Kilasan Perjalanan Ilmu Hadis
Era Redupnya Ilmu Hadis
Setelah masa redupnya ilmu hadis yang dalam sejarah Ahlu Sunnah terjadi mulai abad ke-10 hingga 14 dan dalam sejarah hadis Syiah berlangsung dari abad ke-5 hingga ke-10 dan juga abad ke-12 dan 13, maka sejak abad ke-14 hingga kini, muncul sebuah pendekatan baru dan dinamis terhadap hadis dan ilmu hadis, juga kritik dan kajian kitab-kitab hadis warisan ulama terdahulu.
Era Perkembangan Ilmu Hadis
Poin-poin penting pendekatan baru ini dapat diringkas dalam beberapa pasal berikut ini:
- Kajian Kritis Sejarah Hadis
Pembahasan pelarangan penulisan dan pembukuan hadis, motivasi dan profit, atau kerugiannya jarang dipaparkan dan dianggap sebagai sebuah hal yang telah selesai bagi ulama hadis Ahlu Sunnah terdahulu. Namun di era mutaakhir, pertanyaan mengenai motifasi pelarangan dan konsekuensinya dibahas dan dikaji lebih dalam lagi.
Sebagian ulama hadis kontemporer dari Ahlu Sunnah mengakui bahwa pelarangan penulisan dan pembukuan hadis telah membawa beberapa dampak kerugian, seperti meluasnya pemalsuan hadis.[1]
Dari sisi lain, hadis dan ilmu hadis mengalami perkembangan dan kemajuan lebih pesat di sebagian kota seperti Baghdad, Naisabur, Rey, Kufah, Bashrah, Mekkah, Madinah, dan… sehingga banyak kajian hadis dilakukan di kota-kota tersebut dan banyak penuntut ilmu hadis menuju ke sana.
Pada saat yang sama, pandangan tertentu terkait hadis, seperti akhbari (tekstualis) mendominasi kota Madinah dan ushuli (rasionalis) menguasai Kufah. Oleh karena itu, maktab-maktab hadis dalam sejarah hadis secara praktis terbentuk pada saat itu.
- Spesialisasi Topik-topik Hadis
Terbatasnya cakupan kajian hadis dan landasan sejarah hadis dalam kitab-kitab seperti Muqaddimah Ibnu Shalah dan Miqbas Al-Hidayah Mamaqani di masa-masa awal membuktikan bahwa mayoritas pembahasan Ulumul Hadis telah menjadi bahan telaah dan kajian.
Kitab hadis terbanyak sebelum masa kontemporer berwujud seperti itu, namun di era kontemporer bersamaan dengan proses penelitian dalam seluruh medan ilmiah, pembahasan hadis dikaji secara parsial, terbatas, dan dalam ranah tematis tertentu. Pembahasan seperti ‘Ilal Al-Hadits, Nasikh & Mansukh hadis, Asbab Shudur hadis dan… merupakan beberapa contoh pembahasan yang tertuang dalam tulisan-tulisan independen seputar kajian hadis.
- Kritik dan Filtrasi Hadis
Kitab-kitab penting hadis, sebelumnya dipandang suci dan jarang sekali seorang peneliti memperkenankan dirinya melakukan kritik dan filtrasi hadis, karena ia akan melihat dirinya berhadapan dengan berbagai protes. Namun di masa kontemporer ini pandangan kesucian secara mutlak ini mulai longgar dalam batasan tertentu dan sebagian pengkaji hadis mulai melakukan kritik dan filtrasi terhadap kitab-kitab hadis.
Ulama Ahlu Sunnah di abad-abad terakhir ini telah menulis banyak karya terkait kritik hadis, dasar dan parameternya. Demikian pula tulisan-tulisan ulama hadis Syiah mengindikasikan pendekatan seperti ini secara luas.
- Penyusunan Mu’jam dan Katalog Hadis
Banyak di antara ulama hadis pada abad terakhir berusaha menemukan cara mudah dan cepat untuk merujuk dan menggunakan kitab-kitab hadis dengan menyusun berbagai mu’jam dan katalog. Sebagian mu’jam ini bersifat tematik dan sebagian lainnya berbentuk kitab kamus kata.
Mu’jam pertama berjudul “Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadh Ash-Shihah As-Sittah” disusun oleh sekelompok orientalis untuk memudahkan dalam merujuk kitab-kitab hadis pertama Ahlu Sunnah. Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadh Bihar Al-Anwar, Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadh Al-Kutub Al-Arba’ah, Al-Kasyif Li Alfadh Nahj Al-Balaghah dan… di antara beberapa contoh karya penulisan mu’jam di kalangan ulama Syiah.
