Kenapa Imam Ali Dilahirkan di Ka’bah?
Salah satu pertanyaan seputar kelahiran Imam Ali a.s. yang sering dilontarkan adalah: “Kenapa Imam Ali dilahirkan di Ka’bah?”
Dalam berbagai referensi disebutkan bahwa suatu hari Abbas bin Abdul Muttalib dan beberapa orang lainnya sedang duduk di hadapan Baitullah Ka’bah di dalam Masjidil Haram. Tiba-tiba muncul Fatimah binti Asad yang tampak kesakitan karena akan melahirkan dan sedang mendekati Baitullah sambil berkata, “Ya Allah! Aku beriman kepada-Mu, seluruh nabi, dan kitab-kitab yang diturunkan dari sisi-Mu. Aku meyakini doa datukku Ibrahim Al-Khalil yang telah membangun Baitullah Ka’bah ini. Ya Allah! Demi datukku Ibrahim yang membangun Baitullah ini dan bayi yang berada di dalam rahimku, permudahkan kelahirannya untukku!”
Tiba-tiba mereka menyaksikan bagian belakang Baitullah Ka’bah terbelah dan Fatimah masuk ke dalamnya hingga lenyap dari pandangan kami. Lalu dinding Ka’bah menyambung kembali seperti semula. Saat menyaksikan hal itu, kami ingin membuka gembok pintu, akan tetapi pintu tidak bisa dibuka.
Kejadian ini segera menyebar ke kota. Tiga hari berlalu dari peristiwa itu dan pada hari keempat, Fatimah keluar dari tempat itu sambil menimang Ali a.s. dan berkata kepada orang-orang di sana, “Allah swt telah memuliakanku atas perempuan-perempuan sebelumku. Aku masuk ke Baitullah, menikmati rezeki dan buah-buahan surgawi. Saat aku ingin keluar dari Baitullah, terdengar suara memanggil, “Wahai Fatimah! Berikan nama Ali kepada bayi yang baru lahir ini, karena Allah Yang Maha Tinggi berfirman, “Aku telah pisahkan (pilihkan) namanya dari nama-Ku dan ia yang akan menghancurkan berhala-berhala di Baitullah.””[1]
Peristiwa Kelahiran Imam Ali dalam Referensi Ahlu Sunnah
- Hakim Naisaburi dalam Mustadrak, jilid 3, halaman 550 berkata, “Disebutkan dalam hadis-hadis mutawatir bahwa Fatimah binti Asad melahirkan Amirul Mukminin Ali a.s. di dalam Ka’bah.”[2]
- Hafidh Ganji Syafi’i dalam Kifayah Al-Mathalib, halaman 407 menyebutkan, “Amirul Mukminin lahir di Baitullah pada malam Jumat, 13 Rajab. Tidak ada seorang pun sebelum dan setelahnya lahir di Baitullah.”[3]
- Syihabuddin Mahmud Alusi, penulis Tafsir Ruh Al-Ma’ani dalam kitab “Sarh Al-Kharidah Al-Ghaibah Fi Syarh Al-Qashidah Al-‘Ainiyyah”, karangan Abdul Baqi Afandi Amri, mengomentari salah satu syairnya, “Bahwa Amirul Mukminin lahir di Ka’bah adalah sebuah pembahasan masyhur dan terkenal yang telah dinukil oleh kitab-kitab Syiah dan Ahlu Sunnah.”[4]
Manifestasi dari Rahasia Kelahiran Imam Ali di Ka’bah
Rahasia kenapa Amirul Mukminin a.s. dilahirkan di Ka’bah dipaparkan dalam sebagian referensi berikut:
- Setelah menjelaskan peristiwa kelahiran Imam Ali di Ka’bah, sebagian tokoh Ahlu Sunnah berkata, “Peristiwa ini adalah karamah dan keagungan bagi Ali a.s. yang lahir di Baitullah dan sebagai pemuliaan untuk tempat lahirnya.”[5]
- Setelah menukil peristiwa kelahiran Imam Ali a.s. di Ka’bah, Alusi memaparkan ungkapan indah berikut, “Mahasuci Zat yang meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan Dia Hakim Yang Maha Bijak.”[6]
Alusi melanjutkan, “Seolah-olah Ali juga ingin membalas kemuliaan ini dengan menurunkan berhala-berhala dari Baitullah, karena dalam sebagian riwayat disebutkan bahwa Ka’bah mengadu kepada Allah, “Ya Allah! Sampai kapan orang-orang musyrik menyembah berhala-berhala yang berada di sekitarku ini?” Maka Allah swt menjanjikan untuk membersihkan tempat suci tersebut dari berbagai berhala yang ada.”[7]
