Syaikh Shaduq: Pengalir Ilmu Pengetahuan
Syaikh Shaduq: Pengalir Ilmu Pengetahuan
Bernama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husein bin Musa bin Babuweih Qummi, terkenal dengan nama Syaikh Shaduq (Ibn Babuweih). Ia telah mempelajari fiqih dengan banyak guru termasuk ayahnya sendiri, Abul Hasan Ali bin Husein bin Musa Qumi. Sang ayah juga seorang alim fiqih Syiah menjumpai Husein bin Ruh, wakil ketiga Imam Mahdi a.s. Berkat doa Imam Mahdi, ia memiliki tiga anak, dan Syaikh Shaduq adalah anak tertuanya.
Untuk bertemu dengan Abu Abdillah Mi’mat Raqib, Syaikh Shaduq pergi ke Balkh dan menulis buku Man La Yahdharhu Al-Faqih dengan namanya. Syaikh Shaduq di akhir-akhir usianya tinggal di kota Rey yang tengah dikuasai oleh Keluarga Buweih. Di sana, ia sangat dihormati oleh Rukn Al-Daulah dan menterinya, Ibn Ibad.
Pada tahun 381 H, Syaikh Shaduq meninggal dunia di kota Rey dan dikuburkan di sana. Makamnya menjadi pusat dan tujuan ziarah sampai sekarang. Di antara karya-karyanya ialah Man La Yahdharhu Al-Faqih, Ilal Al-Syara’i’, Tsawab Al-A’mal, Al-Khisal, Al-I’tiqad, ‘Uyun Akhbar Al-Ridha dan Al-Tauhid.
Dikenal juga dengan nama Ibn Babuweih, Syaikh Shaduq adalah kebanggaan fuqaha dunia Syiah dan perawi yang berkedudukan tinggi pada paruh kedua abad 4 H. Setelah tahun 305 H dimana wakil kedua Imam Mahdi a.s meninggal dunia, guru agung Husein bin Ruh Al-Nubakhti menjadi wakil ketiga Imam Mahdi a.s yang memediasi Imam a.s. dan masyarakat Syiah. Ayah Syaikh Shaduq, Ali bin Babuweih Qummi yang merupakan ulama kota Qom, memasuki kota Baghdad. Dan karena sampai masa itu ia tidak memiliki anak, dan ia menderita karena itu, maka ia memanfaatkan kesempatan berada di Baghdad.
Untuk itu, ia menulis surat kepada Husein bin Ruh Al-Nubakhti dan memintanya agar meneruskan suratnya kepada Imam Mahdi a.s.. Di surat itu, ia mengungkapkan keinginannya untuk memiliki anak laki-laki. Jawaban Imam mahdi a.s. juga diterima Ali bin Babuweih bahwa kami sudah mendoakanmu, segera Allah akan memberikanmu anak laki-laki yang alim dan berperangai mulia. Dengan demikian, Allah SWT memberkatinya dengan kelahiran Syaikh Shaduq pada tahun 311 H dan terwujudlah doanya Imam Mahdi a.s.
Sanad riwayat ini sangat muktabar dan kredibel, sebagaimana Syaikh Shaduq sendiri menyinggungnya dalam buku Kamal Al-Din. Syaikh Thusi juga membawa riwayat ini, dalam buku Al-Ghaybah, hlm. 195. Begitu juga hadis ini dikutip oleh sarjana bijak, Syaikh Al-Najasyi, dalam buku, Rijal Al-Najasyi, hlm. 184.
Pendidikan
Syaikh Shaduq di masa mudanya setelah mempelajari ilmu-ilmu pengantar. Ia juga mempelajari ilmu hadis dan fiqih dari para fukaha dan perawi besar kota Qom seperti: Ali bin Babuweih, sang ayah, dan Muhammad bin Husein bin Walid, pemuka fukaha Qom, Ahmad bin Ali bin Ibrahim Qumi, Husein bin Idris Qumi dan nama-nama besar lain. Karena hidup semasa kesultanan Al-Buweih yang mendominasi sebagian besar dunia Islam, ia bermaksud bertemu dengan guru-guru agung lainnya di berbagai tempat berpenduduk Syiah. Perjalanannya dimulai ke titik tujuan yang jauh dan cukup panjang.
Syaikh Shaduq di tahun 347 H mempelajari hadis dari Abul Hasan Muhammad bin Ahmad bin Ali Asadi yang terkenal dengan nama Ibn Jaradah Barda’i di kota Rey. Dan pada tahun 352 H, ia menyimak hadis dari para ulama kota Neisyabur seperti: Abu Ali Husein bin Ahmad Baihaqi, Abdur Rahman Muhammad bin Abdus. Begitu juga di Muru ia berhasil memperoleh hadis dari tokoh-tokoh hadis seperti: Abul Hasan Muhammad bin Ali bin Faqih dan Abu Yusuf Rafi’ bin Abdullah. Ia juga menyimak hadis di Kufah, Mekkah, Baghdad, Balkh dan Sarkhas.
Pada tahun 347 H, atas permintaan Rukn Al-Daulah Dailami, Syaikh Shaduq tinggal di kota Rey dan memimpin kehidupan ilmiah dan madzhab Syiah. Kepribadian ilmiah dan spiritualnya sedemikian rupa sehingga para fukaha dan sarjana-sarjana Syiah acapkali mendengar namanya, mereka menyebutnya dengan penuh hormat, sebagaimana seorang faqih terkemuka seperti: Bahrul Ulum, menyebutnya dengan nama “Pemimpin Ahli Hadis”.
