Revolusi Islam Iran 1979: Titik Balik Sejarah Dunia Kontemporer
Annisa Eka Nurfitiria,Lc,M.Sos____ Tahun 1979, alih-alih 1989, seharusnya dianggap sebagai tahun yang menjadi titik balik utama dalam sejarah dunia kontemporer. Dengan fokus yang sering terpusat pada Perang Dingin sebagai bingkai narasi sejarah, penting untuk melihat Revolusi Islam Iran sebagai peristiwa yang tak kalah signifikan. Selama ini, peristiwa tahun 1979 di Iran sering dianggap hanya sebagai gejala kecil dalam dinamika global yang lebih besar. Namun, pada kenyataannya, Revolusi Islam memicu proses penataan ulang geopolitik yang terus berlangsung hingga hari ini.
Artikel ini akan membahas konteks perubahan tersebut, baik dari segi material maupun ideologi, serta dampak langsung dan konsekuensi jangka panjang dari kebijakan Barat yang seringkali salah dalam merespons Iran. Ketidakmampuan untuk membedakan antara Republik Islam sebagai negara dengan Revolusi Islam sebagai gerakan ideologi telah membuat kebijakan Barat cenderung memperkuat revolusi ketimbang melemahkannya. Penting untuk dipahami bahwa negara Iran hadir untuk melayani revolusi, bukan sebaliknya.
Konteks Revolusi Islam 1979
Di Barat, dunia pasca-Perang Dingin seringkali dirayakan sebagai kemenangan liberalisme dan demokrasi, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1989. Pandangan ini paling terkenal diungkapkan oleh Francis Fukuyama dalam tesisnya tentang “akhir sejarah,” yang mengklaim bahwa liberalisme telah mencapai puncak evolusi politik manusia. Namun, pandangan ini membawa pada keangkuhan dan sikap puas diri yang berbahaya di kalangan negara-negara Barat.
Pandangan tersebut mulai goyah setelah serangan teror 11 September 2001 di Amerika Serikat dan kemunculan kembali kekuatan-kekuatan seperti Rusia dan Cina. Selain itu, kekuatan ideologi politik Islam juga mulai diperhitungkan sebagai kekuatan global yang tak bisa diabaikan.
Dalam konteks ini, peristiwa pada tahun 1979 menjadi titik balik yang mendefinisikan era baru dalam hubungan internasional. Tahun itu menyaksikan berbagai peristiwa besar, termasuk pembukaan ekonomi Cina, terpilihnya Margaret Thatcher sebagai Perdana Menteri Inggris, invasi Uni Soviet ke Afghanistan, dan tentu saja, Revolusi Islam di Iran.
Dampak Revolusi Islam
Revolusi Islam Iran, yang berhasil menggulingkan monarki Pahlevi yang didukung Barat, menandai perubahan paradigma dalam politik global. Revolusi ini tidak hanya berdampak di dalam negeri Iran tetapi juga menciptakan gelombang perubahan di seluruh kawasan Timur Tengah dan dunia Islam. Revolusi tersebut memperkenalkan Islamisme sebagai ideologi politik global, setara dengan kapitalisme dan komunisme.
Uni Soviet, misalnya, merasa terancam oleh kebangkitan Islam politik di kawasan tersebut, yang menjadi salah satu alasan invasi mereka ke Afghanistan. Invasi itu tidak hanya berkontribusi pada runtuhnya Uni Soviet, tetapi juga mengakibatkan kebangkitan kelompok mujahidin yang kelak menjadi cikal bakal jaringan teroris global.
Selain itu, Revolusi Islam Iran memberikan inspirasi bagi kelompok-kelompok Islamis di seluruh dunia, baik Sunni maupun Syiah. Peristiwa seperti Pengepungan Masjidil Haram oleh kelompok ekstremis Sunni di Arab Saudi dan pembunuhan Presiden Mesir Anwar Sadat oleh kelompok Islamis pada 1980 menunjukkan dampak langsung dari revolusi ini terhadap dunia Islam yang lebih luas.
Namun, pandangan Barat terhadap Revolusi Islam sering kali terbatas pada kerangka Perang Dingin, di mana “kehilangan Iran” dipandang dari perspektif Amerika sebagai kemunduran geopolitik. Akibatnya, revolusi ini dianggap sebagai peristiwa pinggiran yang perlu dikendalikan, bukan sebagai fenomena global yang signifikan.
Kesalahan Kebijakan Barat
Salah satu kegagalan utama kebijakan Barat adalah ketidakmampuan untuk memahami perbedaan antara negara Republik Islam Iran dengan Revolusi Islam sebagai gerakan ideologis. Republik Islam adalah alat untuk mewujudkan cita-cita revolusi, bukan tujuan akhir dari revolusi itu sendiri. Tujuan revolusi adalah menyebarkan ideologi, bukan hanya membangun negara.
Kesalahpahaman ini sering kali membuat kebijakan Barat menjadi kontraproduktif. Misalnya, upaya untuk melemahkan negara Iran melalui sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik justru sering memperkuat semangat revolusi. Semakin ditekan dari luar, semakin kuat revolusi Iran memobilisasi dukungan domestik dan internasional untuk melawan apa yang mereka anggap sebagai imperialisme Barat.
Selain itu, Barat juga gagal memahami sejauh mana Tehran bersedia melangkah untuk mengekspor revolusi mereka. Iran telah secara aktif mendukung kelompok-kelompok proksi di kawasan, seperti Hizbullah di Lebanon dan Houthi di Yaman, untuk menyebarkan pengaruh ideologisnya. Kebijakan Barat yang mengabaikan aspek ideologi ini membuat mereka tidak efektif dalam menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok-kelompok ini.
Revolusi sebagai Gerakan Global
Bagi para revolusioner di Iran, tahun 1979 adalah momen epik yang melampaui batas-batas nasional. Mereka melihat revolusi ini sebagai gerakan global dengan dampak sejarah yang abadi. Dalam pandangan mereka, revolusi ini adalah perjuangan melawan ketidakadilan global, dengan cita-cita membangun dunia yang lebih adil berdasarkan prinsip-prinsip Islam.
Pandangan ini berbeda secara fundamental dengan cara Barat memandang dunia. Sementara Barat sering melihat sejarah sebagai perjalanan menuju kemenangan nilai-nilai liberal, Revolusi Islam Iran menawarkan narasi alternatif yang menantang dominasi ideologi Barat.
Dua dekade setelah Revolusi Iran, optimisme awal tahun 1990-an berubah menjadi pesimisme dan refleksi diri yang lebih dalam. Munculnya Cina sebagai kekuatan ekonomi dan kebangkitan Islam politik telah menggeser fokus analisis sejarah dari Perang Dingin ke peristiwa-peristiwa tahun 1979.
Revolusi Islam Iran 1979 adalah titik balik sejarah yang mendefinisikan era baru dalam politik global. Meskipun sering dipandang sebagai peristiwa pinggiran oleh Barat, revolusi ini memiliki dampak jangka panjang yang masih terasa hingga hari ini.
Untuk memahami dunia kontemporer secara lebih baik, penting bagi Barat untuk mengakui signifikansi Revolusi Islam Iran dan implikasinya yang mendalam terhadap geopolitik global. Tanpa pemahaman ini, kebijakan terhadap Iran dan dunia Islam yang lebih luas akan tetap tidak efektif, dan ancaman yang ditimbulkan oleh ideologi revolusi ini akan terus diabaikan.