Syarah Ziarah Arba’in (Bag. Terakhir)
Penggalan kelima: Pelajaran dari Imam Husain, penghulu syuhada’
اشهَدُ انـَّكَ اَمينُ الله و ابنُ امينهِ؛
Aku bersaksi bahwa Anda adalah aminullah (pengemban dan pelaksana amanah Allah) dan putra aminullah
عِشتَ سَعيداً وَ مَضَيتَ حَميداً وَ متَّ فـَقيداً مـَظلوُماً شهيداً؛
Anda hidup bahagia, meninggal terpuji, wafat terasing, teraniaya, dan syahid
و اشهـَدُ انَّ الله مـُنجـِزٌ ما وَعـَدَكَ؛
Dan aku bersaksi bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya kepada Anda
و مُهلِکٌ مَن خـَذلـَكَ و مُعـَذبٌ مَن قتلكَ؛
Menghancurkan mereka yang telah menghinakan Anda dan menurunkan bencana kepada mereka yang telah membunuh Anda
و اشهـَدُ انـَّكَ وَفيتَ بِعَهدِ الله؛
Dan aku bersaksi bahwa Anda telah menunaikan janji Allah
و جاهـَدتَ فی سـَبيلِهِ حتی اتيكَ اليـَقينُ؛
Telah berjihad di jalan-Nya hingga kematian menghampiri Anda
Imam Husain a.s. dalam peristiwa tersebut telah memberikan berbagai pelajaran praktis kepada umat manusia sepanjang sejarah. Berikut ini pelajaran singkat yang dapat dipetik:
- Kemuliaan individual
- Tauhid dan irfan
- Ibadah dan penghambaan
- Tidak mengasingkan diri dalam menghadapi dunia dan gemerlapnya
- Pasrah/tunduk kepada ridha Allah
- Mengenal seluruh nilai Ilahi dan insani
- Keberanian dan kewibawaan
- Sabar dalam menghadapi kesulitan
- Kemuliaan dan harga diri
- Jiwa pemaaf dan pemurah
- Tidak takut menghadapi kematian dan syahadah, bahkan menjemputnya
Dan kemuliaan-kemuliaan individual lainnya yang disebutkan dalam berbagai kitab.
- Sosial Politik
- Pengorbanan
- Kesetiaan
- Kesetaraan dan penafian diskriminasi yang tidak layak
- Kemuliaan politik
- Amar makruf dan nahi mungkar
- Tidak adanya kemenangan sejati dalam mayoritas
- Mengorbankan kemaslahatan (pribadi) untuk kebenaran; artinya meninggalkan politik konservatif untuk membuktikan kebenaran
- Melakukan perlawanan terhadap kezaliman dan kesewenang-wenangan, tidak berbait kepada para tirani dan kaum arogan
- Tidak terpisahkannya politik kebenaran dengan keberagamaan dan bersatunya semangat perjuangan dengan irfan.
Kalimat “بأبي انت و امي” (Ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda) digunakan untuk doa tafdiyah,[1] dengan arti, apabila bencana atau musibah menimpa Anda, semoga Allah menebus dan menjaga Anda dengan jiwa ayah dan ibuku. Pada hakikatnya, doa ini digunakan untuk menghormati kebesaran dan keagungan lawan bicara.
Pesan dan pelajaran ini ibarat tetesan air laut yang bersumber dari manusia-manusia teladan. Maka mustahil orang yang selalu menyelaraskan diri dengan imam, tidak dipandang di sisi Allah atau husnul khatimah? Mustahil pula orang yang dalam kehidupan dunia seakidah, searah dan harmonis dengan imam (dari sisi individual, sosial, politik), akan jauh dari imam, rahmat dan maghfirah-Nya?
Pada prinsipnya, jaminan kebahagiaan akhirat tergantung kepada kebahagiaan di dunia. Ketika kita mengetahui nilai yang terkandung dalam kebersamaan dengan Imam Husain, layak kiranya dengan seluruh kerendahan dan kekhusyukan kita mengharapkan kedekatan dan diterimanya amal di sisi-Nya.