- Syeikh Shaduq berkata, “Bahwa Amirul Mukminin a.s. dilahirkan di Ka’bah untuk dikenang dan menjadi kemulian dari Allah karena kedudukan dan keagungan beliau.”[8]
- Diriwayatkan dari Sha’sha’ah bin Shauhan yang melontarkan sebuah pertanyaan di akhir hayat Imam Ali, “Anda lebih mulia atau Nabi Isa bin Maryam?” Imam Ali a.s. menjawab, “Ketika itu Ibu Nabi Isa berada di Batul Maqdis dan saat tiba waktu melahirkan, Maryam mendengar sebuah seruan yang memerintahkan untuk keluar dari sana karena itu adalah tempat ibadah, bukan tempat melahirkan, namun ketika ibuku Fatimah binti Asad yang berada di Haram hendak melahirkanku, dinding Ka’bah terbelah dan aku dilahirkan di sana. Tiada seorang pun memiliki keutamaan ini, baik sebelum atau setelahku.”[9]
- Sebagian ulama berkata, “… Jelas bahwa Baitullah Ka’bah memiliki pintu untuk masuk. Akan tetapi saat itu yang terbuka bukan pintu Ka’bah, melainkan dinding Ka’bah yang terbelah. Tujuannya supaya menjadi bukti yang kuat dan terang dari sebuah mukjizat sehingga nantinya orang-orang yang meragukan hal itu tidak dapat mengatakannya sebagai sebuah kebetulan.
Yang lebih menarik lagi bahwa dalam beberapa abad ini Ka’bah telah melalui berbagai rehabilitasi, namun demikian bekas retakan masih tetap ada pada dinding Ka’bah. Meskipun tempat retakan yang dikenal dengan mustajar diisi dengan perak, namun bekasnya masih tampak terlihat dengan jelas. Berbagai rombongan jamaah haji selalu berlindung ke bagian ini, menangis, bermunajat kepada Allah dan memohon hajat mereka.”[10]
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan pasti sebagai berikut:
Pertama: Peristiwa kelahiran Amirul Mukminin di dalam Baitullah Ka’bah merupakan kesepakatan sejarah yang tidak hanya dinukil dalam sumber-sumber Syiah, namun juga disebutkan dalam berbagai sumber valid dan utama Ahlu Sunnah yang kemudian dikumpulkan oleh Allamah Amini dalam kitab Al-Ghadir.
Demikian juga, tidak hanya menurut ulama Syiah, namun menurut ulama Ahlu Sunnah juga, peristiwa kelahiran Imam Ali a.s. di dalam Baitullah Ka’bah dapat dibuktikan dengan hadis-hadis mutawatir.
Kedua: Meskipun seluruh rahasia kelahiran Imam Ali a.s. di Baitullah Ka’bah tidak akan pernah terungkap bagi siapa pun, namun dari ucapan-ucapan ulama Syiah dan Ahlu Sunnah secara keseluruhan dapat diketahui dengan baik bahwa peristiwa ini merupakan sebuah mukjizat dan karamah bagi Amirul Mukminin a.s. dan satu bagian dari keistimewaan atau anugerah Ilahi yang menurut ulama Ahlu Sunnah seperti Alusi, Hakim Naisaburi dan selain mereka, hanya dikhususkan kepada Imam Ali a.s. karena tidak seorang pun sebelum dan setelah beliau dilahirkan di Ka’bah.
Kelahiran di Baitullah Ka’bah dan syahadah di masjid membuktikan kedudukan tinggi dan agung Imam Ali a.s.
Sumber: Pusat Kajian Hauzah Ilmiah Qom
==============================
[1] Zendegani-ye Hazrat-e Amirul Mukminin (Riwayat Hidup Amirul Mukminin a.s.), Sayed Hasyim Mahallati, jilid 1, halaman 28.
[2] Al-Ghadir, jilid 6, halaman 35.
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ibid, jilid 6, halaman 36 – 37.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Al-Irsyad, Bab 1, halaman 2, terjemah Sayid Hasyim Mahallati.
[9] Ali az Veladat ta Syahadat (Ali dari Lahir hingga Syahid), Sayid Kazem Qazwini, halaman 1.
[10] Ibid.