Kedudukan Hadis-hadis Imam Ridha as
Pengaruh Imam Ridha as Terhadap Hadis-Hadis Syiah[1]
Apabila hadis-hadis Syiah kita anggap sebagai satu kesatuan tubuh, maka setiap imam memiliki peran khusus. Fikih Syiah disebut fikih Ja’fari, karena mayoritas berasal dari hadis-hadis Imam Ja’far Shadiq as. Jika fikih kita adalah Ja’fari maka akidah kita adalah Ridhawi, karena mayoritas hadis-hadis akidah dan teologi berasal dari riwayat-riwayat Imam Ridha as.
Apa peran Imam Ridha as dalam koleksi hadis Syiah? Apa yang membedakan beliau as dari imam-imam yang lain?
Untuk menjelaskannya, perlu kiranya menyebutkan sebuah pengantar. Imam Ridha as berusia 55 tahun. 20 tahun masa imamah beliau dan 35 tahun sebagai muhaddis, perawi dan syeikh hadis. Kejadian apa saja yang terjadi pada masa imamah beliau as dari tahun 183 – 203, sehingga mayoritas hadis beliau berisi hadis-hadis akidah dan teologi?
Terdapat dua peristiwa penting yang melatarbelakangi hal di atas. Jika 1/10 awak media yang saat ini ada, hadir pada waktu itu, maka jumlah hadis-hadis dari para imam akan sampai kepada kita 10 kali lipatnya.
Imam Ridha as menjadi putera mahkota dan menguasai awak media selama hampir 3 tahun (2 tahun 5 bulan). Ada para juru tulis dari pihak khalifah yang diperintahkan untuk menulis ucapan-ucapan beliau as. Hal itu menyebabkan jumlah hadis-hadis Imam Ridha as lebih banyak dari 3 imam setelah beliau as (Imam Jawad, Imam Hadi dan Imam Askari as), meskipun masa imamah mereka bertiga lebih dari 50 tahun.
Para pencatat hadis pada periode Imam Ali dan Imam Ridha as lebih banyak dari periode lain. Banyak riwayat kita berasal dari dua imam tersebut. Imam Baqir dan Shadiq as (Shadiqain) juga memiliki banyak murid. Keduanya berperan sebagai perawi sehingga berbagai riwayat yang sampai kepada kita juga dinukil dari mereka berdua. Mereka berdua pada dasarnya melaksanakan tugas media.
Kenapa hadis-hadis Imam Ridha as banyak berisi hadis-hadis akidah?
Dua peristiwa penting (internal dan eksternal madzhab) terjadi pada masa imamah beliau as, sehingga mayoritas hadis beliau as berorientasi akidah:
a) Munculnya kelompok Waqifah
Peristiwa pertama bersifat internal madzhab, yaitu munculnya kelompok yang menyimpang di tubuh Syiah bernama Waqifah. Karena tamak dan cinta dunia, kedudukan dan… mereka mengingkari imamah Imam Ridha as.
Mereka meyakini 7 imam dan mengatakan bahwa Imam Kadhim as telah wafat. Suatu hari kelak beliau akan kembali dan bangkit mewakili keluarga Muhammad sebagai Mahdi yang dinanti. Sebagian lain menyatakan bahwa Imam Kadhim as tidak meninggal dunia, namun masih hidup dan akan kembali.
Sebagian kaum Syiah terpengaruh mereka dan menyeleweng. Imam Ridha as berjuang melawan golongan ini selama 20 tahun. Sebagian tokoh Waqifah adalah sahabat-sahabat besar Imam Kadhim as. Karena menguasai banyak harta, mereka memanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan berkata bahwa kami adalah perantara imam yang saat ini ghaib dan adapun Imam Ridha as bukan seorang imam.
Kelompok ini memukul Syiah dengan telak. Waqifah masih eksis pada masa Imam Ridha as yang hingga akhir hayat menetap di Marw, dan bahkan 100 tahun kemudian hingga abad ke-V.