Penggalan keenam: Memperbarui baiat kepada Imam Husain sang penghulu syuhada’
اللهم انّی اُشهـِدُكَ اَنّی وَلیٌ لِمَن والاهُ؛
Ya Allah! Sesungguhnya aku menjadikan-Mu saksi bahwa aku pencinta orang yang mencintai Husain
و عـَدُوٌ لـِمَن عاداهُ؛
Dan musuh orang yang memusuhi Husain
بِابی انتَ وَ اُمّی يابنَ رَسولِ الله؛
Ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda, wahai putra Rasulullah!
Maksudnya bahwa kami akan berdamai dengan para pencinta Anda dan berperang dengan musuh-musuh Anda, selalu bersama Anda (wahai imam) dalam segala kesulitan dan musibah, juga dalam seluruh kegembiraan dan kesenangan, bahkan kami akan berusaha menjadi seperti Anda.
Apakah mungkin pengikut sejati mengikuti Ahlulbait dalam sikap damai mereka, namun dalam peperangan bersikap acuh tak acuh atau bahkan melawan mereka? Apakah mungkin Syiah sejati bersama Ahlulbait dalam perang, namun menentang mereka dalam perdamaian? Tidaklah demikian, karena makna hakiki Syiah adalah mengikuti dalam segala hal. Pengikut sejati jiwanya selalu bersama dan menyatu dengan imamnya. Oleh karena itu, sikap damai imam adalah sikap damai pengikut sejati dan peperangan imam adalah peperangannya.
Saat anggota kelima dari Alu Aba’ masuk ke bawah selimut, Nabi saw bersabda sambil menengadahkan tangan ke langit:
“Ya Allah! Sesungguhnya mereka adalah Alulbaitku, kerabat istimewaku, dan pelindungku, daging mereka adalah dagingku, darah mereka adalah darahku, yang menyakiti mereka akan menyakitiku, yang menyedihkan mereka akan membuatku bersedih. Aku berperang terhadap orang yang memerangi mereka, berdamai dengan orang yang berdamai dengan mereka, musuh orang yang memusuhi mereka, mencintai orang yang mencintai mereka. Sesungguhnya mereka dariku dan aku dari mereka. Ya Allah! Limpahkanlah shalawat, rahmat dan maghfirah-Mu kepadaku dan mereka, jauhkanlah segala noda dari mereka, dan sucikanlah mereka!”[2]
Lafad “بِابی انتَ وَ اُمّی” dapat diartikan bahwa kita sedang menyatakan koneksi dan penyatuan kita dengan imam sehingga kematian mereka sama dengan kematian kita dan ayah ibu kita. Artinya, ketika imam terbunuh, kita dan ayah ibu kita atau siapapun yang bersama kita ribuan kali telah terbunuh dan dihidupkan kembali. Imam Husain pernah berkata, “Hari ini datukku Rasulullah meninggal dunia.” Saat Imam Husain menyatakan itu, Nabi saw. telah lama meninggal. Ini menunjukkan bahwa rangkaian para penyembah dan pengesa Allah menyatu dalam ridha dan murka, mati dan hidup, bahagia dan sedih, damai dan perang…
Penggalan ketujuh: Kemuliaan keluarga Imam Husain a.s.
اشهَدُ انـَّكَ کـُنتَ نوراً فی الاَصلابِ الشـّامِخة و الارحامِ المـَطهَّرة؛
Aku bersaksi bahwa Anda adalah cahaya dalam sulbi (datuk-datuk Anda) yang mulia dan rahim (ibu-ibu Anda) yang suci.
لم تـُنَجـِّسك الجاهلية بانجاسِها؛
Masa jahiliyah tidak menodai Anda dengan noda-nodanya
و لم تـُلبـِسكَ المُدلَهمـّاتُ مِن ثيابـِها؛
Pakaian jahiliyah tidak pernah membungkus Anda
و اشهـَدُ انـَّكَ مِن دَعائم الدّين وَ ارکان المـُسلمين و مَعقــِلِ المـَؤمنين؛
Aku bersaksi bahwa Anda adalah tonggak agama, sandaran kaum muslimin, benteng kokoh pelindung kaum mukminin.
