Membangun Spirit Yaumul Quds dalam Keluarga
Euis Daryati-Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, jika tidak ada keluarga maka tatanan masyarakat pun tidak akan ada. Terkait keluarga, dalam beberapa pidatonya, Rahbar telah menjelaskan,
“Keluarga merupakan institusi yang sangat penting.” “Manfaat keluarga dalam mendidik umat manusia dan menciptakan manusia yang sehat secara spiritual, intelektual, dan psikologis adalah manfaat yang tidak dimiliki oleh yang lainnya…” “Peralihan budaya dan peradaban, serta pelestarian prinsip-prinsip dan unsur-unsur dasar suatu peradaban dan budaya dalam suatu masyarakat, serta transmisinya ke generasi berikutnya itu terjadi berkat keluarga.”[1]
Begitu pentingnya peran keluarga dalam membangun sebuah masyarakat, maka untuk membangun masyarakat yang memiliki spirit ‘Yaumul Quds’ pun dimulai dari keluarga. Bagaimana keluarga dengan memperkuat landasan teoritis dan praktis, mampu menghasilkan keluarga yang berkarakter spirit Yaumul Quds. Tentunya pendidikan dan penerapan ini perlu dilakukan mulai sejak dini dan bertahap.
Apa itu ‘Yaumul Quds’ sehingga spiritnya harus ditanamkan dalam keluarga?
Setahun setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Imam Khomaeni telah menjadikan Jumat terakhir Ramadhan sebagai Hari Solidaritas Internasional Al-Quds, atau Yaumul Quds. kendatipun tujuan awalnya adalah untuk menunjukkan pembelaan atas Palestina dan penentangan atas Rezim Zionis Israel yang telah menjajah Palestina, namun pada hakikatnya Yaumul Quds adalah hari peneguhan sikap kita untuk menunjukkan pembelaan atas nasib kaum tertindas di seluruh dunia. Jadi, semangat dan spirit Yaumul Quds adalah semangat melawan segala bentuk kezaliman dan penindasan, serta membela kaum tertindas, kapan pun dan di mana pun.
Bagaimana spirit tersebut dibangun dalam keluarga? Bagaimana membangun keluarga yang anggotanya memiliki spirit Yaumul Quds? Tentunya agar sebuah bangunan itu kuat, maka pondasi teoritisnya harus kuat, di mana hal itu akan disampaikan secara berbeda sesuai usianya. Sebagai contoh ketika anak-anak bertanya, “Kenapa kita harus bela Palestina?” Tentu dalam menjawab harus diberikan jawaban sederhana.
“Jika kamu melihat temanmu sendirian dikeroyok (dibully) oleh beberapa orang yang kuat dan jumlahnya banyak, mereka mengambil tas, buku, makanan, minuman temanmu yang sendirian itu. Kamu yang melihat itu apa yang harus dilakukan? Menontonnya saja, ataukah menolongnya? Manakah yang baik? Seperti itulah Palestina, dia sendirian yang lain tidak ada yang menolongnya, dikeroyok Zionis Israel. Orang Palestina dirusak rumahnya dan diusir oleh orang Israel. Sekolah, kebun, rumah sakit orang Palestina dirusak orang Israel yang senjatanya lebih kuat juga dibantu oleh temannya Amerika. Melihat orang Palestina ditindas seperti itu oleh orang Israel, menurut kamu, manakah yang lebih baik? diam dan tak melakukan apa-apa, ataukah menolong dan membelanya?”
Juga terdapat beberapa alasan yang dapat diterapkan dalam keluarga terkait kenapa kita harus membela Palestina, di antaranya:
Solidaritas Kemanusiaan
Rezim Zionis Israel dalam penjajahan mereka sejak berdirinya pada tahun 1948 telah melakukan banyak kejahatan kemanusiaan, mereka terus mencaplok wilayah-wilayah palestina dan mengusir ribuan penduduk palestina yang kemudian membagun pemukiman illegal bagi penduduk Yahudi Israel. Anak-anak tak berdosa dibunuh dan dipenjarakan, Israel menahan lebih dari 9.000 anak Palestina sejak 2015.[2]
Gaza yang dihuni dua juta warga Palestina sekali lagi mengalami penderitaan dan berbagai kerusakan. Sebagai salah satu wilayah padat di dunia, Gaza kerap digambarkan sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia” karena blokade Israel di darat, laut, dan udara sejak 2007[3]
Ini adalah tugas semua manusia lintas agama, ras, bangsa, suku dalam membela Palestina dan melawan kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan Zionis Israel, sebagai manusia kita tidak dapat membiarkan manusia lainnya tertindas tanpa menolongnya.
Menjadi Warga Negara yang Baik; Menjalankan UUD 45
1945 sebagai konstitusi dan pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Dalam pembukaan UUD 1945 dengan tegas bahwa kita harus membela negara yang belum merdeka dan melawan penjajahan.