Hal itu memaksa Imam Ridha as memaparkan dengan jelas pembahasan imamah yang sebelumnya juga telah dibahas. Para imam sebelumnya tidak menyampaikan pembahasan imamah kepada masyarakat umum, namun menjelaskannya kepada orang-orang khusus yang kemudian mensosialisasikan ke khalayak umum.
Berbagai pembahasan terkait imamah, seperti kemaksuman imam belum pernah dilontarkan oleh imam sebelum Imam Ridha as. Hal itu disampaikan di hadapan Makmun dengan bersandar kepada ayat-ayat Al-Quran. Dengan itu, beliau as membuktikan bahwa keberadaan imam adalah sebuah hal yang niscaya. Sosok imam harus dari Ahlul Bait dan maksum.
Itulah peristiwa internal madzhab yang menjadi faktor tersebarnya hadis-hadis Imam Ridha as dengan topik akidah.
b) Perkembangan aliran-aliran pemikiran
Kejadian kedua bersifat eksternal madzhab, yaitu berkembangnya kelompok dan aliran pemikiran, seperti kelompok-kelompok teologis. Gerakan penerjemahan sangat marak pada masa Imam Ridha as. Banyak karya kuno, seperti karya-karya India kuno, Iran kuno, Eropa dan… diterjemahkan ke bahasa Arab. Pembahasan tentang Ketuhanan dan kiamat berbeda jauh dengan pandangan dan keyakinan Islam.
Hal itu memunculkan berbagai aliran pemikiran di tengah masyarakat. Makmun berkali-kali membentuk berbagai sesi debat antara Imam Ridha as dengan berbagai aliran, seperti pembesar Hindu dari India, Yahudi, Kristen, Zoroaster, Shabi’in. Imam Ridha as berhasil menjawab seluruh pertanyaan mereka dan memaparkan berbagai argumentasi terkait pembahasan-pembahasan akidah.
Penguasaan Imam Ridha as terhadap kitab-kitab berbagai agama dan aliran sangat sempurna sehingga mereka semua mengakui hal tersebut.
c) Penyebaran hadis-hadis sirah
Pembahasan di sini berkaitan dengan penyebaran hadis-hadis sirah karena faktor keberadaan awak media. Sirah 4 maksum, yaitu Nabi saw, Imam Ali as, Imam Ja’far Shadiq as dan Imam Ridha as telah banyak direportasikan.
Berkenaan dengan banyaknya reportasi tentang Imam Ridha as, kitab Kasyf Al-Ghummah menukil dari Tarikh Neisyabur, karya Hakim Abu Abdillah Neisyaburi menyebutkan:
Dalam sebuah perjalanan yang berakhir kepada syahadah, Imam Ridha as memasuki kota Neisyabur. Beliau as duduk di dalam tandu terbuat dari perak yang ditarik oleh unta. Di tengah pasar, dua orang tokoh dan penghafal hadis bernama Abu Zar’ah Razi dan Muhammad bin Aslam Thusi berkata kepada Imam Ridha as: Demi ayah dan kakek Anda yang suci, tampakkanlah wajah Anda dan riwayatkanlah hadis mereka kepada kami sehingga kami akan selalu mengenang Anda dengan hadis tersebut.
Imam Ridha as menghentikan unta dan menyingkap tirai tandu. Kaum muslimin yang berada di sana saat itu menyaksikan keindahan wajah beliau dan berkumpul di hadapan beliau.
Para tokoh dan qadhi berteriak: Wahai saudara-saudara sekalian! Dengarkan dan simaklah, jangan menyakiti hati Nabi saw dalam itrah peninggalan beliau.
Saat itu Imam Ridha as mendektekan sebuah hadis, sementara Abu Zar’ah dan Muhammad bin Aslam menyampaikan ucapan-ucapan beliau as kepada yang lainnya. Telah dipersiapkan 24 ribu tempat pena, selain tempat tintanya.
