Kajian Singkat Sunan Nasai (Bag. Kedua)
* Keyakinan Nasai Terhadap Muawiyah
Dalam hal ini, Dzahabi menulis, “Sekelompok orang datang kepada Nasai dan berkata, “Kenapa Anda menulis kitab Al-Khashaish (Keutamaan Imam Ali a.s.), akan tetapi tidak menulis kitab tentang Syaikhain?”
Nasai menjawab, “Saat memasuki Damaskus, aku melihat banyak orang yang menyelewengkan kedudukan Ali bin Abi Thalib. Oleh karena itu, aku menulis khashaishnya dengan harapan menjadi tuntunan bagi mereka.” (Dan setelah itu Nasai juga menulis kitab Khashaish Syaikhain).
Mereka bertanya lagi, “Kenapa Anda tidak menulis kitab tentang keutamaan Muawiyah?”
Nasai menjawab, “Apa yang harus aku tulis tentang Muawiyah? Apakah aku harus menulis hadis Nabi saw. “اللَّهُمَّ لاَ تُشْبِعْ بَطْنَهُ” (Ya Allah, jangan Engkau kenyangkan perutnya)?[1]
Tentu saja jawaban jawaban tersebut kurang berkenan untuk Dzahabi. Maka ia berkata, “Hadis ini adalah sebuah keutamaan bagi Muawiyah, karena Nabi saw. bersaba, “اللهم من لعنته أو سببته فاجعل ذلك زكاة ورحمة” (Ya Allah, siapa saja yang aku laknat atau aku maki, maka jadikan itu sebagai penyucian dan rahmat baginya).
* Penjelasan Dzahabi Terkait Wafatnya Nasai
Nasai di akhir usianya keluar dari Mesir menuju Damaskus. Dia ditanya tentang keutamaan Muawiyah atas Ali bin Abi Thalib.
Nasai menjawab, “Kami tidak mengakui kesamaan di antara mereka berdua, apalagi keutamaan Muawiyah.”
Maka mereka menghajar telur kemaluan Nasai hingga pingsan dan dibawa keluar dari masjid. Kemudian Nasai dibawa ke Makkah dan wafat di sana. Nasai dimakamkan di antara bukit Shafa dan Marwah.[2]
* Pandangan Ulama Terhadap Nasai
Setelah menukil peristiwa wafatnya Nasai, Dzahabi menulis, “Nasai termasuk masyayikh Mesir yang paling dalam pengetahuan fikihnya dan paling mengerti ilmu hadis dan rijal pada masanya.
Abu Said bin Yunus dalam kitab Tarikhnya menulis, “Abu Abdurrahman An-Nasai adalah imam (dalam hadis), hafidh dan tsabt (tsiqah).”
“Dari 300 tidak ada satu orang pun yang lebih kuat hafalannya dari Nasai. Dia lebih mahir dalam hadis, ilal hadis, dan rijal hadis dari Muslim, Abu Daud dan Abu Isa. Dia berjalan dalam koridor Bukhari dan Abu Zur’ah, hanya saja dalam dirinya terdapat sedikit unsur tasyayyu’ dan menyimpang dari musuh-musuh Imam Ali, seperti Muawiyah dan Amr. Semoga Allah memaafkannya.”[3]
Sedemikian rupa kedudukan keilmuan Nasai dijelaskan hingga layak dipertanyakan kenapa kitabnya diletakkan dalam urutan kelima atau keenam? Tulisan di atas jelas menyebutkan alasannya, yaitu karena dalam dirinya terdapat sedikit unsur kesyiaahan dan penyimpangan terhadap musuh-musuh Ali bin Abi Thalib a.s., seperti Muawiyah dan Amr.
* Pembahasan Fikih Yang Dipermasalahkan
Sebagian ulama Ahlu Sunnah meyakini bahwa menggauli wanita dari dubur adalah liwat (homoseksual). Demikian itu pandangan Abdullah bin Umar. Di antara sahabat seperti Muhammad bin Aslam dan di antara para imam Ahlu Sunnah juga seperti Nasai melakukan hal itu.[4]
* Daftar Isi
Kitab ini dicetak dalam berbagai percetakan dan daftar isi yang kita sebutkan ini berdasarkan kepada kitab 4 jilid:
Jilid 1
Ath-Thaharah 204 Bab
Al-Miyah 13 Bab
Al-Haidh wa Al-Istihadhah 26 Bab
Al-Ghusl wa At-Tayammum 30 Bab
Ash-Shalah 24 Bab
Al-Mawaqit 55 Bab
Al-Adzan 42 Bab
Al-Masajid 46 Bab
Al-Qiblah 25 Bab
Al-Imamah (Imam Shalat) 65 Bab
Al-Iftitah (dalam shalat) 89 Bab
At-Tathbiq[5] 106 Bab
Jilid 2
As-Sahw (dalam shalat) 105 Bab
Al-Jum’ah (Shalat Jumat) 45 Bab
Taqshir Ash-Shalah Fi As-Safar 5 Bab
Al-Kusuf 251 Bab
Al-Istisqa’ 18 Bab
Shalah Al-Khauf 1 Bab
Shalah Al-Eidain 36 Bab
Qiyam Al-Lail wa Tathawwu’ An-Nahar 67 Bab
Al-Janaiz 121 Bab
Ash-Shiyam 85 Bab
Jilid 3
Az-Zakah 100 Bab
Manasik Al-Haj 231 Bab
Al-Jihad 48 Bab
An-Nikah 84 Bab
Ath-Thalaq 76 Bab
Al-Khail 17 Bab
Al-Ahbas (Wakaf) 4 Bab
Al-Washaya 12 Bab
An-Nuhl (Pemberian) 1 Bab
Al-Hibah (Hadiah) 4 Bab
Ar-Ruqba (Jenis Pemberian) 1 Bab
Al-Umra (Jenis Pemberian) 5 Bab
Jilid 4
Al-Aiman wa An-Nudhur 50 Bab
‘Isyrah An-Nisa’ () 4 Bab
Tahrim Ad-Dam[6] 37 Bab
Qism Al-Fai’ 38 Bab
Al-Bai’ah 48 Bab
Al-‘Aqiqah 40 Bab
Al-Fara’[7] wa Al-‘Atirah[8] 11 Bab
Ash-Shaid wa Adz-Dzabaih 38 Bab
Adh-Dhahaya 43 Bab
Al-Buyu’ (Jual Beli) 109 Bab
Al-Qasamah (Sumpah) 48 Bab
Qath As-Sariq 18 Bab
Al-Iman wa Syarai’uhu 33 Bab
Az-Zinah (Perhiasan) 122 Bab
Adab Al-Qudhah (Adab Para Qadhi) 37 Bab
Al-Isti’adhah 65 Bab
Al-Asyribah 58 Bab
(Bersambung)
==================================
[1] Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 1, halaman 129.
[2] Ibid, jilid 41, halaman 132.
[3] Ibid, jilid 41, halaman 133.
[4] Di sini, Dzahabi marah dan berkata, “Kita telah meyakini larangan Nabi saw. tentang menggauli wanita dari duburnya melalui jalur-jalur yang kuat dan kita telah tetapkan keharamannya.”
[Siyar A’lam An-Nubala’, jilid 14, halaman 127]
[5] Meletakkan tangan di atas lutut dalam ruku’
[6] Haram menumpahkan darah muslim tanpa alasan yang dibenarkan.
[7] Anak hewan pertama yang dipersembahkan untuk berhala.
[8] Hewan persembahan pada tanggal 10 bulan Rajab.