Dalam pembukaan UUD 45 Alinea pertama berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penajajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Sejak tahun 1948 hingga kini Zionis Israel telah menjajah Palestina karena itu berpegangan pada UUD 45 kita sebagai warga negara Indonesia wajib membela Palestina. Juga, Presiden pertama RI, Ir. Soekarno pada tahun 1962 telah menegaskan bahwa Bangsa Indonesia akan tetap menentang penjajahan Israel terhadap Palestina.
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.”
Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Sejak tahun 1948, Palestina diduduki atau tepatnya dijajah Israel hingga kini, karena itu berdasarkan UUD 45 dan pernyataan presiden pertama RI, kita wajib membela Palestina dan menentang Israel.
Solidaritas Keislaman
Mukmin satu dengan mukmin yang lainnya adalah bersaudara, apa pun suku, ras, warna kulit, dan bahasanya. Ikatan persaudaraan itu menuntut adanya kebersamaan rasa dalam suka dan duka, karena itu harus saling menolong.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ
“Sesungguhnya orang beriman adalah bersaudara.” (Al-Hujurat:10)
Bahkan lebih tegas lagi Rasulullah Saw mengancam orang muslim yang tidak peduli kepada muslim lainnya itu dianggap bukan muslim.
مَنْ أَصْبَحَ لَا يَهْتَمُّ بِأُمُورِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ وَ مَنْ سَمِعَ رَجُلًا يُنَادِي يَا لَلْمُسْلِمِينَ فَلَمْ يُجِبْهُ فَلَيْسَ بِمُسْلِمٍ
“Barangsiapa yang paginya tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka ia tidak termasuk dari kaum muslimin. Dan barangsiapa yang telah mendengar seruan seseorang yang berkata, “Wahai kaum muslimin” namun tidak menjawabnya maka ia bukan termasuk orang muslim.”[4]
Kita wajib membela Palestina sebagai saudara seagama, sama-sama muslim. Allah telah menjanjikan bahwa kemengan atas kaum tertindas dalam melawan kaum mustakbirin, namun hal tersebut dapat terwujud dengan berbagai sebab, karena alam ini ialah alam materi, yang terwujud semuanya berdasarkan sebab-akibat. Terdapat syarat-syarat untuk mencapai kemenangan, bila Zionis Israel dengan persatuan dan kesolidannya di seluruh dunia dapat menguasai dunia, menjajah palestina selama lebih 60 tahun, membunuh mereka tanpa ada yang bisa menhukumnya, semua ini bukti betapa solid dan kuatnya persatuan antara yahudi Zionis dalam mendukung Israel. Sebaliknya, bangsa-bangsa muslim enggan bersatu dalam mmbela palestina. Karena itu, kesolidan harus dilawan dengan kesolidan, persatuan harus dilawan dengan persatuan di antara kaum dan negara-negara Islam dalam mendukung pembebasan palestina, barulah kita akan mencapai kemenangan.
“Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.” (Al-Isra:4-5)
Juga, sebagai pecinta Ahlulbait as dalam rangka merealisasikan konsep Tabarri bagian dari ajaran Ahlulbait, agar berlepas tangan dari musuh Allah, para Maksumin dan orang yang memusuhi mereka.
Dalam praktis, apa yang harus dilakukan dalam rangka bela Palestina?
Terdapat berapa hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk aplikasi bela perjuangan Palestina yang dapat ditanamkna dalam keluarga, di antaranya dengan berdoa; mendoakan masyarakat Palestina agar mereka sabar, kuat dalam perjuangannya dan tidak kenal putus asa. Mendukung perjuangan Palestina dengan bantuan materi, pikiran, tulisan, secara offline maupun online. Mengutuk kejahatan Rezim Zionis Israel dan memboikot produk-produk Zionis Israel. Memberikan pengenalan kepada keluarga terkait produk-produk zionis dan mengajaknya untuk meninggalkannya dan berpindah ke produk lainnya. Memberikan pemahaman bahwa betapa disignifikan pengaruh boikot produk Israel dalam membantu perjuangan Palestina, karena dengan membeli produk Zionis Israel secara tidak langsung kita telah memperkuat secara ekonomi kepada Israel untuk senantiasa menjajah Palestina.
[1] https://farsi.khamenei.ir/speech-content?id=21429
[2] https://dunia.tempo.co/read/1579051/israel-menahan-lebih-dari-9-000-anak-palestina-sejak-2015/full&view=ok
[3] https://www.merdeka.com/dunia/penjara-terbuka-terbesar-di-dunia-itu-bernama-gaza-hot-issue.html
[4] Al-Kulaini, Al-Kafi, jil. 2, hal. 164.