Guru-guru
Para guru-guru Syaikh Shaduq tidak bisa dihitung, tetapi sarjana peneliti ternama, mendiang Syaikh Abdurrahim Rabbani Syirazi, menyebutkan 252 nama guru beliau, dimana sebagian dari mereka termasuk dari guru-guru terkemuka, yaitu:
- Ali bin Babuweih Qummi, sang ayah
- Muhammad bin Hasan Walid Qummi
- Ahmad bin Ali bin Ibrahim Qummi
- Ali bin Muhammmad Qazwini
- Ja’far bin Muhammad Syadzan
- Ja’far bin Muhammad bin Qulaweih Qummi
- Ali bin Muhammad bin Mehriar
- Abul Hasan Khuyuthi
- Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Aswad
- Abu Ja’far Muhammad bin Ya’qub Kulaini
- Ahmad bin Ziyad bin Ja’far Hamadani
- Ali bin Ahmad bin Abdullah Qarqi
- Muhammad bin Ibrahim Laitsi
- Ibrahim bin Ishaq Thaliqani
- Muhammad bin Qasim Jarjani
- Husein bin Ibrahim Maktabi
Murid-murid
- Syaikh Mufid
- Muhammad bin Muhammad bin Ni’man
- Husein bin Abdullah
- Harun bin Musa Tal’akbari
- Husein bin Ali bin Babuweih Qummi, sang saudara
- Hasan bin Husein bin Babuyah Qummi, sang keponakan
- Hasan bin Muhammad Qumi (penulis sejarah Qom)
- Ali bin Ahmad bin Abbas Najasyi, ayah Al-Najasyi
- Alamul Huda (Sayyid Murtadha)
- Sayyid Abul Barakat Ali bin Husein Jauzi
- Abul Qasim Ali Khazzaz
- Muhammad bin Sulaiman Hamrani
Karya Ilmiah
Syaikh Thusi menulis bahwa Syaikh Shaduq telah mengarang 300 jilid buku, dan dalam Al-Fihrist terdaftar 40 buku. Sementara Syaikh Al-Najasyi mendaftar 189 buku. Bebarapa judul karya beliau adalah sebagai berikut:
- Man la Yahduruhu Al-Faqih
- Kamal Al-Din wa Itmam Al-Ni’mah
- Al-Amali
- Shifat Al-Syi’ah
- Uyun Akhbar Al-Imam Al-Ridha a.s.
- Mushadafat -Ikhwan
- Al-Khishal
- Ilal Al-Syara’i’
- Al-Tauhid
- Isbat-e Velayat-e Ali a.s.
- Ma’refat
- Madinat Al-Ilm
- Muqni’ dar Feqh
- Ma’ani Al-Akhbar
- Masyikhat Al-Faqih
- ‘Uyun Al-Akhbar
Kesaksian para Pemuka Ilmu
Syaikh Thayifah, Muhammad bin Hasan Thusi (w. 460 H) adalah murid Shaikh Shaduq dengan perantara satu guru. Ia menyebut sang guru sebagai berikut,
“Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Husein bin Babuweih Qummi adalah sarjana berkedudukan tinggi, pemuka, penghafal hadis-hadis. Di antara para ulama Qom, tidak ditemukan tokoh seperti Syaikh Shaduq. Ia hampir memiliki tiga ratus jilid karya.”
Seorang jenius besar dan faqih pemecah tradisi, terkenal dengan nama Muhammad bin Idris Hilli (w. 598 H) mengatakan dalam buku berharganya, Al-Sara’ir, “Sarjana terpercaya, terhormat, ahli hadis, pengkritik karya, alim berkedudukan tinggi, penghafal besar hadis, guru dan pemimpin kita adalah Syaikh Muhammad bin Babuweih.”
Ibn Syahr Ayub juga menyebut nama Shaikh Shaduq sebagai pejuang Qom. Allamah Hilli mengagungkannya seperti cara Najasyi membanggakannya dengan nama Wajah Mazhab (wajh al-tha’ifah).Anak terhormat Allamah Hilli, yaitu Fakhrul Muhaqqiqin, menyebut Syaikh Shaduq dengan nama Syaikh Imam.
Di antara Fuqaha besar, kita cukupkan dengan kesaksian Allamah Bahrul Ulum, “Abu Ja’far bin Ali bin Husein bin Musa bin Babuweih Qummi adalah pemimpin dari para pemimpin Syiah dan salah satu pilar syariat. Ia adalah ketua para perawi, dan ia jujur dalam apa yang dinukilnya dari para Imam suci. Ia lahir berkat doa Imam Mahdi a.s. Ia telah mencapai kebijaksanaan dan kehormatan besar di jalan ini.”
Wafat
Syaikh Shaduq hidup dengan kehormatan besar, menempuh hidupnya yang panjang dan mengarang 300 jilid buku berharga dalam rentang tujuh puluh tahun lebih, sampai akhirnya ia meninggal dunia pada tahun 381 H. Makamnya sekarang berada di kota Rey dengan nama Ibn Babuweih, dan hingga kini masih menjadi titik tujuan para peziarah. (AFH)