutnya, Nabi Muhammad SAW bersabda, bahwa budi pekerti menjaga kasih sayang dan persahabatan serta menentramkan hati yang sedang gelisah.
Imam Ali sa mengatakan dalam hadis yang sama bahwa tidak ada satu pun kehidupan yang menyenangkan dari kehidupan yang penuh dengan budi pekerti. Imam Jakfar Shadiq sa pun menjelaskan bahwa dengan perilaku baik dan budi pekerti membuat tatanan dalam rumah tangga menjadi tenteram, umur kita dipanjangkan, rejeki kita ditambah dan meningkatkan hubungan cinta dan kasih sayang dalam persahabatan.
Budi Pekerti Tokoh Dunia
Pada bagian sebelumnya kita sudah belajar bagaimana peran para nabi dan keluarganya untuk dijadikan contoh. Namun, banyak pula perilaku para tokoh dunia yang dapat kita ambil sebagai bahan refleksi dalam kehidupan kekinian. Kisah Nelson Mandela, seorang revolusioner anti-kolonial dan anti-apartheid, membuatnya dipenjara seumur hidup. Walaupun dalam penjara ia dilarang berhubungan dengan pihak luar, namun imannya kokoh, tekad dan percaya diri dengan apa yang telah ia perbuat.
Dengan empati yang tinggi membawa jiwanya untuk membela bangsanya yang dizalimi, dari empati tersebut merubah nasibnya. Kampaye internasional dari para pendukungnya menuntut kebebasan Nelson Mandela. Selama 27 tahun dalam kurungan penjara, pada tahun 1990 ia dibebaskan. Sejak bebas ia bernegosiasi dengan F.W. de Klerk yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan waktu itu, untuk menghapuskan apartheid dan melaksanakan pemilu multiras tahun 1994 yang membuatnya terpilih menjadi Presiden pertama kulit hitam di negara Afrika Selatan.
Berjuang demi menegakkan keadilan dengan ketulusan hati lahir di suatu negara bagian Gujarat, India. Ia adalah Mahatma Ghandi, seorang nasionalis aktivis kemanusiaan memperjuangkan kemerdekaan rakyat India dari jajahan Inggris. Ia seorang agamawan Hindu yang juga menyukai pemikiran Islam dan Kristen. Pada tanggal 11 September 1906 ia membentuk pergerakan antidiskriminasi dan mendeklarasikan perjuangan tanpa kekerasan. Baginya, perjuangan tanpa kekerasan adalah senjata yang benar-benar dahsyat. Sejak itu ia menjadi ikon perdamaian dunia kontemporer.
Dari mana mereka mengadopsi budi pekerti tersebut tanpa ada yang membimbingnya. Tentu saja ada sejarah seseorang yang membangkitkan glora jiwa mereka keluar dari kezaliman. Ketika Nelson Mandela memutuskan menyerah dan menandatangani syarat dan ketentuan pemerintah, namun, tiba-tiba ia teringat dengan bangkitnya Imam Husein di Karbala. “Imam Husein memberi saya kekuatan untuk bangkit dengan menuntut hak kebebasan dan pembebasan, dan saya berhasil” Pesan ini terdapat dalam autobiography Nelson Mandela yang sangat terkenal dengan judul “Long Walk to Freedom”.
Begitu pula dengan seorang Mahatma Ghandi, ia belajar dari perjuangan Al-Husein yang meraih kemenangan saat sedang tertindas di Karbala, membuat hatinya bergerak membela rakyat India dari penjajahan Inggris. Al-Husein sebagai prototype budi pekerti Nabi Muhammad SAW yang ada pada kehidupan kontemporer, mengispirasi para tokoh meningkatkan nilai humanitas dan spritualitasnya. Falsafah budi pekerti Al-Husein sudah banyak diadopsi oleh para tokoh lintas agama seperti Soekarno, Ce Guevara, Dalai Lama, Thomas Carlyle, Edward Gibbon dan Antonie Bara.
Demikian sejarah perjuangan para tokoh kontemporer dalam menjaga bangsanya dari tirani kezaliman. Namun saat ini, semangat juang para tokoh tersebut mulai terkikis oleh kepentingan tiran lalim bersama hawa nafsu, kekuasaan dan kemunafikan. Setan yang menguasai dirinya sehingga lupa akan wasiat lelulur. Adab tidak akan pernah hidup ketika kita menguburnya bersama hawa nafsu, amarah, kerasnya hati dan nihilnya akal. Semoga Al-Husein dapat mengispirasi para penguasa, pemuda-pemudi dan semua elemen masyarakat di negeri tiran ini. SEKIAN.
Oleh: H. A. Shahab