Agama dan Peradaban Demokrasi
Oleh: AS Djatu
Teori evolusi Charles Darwin rasanya belum begitu kuasa membendung dilemma peradaban yang kian menunjukkan ketidak-bersahabatan terhadap peradaban dan kebudayaan para anak Adam yang kian mengindikasikan anti idealism di era modern ini.
Berangkat dari premis tersebut, tidak lah berlebihan rasanya jika kembali membedah keberadaban peradaban modern sekarang ini. Bukan tidak beralasan memang, sinyal-sinyal kehancuran nilai-nilai yang merupakan inti dari peradaban itu sendiri telah lama menghiasi pintu hati para pemerhati sistem sosial kemasyarakatan warga dunia kala ini.
Benturan-benturan kepentingan sepertinya sangat mudah diabu-abukan dengan isu kemanusiaan, slogan anti radikalisme malah sering diteriakkan oleh para politisi penyembah ektrimisme dan di saat yang bersamaan mereka mengagendakan perpecahan bak devide et impera-nya negri tulip yang pernah merobek-robek kalbu ibu pertiwi selama lebih dari 350 tahun, perbedaan ideology dijadikan sebagai pasar pemasaran aneka produk persenjataan pembunuh massal, organ tubuh manusia diperlakukan bak spare part kendaraan bermotor yang dengan mudah bisa dipasang-copotkan dari satu ke kendaraan yang lain, namun di saat yang bersamaan organisasi-organisasi perlindungan anjing dan kucing tumbuh subur bagai kan jamur di musim hujan.
Lantas dimanakah posisi kita saat ini?, ….
Lagi-lagi kita dipaksa untuk menjawab pertanyaan itu dengan jawaban pesanan sponsor;
Bukan urusan kita lah….kita urus keluarga kita sendiri-lah……apa yang bisa kita lakukan-lah….dan lain-lain…
Belakangan malah sebagian “orang” (mengikuti versi kaum konservatif bisa kita baca sebagai “tokoh”) memberikan alamat yang salah untuk jawaban dari pertanyaan di atas tadi, misalnya:
- Politisi ; Cuma Bapak X yang bisa mengatasi problematikan ini, jadi kalau mau berubah dukung Bapak X sebagai calon pemimpin masa depan kita…
- Agamawan (?); kita perlu lebih taat beribadah kepada Allah YME agar terlindungi dari siksaan ini….atau….mari kita kembali mempertebal keimanan kita dengan mengisi pengajian-pengajian dan zikir bersama….
Maaf, kami tidak bermaksud menistakan siapa-siapa, tapi bukan kah slogan-slogan dan ajakan-ajakan di atas tersebut bentuk lain dari pengebirian intelektualitas masyarakat?….toh Islam mengajarkan;
إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ ما بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا ما بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Qs.Arrad:11)
Manifestasinya adalah, ubahlah gaya berpikir-mu dan aplikasikan kedalam aktivitas-mu sehari-hari, baru kemudian iringi dengan do’a dan tawakkal.
Lebih parah lagi, ajakan untuk mempertebal keimanan….bukankah keimanan itu datang dengan pengetahuan, bagaimana kita mencoba meyakini sesuatu tanpa mengetahui apa yang sedang kita yakini tersebut?…pada gilirannya…ajakan seperti ini hanya akan menambah kebutaan masyarakat tentang agama dan iman itu sendiri. Jadi bukanlah sebuah hal aneh apabila ada diantara kaum hawa di negeri ini yang rela dikawini dalam waktu tertentu, kemudian dikirim “kemedan jihad” untuk melakukan bom bunuh diri….kalau kita mau realistis, pasti akan kita pertanyakan kembali legitimasi ayat-ayat Al-Alquran tentang misi jihad panci tersebut. Atau mau lebih pragmatis ajak ustad (baca; instruktor) sekalian biar barengan ke sorga….
Sebagai bangsa besar kita perlu merasa bangga, karena bangsa Indonesia terdiri dari orang-orang pintar dan cerdas….tapi kok bisa…bangsa besar dan pintar ini bisa dengan gampang dibodohi oleh segelintir antek-antek kaum bar-bar, yang mengatas namakan kesucian Islam untuk kepentingan sang juragannya. Semoga bangsa ini tidak lagi terjatuh dalam proses pembodohan itu.
Terakhir, selama bumi ini masih ditempati oleh makhluk yang bernama manusia, proses menuju ke-idealisme sebuah peradaban yang hakiki sulit untuk dicapai. Namun bukan berarti menyerah dan pasrah sambil menunggu generasi berikutnya, tidak…!!! …apa yang hari ini kita miliki tak lebih dari sebuah amanah sang pencipta yang mesti kita wariskan kepada anak cucu kita kelak di kemudian hari. Semoga generasi penerus bangsa ini tidak menyimpan kekecewaan kepada para pendahulu-pendahulunya yang pernah dibodohi oleh orang-orang bodoh yang merasa pintar….damailah negeriku…amin…