“Ayah, Bunda, Yuuk … Bermain Bersama Anak!”
Bermain merupakan sebuah kegiatan yang sangat disukai dan sangat penting bagi anak-anak. Terkhusus, pada usia 0-7 tahun, bermain merupakan kebutuhan mendasar dan merupakan dunia anak-anak. Dengan bermain, anak dapat bebas melakukan kegiatan yang disukainya dan mendapatkan hiburan. Kegiatan bermain juga dapat diselaraskan dan digabungkan dengan belajar sehingga bermain, selain anak-anak menjadi senang, juga mendapatkan ilmu dari belajar.
Berkaitan dengan pentingnya peran orang tua dalam hal ini, banyak hadis-hadis yang menjelaskan tentang hal tersebut. Bahkan, sebagian hadis menceritakan langsung aktifitas bermain Rasulullah saww dan para imam as lainnya bersama anak-anak.
Rasulullah saww bersabda, “Siapa yg memiliki anak, hendaknya bersikap kekanak-kanakkan di hadapan anaknya,”[Syeikh Shaduq, Man La Yahdhurul Faqih]
Imam Ali as berkata, “Barangsiapa yang memiliki anak, bersikaplah kekanak-kanakkan,”[Kulaini, al-Kafi]
Dalam kitab Manaqib Ibnu Syahr Asyub diceritakn bahwa Nabi Muhamad saww merangkak untuk Hasan dan Husein.
Beliau bersabda, “Sebaik-baiknya onta, onta kalian berdua.”
Imam Hasan dan Imam Husein duduk di atas punggung Nabi Muhamad saww, lalu beliau berjalan merangkak semacam bermain kuda-kudaan jika di negeri kita.
Abu Hurairah meriwayatkan hadis dalam Bab keutamaan sahabat.
“Aku melihat Rasulullah saww memegang kedua tangan Hasan dan Husein berada di punggung kakinya dan berkata, “Ayo …, naik sayangku! Ayo …, naik sayangku!” Diriwayatkan juga oleh Abu Hurairoh, ia berkata bahwa dirinya tengah bersama Rasulullah saww, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah dan lainnya, tiba-tiba Ali masuk bersama putranya, Husein. Kemudian Rasulullah saww pun memeluk dan mencium Husein seraya berkata, “Sayangku, sayangku, ayo … naiklah, buah hatiku!” Lalu beliau menempelkan mulutnya pada mulut Husein seraya berdoa,
“Ya Allah aku mencintainya, maka cintailah dia dan orang-orang yang mencintainya.[Kifayatul Atsar]
Riwayat-riwayat tersebut menekankan tentang pentingnya bermain bagi anak dan bermain bersama anak. Dalam hal tersebut telah dicontohkan langsung oleh Rasulullah saww. Saat orang tua menjadi mitra bermain anak-anak, itu sangat berarti bagi mereka. Orang tua tidak hanya jadi penonton saja, atau hanya memberikan motivasi, tapi ada kalanya harus terjun langsung dan menjadi mitra main anak-anak.
Kenapa? Karena banyak manfaat yang dihasilkan dari hal tersebut, seperti akan memberikan kehangatan pada anak, mempererat ikatan batin antara anak dan orang tua, memotivasi anak supaya dapat mengeksplorasi kemampuannya, memberikan rasa aman dan nyaman bagi si kecil, menurunkan suhu, mengurangi perbedaan, membangkitkan rasa percaya diri, kemandirian, inisiatif, kreativitas anak, memenuhi kebutuhan jiwa anak, dan sebagai sarana transfer ilmu dan pengetahuan dari orang tua kepada anak.
Karena itu, peran orang tua dalam menemani anak bermain, atau ikut terlibat dalam bermain itu sangatlah penting. Seperti yang kita ketahui, bermain merupakan salah satu cara untuk menstimulasi kecerdasan anak, dimana ia bisa mengoptimalkan berbagai jenis kemampuannya. Artinya, dengan bermain, anak dapat mengasah motorik halus dan kasarnya, mengembangkan fantasi, persepsi ruang, kemampuan verbal dan numerik, mengenal tekstur, warna, nada, dan sebagainya tanpa beban. Kemampuan yang diperoleh dari pengalaman bermain secara alami diyakini akan memfasilitasi perkembangan berbagai jenis kecerdasan.
