Selamat Jalan Ulama Pejuang Sejati, yang Terhormat Akbar Hasyemi Rafsanjani
Bahreman -yang berarti yaqut merah- nama sebuah desa kabupaten Rafsanjan, propinsi Kerman, Iran. Di desa yang terletak di 57 km Rafsanjan inilah ibu Mahbibi Shafariyan melahirkan putranya, bernama Ali Akbar Hasyemi Rafsanjani. Ia sembilan bersaudara, lahir pada tanggal 3 Syahriwar 1313, atau tepatnya 4 Agustus 1934.
Ayahnya bernama Mirza Ali Hasyemi Bahremani, seorang pemilik kebun dan pengusaha Pesteh Bahreman (kacang pistacio Bahreman). Pada usia lima tahun Ali Akbar Hasyemi mulai sekolah di sebuah madrasah daerah setempat, Nouq. Kemudian di usia 14 tahun ia berangkat ke kota Qom untuk menuntut ilmu.
Di sana ia masuk hauzah ilmiah, belajar ilmu agama kepada guru-guru besar, para ayatullah antara lain: Sayed Husein Borujordi, Imam Khomeini, Sayed Muhammad Muhaqqiq Damad, Sayed Muhammad Ridha Golpaygani, Sayed Muhammad Kazhim Syariat Madari, Abdulkarim Haeri Yazdi, Sayed Shihabuddin Marasyi Najafi, Sayed Muhammad Husein Thabathabai, Husein Ali Muntazheri. Di antara karya-karya keilmuannya ialah Tafsir Rahnema dalam 20 jilid lebih, dan lainnya.
Pada tahun 1337, Akbar Hasyemi menikah dengan seorang putri dari keluarga ruhani, Effat Marasyi, cucu Sayed Muhammad Kazhim Thabathabai Yazdi. Mereka kemudian mempunyai lima anak.
Bersama Imam Melawan Penguasa Lalim di Negerinya
Pelajaran-pelajaran keagamaan yang dia terima dari Imam Khomeini membawa dirinya terjun ke dunia politik, dan melawan rezim Syah Pahlevi. Sejak tahun 1961, yakni pada usia 27 tahun, Akbar Hasyemi aktif dan giat dalam politik. Ia sangat dekat dengan Imam sejak masa sebelum Revolusi. Perannya sangat efektif di bawah instruksi Imam yang diasingkan oleh pihak rezim- dalam melawan Syah di dalam negerinya.
Di antara langkah politis untuk menghadapi Sikap Barat yang anti para revolusioner, ia melakukan banyak perjalanan luar negeri, dari Timur, Jepang, sampai 20 negara bagian di Barat.
Sebelum revolusi, Akbar Hasyemi sudah dikenal sebagai salah seorang yang anti program-program mondernis Pahlevi yang dikenal dengan Enqelabe Safid (Revolusi Putih). Perlawanannya ini semakin menjadi ketika Imam Khomeini diasingkan. Akibat aktifitas politiknya yang secara sembunyi-sembunyi melawan rezim Pahlevi, ia ditangkap oleh Savak (Sazeman-e Ettelaat va Amniyat-e Keshvar; badan intelejen negara Iran masa itu). Tujuhkali ia ditahan dan mendekam di penjara dalam jumlah masa, empat tahun lima bulan lamanya.
Saat Imam dalam pengasingan, ia sebagai ketua bendahara bila ada kegiatan-kegiatan ceramah dan publikasi terkait gerakan revolusi. Di pundaknya pula hubungan dengan semua kelompok revolusi. Hubungan satu dengan lainnya inilah yang menjadi satu alasan ia ditahan beberapa kali. Selama di dalam sel tahanan ia mendapat kesempatan mengenal semua kelompok yang anti Pahlevi.
Peran dan Jabatan pada Pasca Revolusi
Sejak awal terbentuknya Dewan Syuro Revolusi Islam, kendati sebagai anggota, beliau salah satu orang terpenting di dalamnya. Selain seorang dari 28 anggota pertama dan pendiri universitas ruhaniyah yang menonjol, beliau juga anggota pendiri partai republik Islam di tahun pertama pasca Revolusi.
Pada masa akhir perang Irak-Iran yang berakhir pada tahun 1988, ia diangkat menjadi panglima angkatan bersenjata oleh Imam Khomeini. Ia pun menjabat sebagai ketua parlemen antara 1980 dan 1989. Kemudian menempati kursi kepresidenan dari awal bulan Agustus 1989 sampai dengan 1997 pada bulan yang sama.
Ia juga mengepalai Expediency Discernment Council selama 27 tahun, yang salah satu tugasnya ialah memutuskan perkara antara Dewan Permusyawaratan (Parlemen) dan Dewan Perwakilan, ketika keduanya dalam polemik. Juga sebagai anggota Majelis Para Ahli Iran selama 34 tahun untuk beberapa periode.
Akbar Hasyemi Rafsanjani, seorang yang erat kaitannya dengan Revolusi Islam Iran dan dengan pemimpinnya, Imam Khomeini, dari sejak ia memulai perannya di dalam melawan rezim Syah hingga kemenangan Revolusi pada tahun 1979.
Ucapan Belasungkawa Pemimpin Spiritual Islam
Ahad sore, 8 Januari 2017, diberitakan bahwa mantan presiden Republik Islam Iran dua periode, Ayatullah Akbar Hashemi Rafsanjani telah meninggal dunia. Beliau wafat dalam usia 82 tahun, di rumah sakit Syuhada Tajrish Tehran Iran. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.
Di antara ungkapan dukacita Imam Ali Khamenei atas wafat beliau, ialah mengenang masa hidupnya yang penuh perjuangan dan pengorbanan demi agama dan bangsanya:
“Sedih saya mendapat kabar kepergian tiba-tiba sahabat lama; teman juang yang selalu bersama di masa perjuangan gerakan Islam; kawan terdekat selama bertahun-tahun di Republik Islam Iran; yang mulia Hujjatul Islam wal muslimin Syaikh Akbar Hasyemi Rafsanjani.
Berat saya kehilangan rekan sejati dan seperjuangan dengan kenangan bersama beliau selama 59 tahun dalam persahabatan, kerjasama dan kebersamaan. Di sepanjang masa itu, banyak sekali cobaan dan rintangan yang kami lewati bersama; dan betapa kami yang satu pemikiran dan hati -pada banyak periode- saling mensuport dalam usaha, kesabaran dan menerima resiko yang berbahaya di jalan yang sama. Kejeniusan dan ketulusan beliau di masa itu meyakinkan semua pihak termasuk saya, yang bekerjasama dengan Almarhum.
Selisih pendapat dan pandangan di periode tertentu di antara sekian periode yang panjang ini tak pernah dapat memutuskan tali persahabatan ini yang terjalin sejak kami berada di Karbala. Suara sumbang yang muncul di tahun-tahun belakangan, dengan serius dalam upaya penyimpulan dari perbedaan pandangan itu, tak mampu mengikis kecintaan beliau yang mendalam kepada saya.”
Sumber: alalam.ir; khamenei.ir dan lainnya