و اشهـَدُ انـَّكَ الامامُ البـِرُّ التـَّقی الرَّضی الزَّکی الهادی المهدی؛
Aku bersaksi bahwa Anda pemimpin yang baik dan bertakwa, diridhai dan suci, pemberi hidayat dan bimbingan.
Penggalan kedelapan: Sifat-sifat para imam keturunan Imam Husain a.s.
و اشهـَدُ انَّ الائِمَة مِن وُلدِكَ کـَلِمَة التـَّقوی؛
Dan aku bersaksi bahwa para imam dari keturunan Anda adalah kalimat taqwa
و اعلامُ الهُدی وَ العـُروَة الوثـقی وَ الحُجَّة علی اَهلِ الدُّنيا؛
Panji-panji hidayat, buhul tali yang kokoh, dan hujjah atas penduduk bumi
Penggalan kesembilan: Keyakinan-keyakinan Syiah
و اشهـَدُ انّی بـِکُم مؤمِنٌ وَ بايابِکُم مُوقن بـِشرايع دينی و خـَواتيم عَمـَلی؛
Aku bersaksi bahwa aku mengimani kalian dan meyakini raj’ah kalian dengan syariat agamaku, dan kesudahan amalku
وَ قـَلبی لـِقـَلبـِکـُم سـِلم؛
Hatiku pasrah/tunduk pada hati kalian
و اَمری لامرِکـُم مـُتـَّبـِع وَ نُصرَتی لـَکُم مُعدَّة، حتی ياذنَ اللهُ لـَکـُم؛
Urusanku ikut pada perintah kalian, pertolonganku kusiapkan untuk kalian hingga Allah mengizinkan untuk (kebangkitan/kemunculan) kalian
فمعکم لا مع عدوکم؛
Semoga aku selalu bersama kalian, tidak bersama musuh kalian
Penggalan kesepuluh: Shalawat kepada Ahlulbait a.s.
صلواتُ اللهِ علـَيکـُم و علی ارواحِکـُم وَ اجسادِکُم؛
Shalawat Allah senantiasa tercurah kepada kalian, pada arwah dan jasad kalian
وَ شاهـِدِکـُم و غائبـِکـُم وَ ظاهـِرِکـُم و باطنکم؛
Pada kehadiran dan keghaiban kalian, zahir dan batin kalian
امينَ ربَّ العالمين؛
Amin ya Rabbal ‘alamin.
======================================
[1] Kalimat بأبي وأمي bukanlah termasuk sumpah, akan tetapi kalimat yang digunakan oleh orang Arab untuk mengungkapkan dalamnya rasa cinta kepada seseorang dan tingginya kedudukannya. (Lihat: Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj, An-Nawawy, jilid 15, halaman 184).
Asal kalimat ini adalah: أنت مَفْدِيٌّ بأبي وأمي atau فَدَيْتُكَ بأبي وأمي (Aku akan menebus Anda dengan ayah dan ibuku [apabila terjadi sesuatu yang tidak baik], kemudian disingkat menjadi: بأبي وأمي karena sering digunakan dan juga karena sudah diketahui maksudnya.
[2] Qazwini, Sayid Muhammad Kadhim, Fatimah Zahra a.s., halaman 92, dinukil dari ‘Awalim Al-Kabir.
“اللّهم انّ هؤلاء اهل بيتی و خاصّتی و حامّتی، لحمهم لحمی و دمهم دمی، يؤلمنی ما يؤلمهم و يُحرجنی ما يُحرجهم، انا حربٌ لمن حاربهم و سلمٌ لمن سالمهم و عدوٌّ لمن عاداهم و محبٌّ لمن احبّهم، انّهم منی و انا منهم…“