Seperti yang dikemukakan oleh Howard Gardner bahwa terdapat kecerdasan majemuk pada manusia; kecerdasan bahasa, kecerdasan logik-matematik, kecerdasan spasial-visual, kecerdasan kinestik-tubuh, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal/sosial, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Dengan bermain, hampir semua jenis kecerdasan tersebut bisa dihasilkan.
Dalam bermain, salah satu peran sentral orang tua adalah memotivasi anak. Peran memotivasi dilakukan dialog dengan anak untuk meningkatkan rasa percaya diri anak, kemandirian, inisiatif, kreativitas, serta bahasa anak. Namun jangan lupa pula untuk memberikan kebebasan anak dalam menentukan permainan yang diinginkan. Biarkan dia mengeluarkan ide atau gagasannya sendiri.
Kemudian juga peran mengawasi. Memberikan kebebasan anak untuk memilih jenis permainan yang ia inginkan, harus juga disertai dengan proses pengawasan dari orang tua saat anak memainkan permainan tersebut. Juga, berperan sebagai mitra bermain bersama anak. Fungsi ini menunutut keterlibatan orang tua untuk bermain bersama anak. Dalam hal ini, bila orang tua bermain bersama anak, jangan sampai terjadi persaingan antara orang tua dan anak, atau orang tua yang bertindak otoriter karena tidak mau dikalahkan oleh anak.
Berilah anak kesempatan untuk bisa mengeksplorasi kemampuannya, meskipun sebenarnya ia belum mahir. Berikan kemenangan untuk anak saat bermain permainan lomba akan memacu motivasinya agar bersemangat untuk melakukan jenis perlombaan lainnya. Sesekali, orang tua pun bisa membuat suatu kondisi di mana anak berada dalam posisi kalah. Kekalahan ini bertujuan untuk membentuk jiwa berjuang anak agar tidak mudah menyerah pada setiap langkahnya.
Agar suasana bermain lebih menyenangkan, terdapat tips-tips yang bisa dilakukan, seperti menunjukkan wajah ceria sebelum memulai bermain, selama, dan setelah bermain, meskipun sudah merasa lelah, memperbanyak komunikasi verbal dengan anak saat bermain. Komunikasi verbal akan membuat si kecil semakin bersemangat dan pandai untuk mengetahui hal-hal baru dari permainan tersebut, sesekali, menunjukkan mimik-mimik lucu dari wajah orang tua kepada anak, sehingga akan membuat anak tertawa geli. Jika orang tua memainkan permainan dengan anak yang bersifat ketangkasan, berilah kesempatan sesekali pada si anak untuk bisa meraih kemenangan. Dengan begitu, si kecil akan merasa termotivasi. Jangan lupa memberikan tepuk tangan dan sedikit sanjungan, seperti “Horee …, anak Ayah dan Bunda pintar!” kepada anak sebagai upaya motivasi dan menumbuhkan kepercayaan dirinya.
Usai bermain, ajarkan anak untuk membereskan mainannya dengan cara menyenangkan misalnya sembari bernyanyi atau mengajaknya berlomba membereskan mainan. Orang tua pun bisa sesekali memberikan reward tertentu pada anak kalau ia mau membereskan mainannya sendiri, misalnya dengan memberikan kue favoritnya, atau lainnya.
Singkatnya, banyak sekali manfaat yang didapati jika orang tua menjadi mitra main anak, yang terpenting anak akan merasakan kehadiran orang tuanya. Anak akan merasakan bahwa orang tuanya sangat peduli kepadanya, itu adalah sebuah penghargaan yang luar biasa bagi anak.
Karena itu, “Ayah, Bunda, Yuk …, bermain bersama anak!” Jangan anggap remeh hal ini, ini hal yang luar biasa yang membantu dalam menciptakan karakter anak yang riang, kreatif, dan bahagia. Juga, dengan melakukan hal ini kita telah meneladani Rasulullah saww. Banyak diceritakan dalam sejarah bahwa beliau menjadi mitra main anak-anak, baik dari keluarganya, maupun anak-anak lainnya.