Cukup Katakan, “I love you”, pada Pasangan!
Imam Shadiq as berkata, “Apabila engkau mencintai seseorang maka katakanlah, ‘Aku cinta padamu’, karena mengungkapkan rasa cinta akan menambah hubungan kalian semakin erat.” (Ushul-Kafi, jil, 2, hal 644).
Sekadar mengatakan i love you kepada pasangan hidup, bukan hanya tak beresiko, justru cara yang kecil tapi mengundang banyak dampak positif. Bahkan mungkin berkali-kali dalam sehari mereka saling berkirim pesan SMS, “I love you…”, atau kalau perlu ditulis di wall facebook mereka, seakan ingin semua orang tahu bahwa mereka saling mencintai. Memang, umumnya pasangan yang baru memulai mahligai pernikahan akan merasa bahwa dunia hanya milik mereka berdua. Segala terlihat indah bagi kedua pasangan tersebut Mungkin itulah sebabnya bulan-bulan awal-awal pernikahan disebut sebagai ‘bulan madu’ karena terasa manis bagaikan madu.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu, kedua pasangan mulai menyaksikan kekurangan satu sama lain. Perselisihan pun sangat mungkin muncul karena pernikahan adalah mengumpulkan dua pribadi yang berbeda dalam satu atap yang sama. Sangat wajar bila ada kebiasaan-kebiasaan suami yang tidak disukai istri, atau sebaliknya. Bila keduanya tidak mampu saling bertoleransi, sesekali akan muncul pertengkaran. Hal ini jelas akan mengurangi keharmonisan dan kehangatan hubungan keluarga. Lama-kelamaan, bila kondisi ini dibiarkan, sangat mungkin perjalanan hidup keluarga menjadi hambar dan hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk membesarkan anak-anak. Gairah hidup terasa hilang. Dan bila tidak berhati-hati, setan pun menggoda, menghembuskan rayuan agar masing-masing pihak berselingkuh. Nauzubillah min dzalik.
Untuk tetap merekatkan cinta dan kasih sayang, sangat perlu pengungkapan rasa cinta itu. Pertengkaran, rasa ketidakcocokan, atau kemarahan, bisa hilang ketika kedua pihak selalu ingat dan yakin akan keteguhan cinta masing-masing. Rasulullah saww dan Ahlulbait as telah memberikan panduan agar suami-istri selalu memperbaharui rasa cinta dengan cara mengungkapkan rasa cinta itu.
Rasulullah saww bersabda, “Seorang hamba yang semakin bertambah imannya kepada Allah Swt, maka kecintaan kepada istri pun akan semakin bertambah.”[1]
Rasulullah saww bersabda, “Ungkapan manis suami kepada istrinya “aku cinta padamu” maka tidak akan pernah sirna dari hati perempuan.”[2]
Psikolog yang menyatakan bahwa memang sudah menjadi sifat dasar pria untuk sulit mengatakan ‘I Love You‘ karena faktor dominannya hormon testosteron dalam dirinya. Pria lebih cenderung mengungkapkan cinta dengan tindakan, bukan dengan kata-kata. Sebaliknya perempuan yang didominasi hormon estrogen, cenderung mudah menyatakan cinta dan menginginkan pernyataan cinta dari pasangannya.[3]
Namun, perbedaan ini tentu tidak boleh menjadi alasan bagi pasangan untuk tidak saling menyatakan cinta kepada satu sama lain. Yang perlu dilakukan adalah bertoleransi. Suami perlu berlatih menyatakan cinta dalam kata-kata karena memang istri sangat membutuhkan ungkapan cinta itu. Sebaliknya, istri pun memahami kesulitan suami dalam menyatakan cinta dalam kata-kata dan lebih memerhatikan ungkapan cinta suami dalam tindakan nyata. Misalnya, suami yang bekerja keras mencari nafkah untuk anak-istrinya, itu sesungguhnya pernyataan cinta dalam bentuk tindakan.
Apalagi, sekali lagi, bukankah teladan dari Ahlulbait as untuk mengungkapkan cinta kepada pasangan?
Imam Shadiq berkata, “Apabila engkau mencintai seseorang maka katakanlah (aku cinta padamu), karena menunjukkan dan mengungkapkan rasa cinta akan menambah hubungan kalian semakin erat.”[4]
Imam Shadiq berkata, “Barangsiapa yang lebih mencintai kami, maka ia akan lebih mencintai istrinya.” [5]
Walaupun usia perkawinan Anda telah usang, jangan biarkan rasa cinta dan kasih sayang Anda ikut lapuk ditelan waktu. Cinta bagaikan pohon yang harus terus disiram dan diberi pupuk, agar tetap tumbuh dan menghijau. Karena itu, jangan ragu katakan kepada pasangan Anda, “aku cinta padamu”…”i love you”… “uhibbuki”… “dustet daram”.
[Euis Daryati/Itrah/Rubrik Keluarga Harmonis]
[1] Bihar-Anwar, jil 103, hal 228
[2] Wasa’il Asy-Syi’ah, jil 14, hal 10, hadis ke-9
[3] Kompas/14/2/2011
[4] Ushul Kafi, jil 2, hal 644.
[5] Wasail asy-Syiah, jil 14, hal 11.