Keagungan dan Maqam Sayidah Fathimah Maksumah a.s.
Euis Daryati, MA______ Sayidah Maksumah a.s. memiliki maqam spiritual dan keilmuan yang sangat tinggi. Nama beliau ialah Fathimah al-Kubra. Beliau memiliki gelar Maksumah atau perempuan yang suci dari dosa, dan Karimah Ahlulbait, atau perempuan kemuliaannya Ahlulbait. Beliau adalah putri Imam Musa al-Kadzim dan Najmah Khatun. Berdasarkan pendapat masyhur, beliau lahir tanggal satu Dzulqaidah 173 Hijriah di kota Madinah. Hadis berikut dari Imam Ali Ar-Ridha a.s. sudah cukup menggambarkan kedudukan agungnya,
مَنْ زارَ الْمَعْصُومَةَ بِقُمْ كَمَنْ زارَنى
“Barangsiapa yang menziarahi Maksumah di Qom seperti telah menziarahiku.”[1]
Penulis kitab Nasikh-Tawarikh dalam menggambar kedudukan beliau menyatakan bahwasanya beliau sebagai kekasih Allah (waliyatullah), manusia suci, ahli ibadah, seorang yang zuhud, sangat bertakwa dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT.
Maqam Syafaat Sayidah Maksumah a.s.
Di antara keagungan Sayidah Maksumah a.s. adalah memiliki maqam syafaat. Beliau termasuk salah satu sosok agung yang dapat memberikan syafaat. Terkait hal ini Imam Jakfar Shadiq a.s. berkata,
«…أَلَا إِنَّ لِلْجَنَّةِ ثَمَانِيَةَ أَبْوَابٍ ثَلَاثَةٌ مِنْهَا إِلَى قُمَّ تُقْبَضُ فِيهَا امْرَأَةٌ مِنْ وُلْدِي اسْمُهَا فَاطِمَةُ بِنْتُ مُوسَى وَ تُدْخَلُ بِشَفَاعَتِهَا شِيعَتِي الْجَنَّةَ بِأَجْمَعِهِمْ»
“Ketahuilah sesungguhya bahwa surga memiliki delapan pintu, tiga di antaranya adalah menuju Qom, di sana terdapat putri perempuan dari keturunanku yang bernama Fathimah binti Musa, dengan syafaatnya pengikutku akan masuk surga seluruhnya.”[2]
Dalam doa ziarah untuk beliau disebutkan,
يا فاطمة اشفعي لي في الجنة، فان لك عند الله شأن من الشأن
“Wahai Fathimah, syafaatilah aku untuk dapat masuk ke sorga, karena engkau memiliki kedudukan di sisi Allah SWT.”
Maqam syafaat tidak didapati oleh semua orang, melainkan hanya dimiliki oleh orang-orang yang diberi ijin oleh Allah SWT untuk memberikan syafaat, “Tidak ada yang dapat memberikan syafaat di sisi-Nya tanpa ijin-Nya …”[3]
Ijin Allah SWT terhadap seseorang agar dapat mensyafaati orang lain itu atas dasar kedudukan agung yang dimiliki oleh individu tersebut.
Beberapa ulama agung seperti Abul Qasim dalam berbagai sumber menyatakan bahwa di antara para putri Imam Musa al-Kazim a.s. hanyalah Fathimah yang bergelar Maksumah (perempuan yang suci dari dosa dan kesalahan). Begitupula Syeikh Abbas Qummi dmenyatakan bahwa berdasarkan sumber yang sampai kepada kita, Sayidah Maksumah merupakan putri termulia di antara para putri Imam Musa al-Kazim as. Kuburan beliau merupakan tempat berteduhnya para pendoa, dan kelahiran serta kedudukan mulia beliau telah disampaikan oleh Imam Jakfar Shadiq a.s. beberapa tahun sebelum kelahirannya seperti yang telah disebutkan dalam sebuah riwayat,
“Akan meninggal dan dikuburkan seorang perempuan dari salah satu anak keturunanku yang namanya adalah Fathimah putri Musa al-Kadzim a.s., seorang perempuan yang dengan syafaatnya pada hari kiamat, seluruh pengikut Syiah akan masuk sorga.”[4]
Keilmuan Sayidah Maksumah as dan Perawi Hadis
Sayidah Maksumah a.s. sangat berilmu juga seorang perawi hadis. Berikut ini sebuah riwayat yang menjelaskan tentang tingkat intelektualitas dan keilmuan Sayidah Fathimah Maksumah a.s.,
“Suatu hari, berangkatlah sekelompok pengikut Syiah menuju kota Madinah. Mereka pergi untuk meminta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka kepada Imam Musa al-Kazim a.s. Saat tiba di halaman rumah beliau, mereka mendapat berita bahwa beliau tengah berada dalam perjalanan. Padahal, mereka harus cepat kembali ke kampung halamannya. Akhirnya dengan terpaksa mereka meninggalkan tempat itu, dan menulis semua pertanyaan untuk diserahkan kepada Imam Musa al-Kadzim melalui anggota keluarganya. Di lain kesempatan mereka akan kembali untuk mengambil jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk beberapa saat, mereka istirahat di kota tersebut untuk menghilangkan rasa lelah. Tak lama kemudian mereka pun kembali ke rumah Imam