Majlis Duka Pertamakali dalam Sejarah Islam
Ummul Fadhal, isteri Abbas ra, pada suatu hari di rumah Fatimah Zahra, Rasulullah saw sedang menggendong al-Husein yang baru lahir beberapa hari. Ketika itu, baju beliau dibasahi oleh cucunya ini. Nabi saw berkata, “Wahai Ummal Fadhal, tak masalah dengan bajuku ini dan bisa dicuci…”
Lalu ia bergegas untuk mengambil air. Saat kembali, ia mendapati Rasulullah saw menangis. Maka ia bertanya, “Mengapa engkau menangis wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Jibril datang dan memberitahuku, bahwa umatku akan membunuh putraku ini! Pada hari kiamat nanti, Allah tidak akan memberikan syafaatku kepada mereka (yang membunuhnya).”
Doa dan Tangis Rasulullah saw untuk Al-Husain
Saat al-Husain berusia satu tahun, para malaikat turun dalam berbagai rupa kepada Rasulullah saw. Bahkan tak tersisa satu malaikat pun di langit, mereka semua turun kepada Rasulullah, mengucapkan salam dan berta’ziyah kepadanya atas al-Husain.
Nabi saw bersabda: “اللهم اخذل من خذله ، واقتل من قتله”; “Ya Allah, hinakanlah orang yang menghinakan al-Husain, dan bunuhlah orang yang membunuhnya..”
Ketika al-Husain memasuki umur dua tahun, Rasulullah saw sedang bepergian jauh. Di tengah perjalanan beliau berhenti, lalu menangis.. Beliau ditanya, “Mengapa?”
Nabi menjawab, “Jibril memberitahuku tanah di tepi Furat, yaitu Karbala. Di sanalah terbunuh cucuku al-Husain putra Fatimah.”
Para Sahabat pun Menangis
Kemudian beliau pulang dari safarnya dalam keadaan gundah. Rasulullah naik mimbar untuk memberikan ceramah dan nasihat, saat itu al-Hasan dan al-Husain berada di dekatnya. Usai ceramah, beliau meletakkan tangan kanannya di atas kepala al-Hasan dan tangan kirinya di atas kepala al-Husain, dengan mengangkat kepala ke atas langit seraya berdoa:
“Ya Allah, sesungguhnya Muhammad hamba dan rasul-Mu, sedangkan kedua anak ini adalah sebaik-baik ‘itraku dan dzurriyah pilihanku. Siapa yang menentang keduanya di antara umatku! Sungguh Jibril telah mengabari aku, bahwa putraku ini (al-Husain) akan dibunuh dan diabaikan. Ya Allah, berkatilah ia dalam terbunuhnya dan jadikanlah ia pemuka syuhada. Ya Allah, janganlah Engkau berkati orang yang membunuh dan yang menghinakannya.”
Karenanya, orang-orang yang hadir di dalam masjid histeris dan menangis tersedu-sedu. Lalu mereka ditanya, “Apakah kalian (hanya) menangis tapi tidak menolongnya!?”
Hadis Tsaqalain dan Ayat Mawaddah
Dengan wajah memerah dan bercucuran airmata, beliau kembali berceramah:
أيها الناس إني قد خلفت فيكم الثقلين : كتاب الله ، وعترتي أهل بيتي
“Hai orang-orang, sesungguhnya aku akan tinggalkan kepada kalian dua pusaka; kitabullah Alquran dan ‘itrahku Ahlulbaitku…
وأنهما لن يفترقا حتى يردا علي الحوض ، ألا وأني أنتظرهما ،
Keduanya tidak akan terpisah untuk selamanya, sampai keduanya datang kepadaku di telaga… Sungguh (kelak) aku akan menanti keduanya..
وأني لا أسألكم في ذلك إلا ما أمرني ربي أن أسألكم المودة في القربى ،
Sesungguhnya aku tidak meminta kalian dalam hal ini (atas apa yang telah aku sampaikan kepada kalian), melainkan apa yang Tuhanku perintahkan kepadaku, ialah aku meminta kalian agar mencintai al-Qurba keluargaku..”
Tiga Golongan Umat
“Perhatikan!”, seru beliau. “Kalian akan menemuiku di telaga akhirat nanti, bahwa (sebagian dari) kalian telah menyakiti ‘itrahku, menzalimi dan membunuh mereka.
Pada hari kiamat nanti akan datang tiga panji dari umat ini:
Yang pertama, ialah panji hitam yang gelap, berdiri di hadapanku. Aku tanya mereka, “Siapa kalian?”
Mereka sudah lupa siapa aku, dan berkata: “Kami adalah (kelompok) ahli tauhid dari bangsa Arab!”
Aku katakan kepada mereka, “Aku adalah Ahmad nabi bangsa Arab dan ajam (non Arab).
“Kami adalah umatmu hai Ahmad”, sahut mereka.
“Bagaimana kalian setelah aku meninggalkan kalian terhadap ‘itraku dan kitabullah?”
Mereka menjawab, “Alquran, kami telah mengabaikannya. Sedangkan ‘itrahmu, kami telah berusaha untuk melenyapkan mereka dari muka bumi..”
Golongan Paling Jahat
Maka aku palingkan wajahku dari mereka, lalu mereka ditimpa kehausan dan wajah mereka menghitam.
Yang kedua, lalu datang kepadaku panji lain yang lebih gelap dari panji yang pertama. Aku tanya mereka, “Bagaimana kalian sepeninggalku terhadap Kitabullah dan itrahku?
Mereka menjawab, “Adapun Alquran, kami telah menentangnya. Sedangkan Itrah (Ahlulbaitmu), kami telah menghinakan dan membantai mereka sampai habis!”
Beliau berkata, “Menjauhlah dariku!”, lalu mereka ditimpa dahaga yang menyiksa dan wajah mereka menjadi hitam.”
Golongan yang Bercahaya
Kemudian datang kepadaku panji ketiga yang memancarkan cahaya. Aku tanya mereka, “Siapakah kalian?”
Mereka menjawab, “Kami adalah para pejunjung kalimat tauhid dan taqwa. Kami adalah umat Muhammad (saw), pembela kebenaran. Kami membawa Alquran, menghalalkan apa yang ia halalkan dan mengharamkan apa yang ia haramkan. Kami pecinta dzurriyah nabi kami Muhammad (saw). Maka kami menolong mereka.. dan bersama mereka kami berperang melawan musuh-musuh mereka.”
Aku (Rasulullah saw) berkata kepada mereka, “Bergembiralah! Aku nabi kalian Muhammad, dan kalian di dunia (telah melakukan itu) sebagaimana yang telah katakan tadi..” Kemudian aku memberi mereka minum dari telagaku. Mereka dalam keadaan lepas dari dahaga dan berbahagia, kemudian mereka masuk surga untuk selamanya.”
Maka orang-orang (para sahabat Nabi saw) menjadi tak asing dengan mengingat maqtal al-Husain. Mereka membesarkan dan mendambakan masa datangnya.
Demikian majlis duka pertamakali dalam sejarah Islam di masjid Rasulullah saw, bahwa beliau pun menangis atas kesyahidan cucunya, al-Husain sepeninggal beliau.
Referensi:
Kitab “al-Malhuf”/Ibnu Thawus.