Al Quds 2023; Akselerasi Politik Global dan Kemerdekaan Palestina
MM-Kamis, 13 april 2023, IKMAL bekerjasama dengan Universitas Paramadina menyelenggarakan seminar internasional dalam rangka memperingati hari al-Quds sedunia. Tema besar seminar, “Politik Global dan Kemerdekaan Palestina”.
Dihadiri para pembicara dari berbagai negara;Fra Hughes ( Irlandia).,Feroze Mithiborwala ( India), Sarbaz Roohulla Rezvi, (India-Kasmir), Sabir (Pakistan), Pipip Achmad Rifai Hasan, Ph.D (Universitas Paramadina-Jakarta), Ammar Fauzi, Ph.D (Intelektual muslim, Indonesia).
Acara dibuka dengan pembacaa ayat suci Al-Quran, menyanyikan lagu Indonesia, Raya, dan sambutan pembuka dari ketua IKMAL, Abdullah Beik MA.
Sebelum diskusi dimulai, beberapa poin tren perubahan politik global yang berpengaruh terhadap akselerasi kemerdekaan Palestina di bacakan moderator. Pertama, terjadinya perpecahan internal Israel, tidak ada kesepahaman tentang visi zionisme diantara elit Israel. Kedua, negara-negara yang melakukan hubungan normalisasi dengan Israel seperti UEA, Bahrain, Maroko, Yordania, tidak bisa membantu memperkuat posisi Israel, Abraham Accord gagal. Ketiga, tren perang Ukraina vs Rusia justru memperkuat posisi koalisi Rusia, Suriah, Iran dan sebaliknya memperlemah posisi Israel. Fenomena Suriah kembali di terima di Liga Arab.
Keempat, rujuknya Iran dan Arab Saudi melalui mediasi Cina memperkuat posisi Iran dan kubu perlawanan Hamas, Hisbullah dan Tepi Barat. Kelima, merapatnya Perancis dan Eropa mendekati Cina memperlemah USA secara politik dalam menudukung Israel. Keenam, tren dedolarisasi menguat, BRIC (Brazil, Russia, India, and China), Shanghai Cooperation Organization (Republik Rakyat Tiongkok, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan) makin kuat, Cina bisa membeli minyak dari Arab Saudi dengan Yuan, sementara pada saat yang sama secara simultan hegemoni USA di timur tengah, terutama Arab Saudi dan Eropa mulai menurun secara cepat.
Feroze, pembicara dari India mengafirmasi, mengatakan bahwa tatanan dunia yang sebelumnya unipolar dipegang USA, berangsur angsur menjadi pudar dan menjadi makin multipolar. Indikasi itu bisa dilihat dari makin banyaknya negara yang berminat bergabung kelompok BRIC, gerakan dedolarisasi menguat, intervensi USA di Timur Tengah dan Afrika terus memudar. Perpecahan internal Israel dan menguatnya kelompok perlawanan juga menjadi faktor percepatan kemerdekaan Palestina.
Sementara Pipip, dosen Paramadina fokus di internal bangsa Indonesia, mengingatkan bangsa Indonesia untuk tetap konsistens terhadap konstitusi Indonesia yang tidak mengakui dan melegalkan penjajahan Israel atas Palestina. Pipip mengharapkan tidak ada normalisasi dengan Israel, dan menempatkan kegiatan olahraga selaras dengan konstitusi RI.
Ammar fauzi, intelektual muslim Indonesia memaparkan tentang pentingnya arti kemerdekaan, keadilan, perdamaian sebagai argumen utama mendukung kemerdekaan Palestina dan secara simultan memperlemah posisi politik Israel. Terus berusaha keluar dari jebakan mitos legitimasi solusi dua negara, sementara tanah Palestina terus terkikis habis. Berusaha untuk meluruskan logika dari upaya pembengkokan dan penyesatan publik. Bagaimana mungkin kejahatan Hitler terhadap Yahudi di Jerman dan Eropa, sementara bangsa Palestina yang tidak ikut terlibat perang dunia kedua harus menanggungnya.
Ammar menegaskan untuk terus memperkuat falsafah pembelaan bangsa Palestina yang tertindas. Bangsa Indonesia semestinya memahami dan menempatkan hakekat dan arti penting kemerdekaan Palestina sebagaimana kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan tempo dulu. Bagaimana mungkin penjajahan zionis Israel yang begitu kejam masih terjadi dan dibiarkan di era modern sekarang ini.