Musa al-Kadzim a.s. untuk berpamitan pulang. Ternyata, pada saat itu juga, surat yang mereka serahkan untuk Imam Musa al-Kadzim a.s. dikembalikan kepada mereka lengkap dengan semua jawabannya. Mereka melihat Fathimah Maksumah a.s. yang telah telah menjawab semua pertanyaan dan menuliskannya untuk mereka. Padahal, saat itu beliau hanyalah seorang gadis kecil yang berusia sekitar enam tahunan. Mereka sangat senang dan mengambil surat tersebut untuk kemudian kembali pulang. Di tengah perjalanan pulang, mereka bertemu dengan Imam al-Kazim as. Lalu mereka menceritakan semua kejadian tersebut kepada beliau. Sesaat kemudian, Imam Musa al-Kadzim a.s. meminta surat tersebut dari mereka. Untuk beberapa saat beliau membaca dengan seksama surat dan jawaban-jawaban Fathimah Sayidah Maksumah a.s. Usai membacanya beliau membenarkan semua jawaban Fathimah Sayidah Maksumah a.s. seraya memuji dan menjunjung tinggi Sayidah Fathimah Maksumah, dan sebanyak tiga kali berkata,
فِدَاهَا أَبُوهَا… فِدَاهَا أَبُوهَا…. فِدَاهَا أَبُوهَا…
“Ayahmu sebagai tebusanmu, ayahmu sebagai tebusanmu, ayahmu sebagai tebusanmu…”[5]
Sebagai perawi hadis, beliau pun banyak meriwayatkan hadis tentang keutamaan Imam Ali a.s. seperti berikut ini,
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ عَلِيٌ وَلِيُ الْقَوْمِ… شِيعَةُ عَلِيٍّ هُمُ الْفَائِزُون
“Tiada Tuhan selain Allah Muhammad utusan Allah Ali wali umat… Pengikut Ali mereka adalah orang-orang yang beruntung.[6]“
Sayidah Maksumah a.s. dan Kota Suci Qom
Imam Ali ar-Ridha a.s. dengan undangan paksaan Makmun Abbasi, khalifah Dinasti Abbasiyah mendatangi kota Khurasan, Iran. Hal tersebut dapat kita lihat dari sejarah kehidupan beliau bahwa tidak jalan lain kecuali menyetujui permintaan Makmun Abbasi tersebut.
Setahun setelah keberangkatan Imam Ali ar-Ridha a.s. ke Khurasan, Sayidah Maksumah a.s. pergi menyusulnya. Suatu hari, Imam Ali ar-Ridha a.s. menulis surat untuk Sayidah Maksumah, dan kemudian surat itu diberikan kepada salah satu pelayannya untuk diserahkan segera kepada Sayidah Fathimah Maksumah. Pelayan itu segera melaksanakan apa yang telah diperintahkan, ia bergegas menuju kota Madinah dan tanpa banyak berhenti. Sampai di Madinah, ia pun segera menyerahkan surat itu kepada Sayidah Maksumah. Setelah membaca isi surat tersebut, beliau langsung berkemas-kemas dan bersiap-siap untuk melakukan perjalanan menuju kota Khurasan.[7]
Setelah itu, dibentuklah rombongan yang terdiri dari dua puluh tiga orang anggota, termasuk di dalamnya Sayidah Fathimah Maksumah yang dipimpin oleh Harun bin Musa bin Jakfar. Berangkatlah rombongan tersebut, dan berhenti dari satu tempat ke tempat yang lainnya, hingga sampai di satu daerah sekitar kota Saweh. Di sanalah rombongan tersebut dihadang dan diserang oleh para musuh Ahlulbait a.s. Terjadilah bentrokkan yang menyebabkan syahidnya Harun sang pimpinan rombongan, dan beberapa orang terluka. Akibatnya, rombongan itu pun kocar-kacir. Sayidah Maksumah pun diracuni melalui seorang wanita yang menuangkan racun pada makanan yang dihidangkan pada beliau hingga beliau jatuh sakit. Dalam kondisi sakit beliau meminta untuk dibawa ke kota Qom dan berkata, “Qom adalah kota tempat para Syiah kami.” Akhirnya beliau dibawa ke kota Qom dan setelah tujuh belas hari dirawat, beliau menghembuskan nafas sucinya yang terakhir.[8]
Sayidah Maksumah as wafat di rumah Musa bin Khazraj bin Asy’ari. Beliau wafat pada tanggal 10 Rabi’ ats-Tsani 201 Hijriah, berusia sekitar dua puluh delapan tahun. Di rumah Musa bin Khazraj bin Asy’ari, Sayidah Maksumah ditempatkan di satu ruangan khusus. Beliau menghabiskan waktu di ruangan tersebut dengan beribadah dan bermunajat. Tempat tersebut sekarang bernama Baitun Nur yang terletak tidak jauh dari tempat beliau dimakamkan.
[1] Riyahan Asy-Syariah, Jil.5, hal.35
[2] Biharul Anwar, jil.57. hal.228
[3] QS al-Baqarah:255
[4] Biharul Anwar, jilid 60, hal 288
[5] Kasyful Laali, Shaleh bin Arandis Hilli
[6] Biharul Anwar, jil.65, hal.77
[7] Biharul Anwar, jil. 102, hal 266
[8] Zubdatu Tasanif, jil. 6, hal. 59