- Menghidupkan Kembali Kitab-kitab Hadis Ulama Terdahulu
Kitab-kitab hadis warisan ulama terdahulu mencakup berbagai pembahasan ilmu hadis yang mendalam dan luas. Hal ini menunjukkan usaha dan kerja keras tanpa lelah mereka. Sebagian tulisan ini telah punah karena bencana alam, musibah sosial dan pembakaran. Sebagian lain yang sampai kepada kita memiliki dua keadaan:
- Sebagian besar tulisan itu terawat di berbagai perpustakaan pribadi atau umum dalam bentuk manuskrip.
- Sebagian lain juga yang telah dicetak tidak memiliki kualitas yang optimal dan penuh dengan kesalahan cetak. Selain itu, tulisan-tulisan kecil dan kusut berukuran quarto yang terkadang 10 jilid kitab dijadikan dua atau tiga jilid, semakin menambah kesulitan untuk mentelaah dan memanfaatkan sumber-sumber tersebut.
Pada dua abad terakhir, terutama abad ini telah ada usaha-usaha yang layak diapresiasi yang dilakukan oleh beberapa individu dan pusat penelitian atau lembaga akademik untuk menghidupkan kembali tulisan-tulisan hadis ulama terdahulu. Usaha tersebut dengan menghidupkan manuskrip dan juga menerbitkan kembali kitab-kitab dengan kualitas yang optimal disertai dengan pengantar dan penelitian serta referensi-referensi kitab.
Dalam kajian kitab-kitab yang telah diterbitkan, di mukadimah para peneliti kitab biasanya menjelaskan biografi penyusun kitab, karya-karya ilmiahnya, guru-guru dan murid-muridnya. Setelah itu, lalu memaparkan metode penyusun dalam penulisan kitab dan juga kedudukan kitab menurut ulama. Selain menjelaskan naskah-naskah yang dijadikan rujukan, juga menerangkan metode kajiannya. Mukadimah ini sendiri merupakan sumber referensi yang kaya untuk mengenal karya-karya dan biografi para penyusun kitab.
- Pendekatan Kaum Orientalis Terhadap Kajian Hadis
Kaum orientalis di abad ini dikarenakan studi mereka pada jurusan Islamologi di berbagai universitas Amerika dan Eropa atau disebabkan kehadiran mereka di berbagai negara Islam sebagai konselor kebudayaan, telah banyak melakukan kajian dan penelitian di berbagai bidang Islamologi dan hadis. Mereka menulis dan meninggalkan karya-karya yang signifikan.
Di antara mereka terdapat beberapa tokoh, seperti Goldziher yang memasuki wilayah kajian hadis dengan tendensius dan melontarkan berbagai sanggahan terhadap sejarah Ahlu Sunnah dan komunitas mereka –sehingga menyebabkan kegerahan dari para ulama Ahlu Sunnah kontemporer.[2] Sebagian kajian mereka juga bermanfaat dan memberikan solusi, seperti mu’jam kitab-kitab hadis Ahlu Sunnah yang disusun oleh kelompok orientalis ini.
- Komputerisasi Kajian Hadis
Munculnya komputer pada beberapa dekade terakhir ini merupakan sebuah fenomena pembawa berkah yang selain berkhidmat besar dan luas dalam mengembangkan dunia masyarakat dan mengatur hubungan sosial dan interaksi global, juga membawa banyak manfaat di bidang ilmu pengetahuan dan penelitian. Meskipun dunia Islam bukan pencipta teknologi komputer, namun dengan cepat mengakui efisiensi fenomena baru ini dan memanfaatkannya dalam berbagai bidang agama dan kajian Islam, termasuk kajian hadis.
Berbagai perangkat lunak hadis di kalangan Ahlu Sunnah dan Syiah memuat hampir seluruh kitab-kitab utama hadis, ulumul hadis, rijal hadis dan… sesuai kecenderungan pembuatnya. Merujuk dan menggunakan sumber-sumber ini menjadi sangat mudah dan cepat. Demikian pula keberadaan situs-situs hadis di jaringan global dunia maya menunjukkan peran luas komputer di bidang kajian hadis.
Munculnya pusat-pusat pendidikan dan kajian dalam bidang ilmu hadis, penerbitan jurnal-jurnal kajian di bidang ilmu hadis dan… merupakan contoh lain pendekatan baru dan luas di bidang kajian hadis.
Sumber: www.wikifeqh.ir
=====================
[1] Abu Rayyah, Mahmud, Adlwa’ ‘Ala As-Sunnah Al-Muhammadiyyah, halaman 121.
[2] Pozhuhesygah-e Olum-e Ensani Va Motaleat-e Farhanggi (Pusat Studi Ilmu Humaniora dan Kajian Kebudayaan), Farhang-ge Khavar Syenasan (Budaya Orientalis), halaman, 328 – 336.