Imam Ridha as bersabda: “Aku telah mendengar ayahku Musa bin Ja’far as berkata: “Aku telah mendengar ayahku Ja’far bin Muhammad berkata: “Aku telah mendengar ayahku Muhammad bin Ali berkata: “Aku telah mendengar Ali bin Husain as berkata: “Aku telah mendengar ayahku Husain bin Ali as berkata: “Aku telah mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as berkata: “Aku telah mendengar Nabi Saw bersabda: “Aku telah mendengar Jibril berkata: “Aku telah mendengar Allah swt berfirman: “Kalimat Tauhid (la ilaha illallah) adalah benteng-Ku, barangsiapa yang masuk ke dalam benteng-Ku maka ia akan aman dari siksa-Ku.” Maha benar Allah swt, Jibril, Nabi saw dan para imam as.[2]
Raja’ bin Abi Dhahhak Khurasani, antek Bani Abbas diutus oleh Makmun ke Madinah untuk membawa Imam Ridha as ke Khurasan. Berkenaan dengan shalat awal waktu Imam Ridha as, Raja’ berkata: “Saat fajar terbit (tanda waktu shalat subuh tiba), beliau segera shalat subuh, saat matahari tenggelam (dan masuk waktu maghrib), beliau segera berwudhu dan menunaikan shalat maghrib. Beliau mendirikan shalat isya’ pada waktu fadhilahnya, yaitu setelah berlalunya sekitar 2/3 separuh pertama malam.”[3]
Kita lihat bahwa beberapa perawi hadis beliau as berasal dari kalangan Ahlu Sunnah, apakah mereka memiliki visi fanatik dan tujuan tertentu untuk menukilnya atau tidak? Riwayat-riwayat yang dinukil dari para perawi Ahlu Sunnah biasanya berisi pembahasan tauhid yang tidak memiliki perbedaan dengan mereka, seperti hadis Silsilah Adz-Dzahab (Rantai Emas).
Pertanyaan: Apakah hadis-hadis tafsir Imam Ridha as masih tersisa? Apakah hadis-hadis non-fikih dari beliau juga digunakan di pusat-pusat pendidikan agama (hauzah ilmiah)?
Jawab: Hadis-hadis Imam Ridha as yang dikumpulkan oleh Ustadz Athardi dalam Musnad Imam Ridha as berjumlah 2.427 riwayat yang 1.083 di antaranya berupa riwayat fikih, 800 berupa riwayat akidah, akhlak, doa dan tafsir.
Pusat-pusat kajian hauzah ilmiah dalam bidang teologi, tafsir, hadis dan… secara khusus melakukan kajian terhadap riwayat-riwayat terkait bidang studi tersebut. Saat ini pembahasan hadis-hadis akhlak, doa dan irfan Imam Ridha as juga menjadi perhatian, bahkan kalangan akademisi pun telah melakukan kajian terhadap doa-doa beliau as.
Hadis-hadis beliau as telah dikumpulkan dan dibukukan, seperti ‘Uyun Akhbar Ar-Ridha. Terkait kitab Fiqh Ar-Ridha, 100 tahun terakhir ini juga telah banyak dijadikan bahan kajian. Skripsi, tesis, disertasi, artikel dan buku tentangnya telah ditulis. Terkait kitab Thibb Ar-Ridha juga menjadi perhatian para dokter. Terkait surat Imam Ridha as, dari sisi sanad dan isi juga dijadikan bahan kajian bahkan disertakan dalam festival Imam Ridha as.
[1] Oleh Ustadz Mehdi Gholam Ali.
[2] ‘Uyun Akhbar Ar-Ridha, Jilid 2, Halaman 134; Kasyf Al-Ghummah, Jilid 3, Halaman 98.
[3] ‘Uyun Akhbar Ar-Ridha, Jilid 2, Halaman 180.